A Ei El
Samara memasukan hpnya dengan tergesa gesa ke dalam tote bag andalan miliknya, si hitam legam. Kemudian mulutnya dengan cepat dijejali nasi pecel yang ia beli beberapa waktu lalu seharga 15 ribu sebagai sarapan sekaligus makan siang.
11.30 ia dan Rachel tentu saja sudah selesai dengan kegiatan belajar mengajar mereka. Lalu seperti mahasiswa pada umumnya, kedua sahabat ini melipir ke kantin sebelum pulang karena ya memang tidak ada kelas lagi setelah ini.
“Lo kenapa njing?” Tanya Rachel keheranan. Masih tetap dengan mengunyah makanan yang terlanjur berada di dalam mulut.
“A dei el, ue di do” Jawab Samara tidak jelas karena mulutnya penuh. Kak Dery Chel, nanti gue di do.
“Yang jelas bangsad” Bentak Rachel geregetan karena Samara benar benar memasang wajah ketakutan.
“Kak Dei anjing” Jawabnya dengan cukup jelas.
“Samara!?” Panggil Dery dengan volume suara sedikit keras dengan maksud agar Samara mendengarnya.
“Daaaaa, bil gue bawa” Balas Samara ke sahabatnya dengan melempar kunci mobil setelah dengan sadar menoleh ke arah Dery yang memanggilnya beberapa waktu lalu.
“Samara!” Terik Dery lebih keras karena bukannya menghampiri, Samara malah berlari pergi. Seketika itu pula seluruh penghuni kantin mengalihkan atensinya ke arah Dery dan Samara.
Bughhhh
Sebuah motor dikendari oleh tiga orang laki laki dengan tidak menggunakan helm dan duduk berdempet dempetan secara tidak sengaja menabrak Samara dari arah kanan. Seketika itu pula mahasiswa dan mahasiswa yang menyaksikan kejadian tubrukan ini berteriak. Fakultas Ekonomi riuh siang ini.
“Tolongin tolongin tolongin” Kata seorang dari mereka. Samara meringis kesakitan sambil mencoba bangkit dan meniup niup telapak tangan kirinya yang tergores.
“Yah mbak ati ati dong mbak” Kata salah seorang lainya sambil membantu Samara bangkit.
“Mba kalo nyebrang liat liat dong mbak, yah gimana dong boleng ngga tu siku lo” Kata seorang lagi dari mereka. Samara masih diam menikmati setiap luka yang baru saja tercipta. Darah memang tidak keluar dengan deras tapi tetap saja perih dan sakit menjalar di sekujur tubuhnya.
Bertubrukan langsung dengan paving bukanlah hal yang ramah bangi Samara. Bahkan bagi semua orang. Tidak ada yang meminta untuk sengaja ditabrak agar bisa merasakan bagaimana rasanya bertumbuk dengan paving dan aspal.
“Sorry sorry. Lo ngga papa?” Tanya Dery tiba tiba dari arah belakang Samara. Tak lain dan tak bukan adalah karena ia melihat secara langsung dengan mata kepalanya sendiri tragedi 11.36 yang mengorbankan buronan flashdisk berisi revisi skripsi miliknya.
Samara kemudian membelalakan matanya kaget dengan siapa yang berdiri di sampingnya serta mewakilkannya meminta maaf. Seperti dua magnet dengan medan yang sama. Apabila bertemu pasti tolak menolak. Maka seketika ia sadar bahwa Dery mengambil alih dirinya, Samara tersentak dan ingin melanjutkan pelariannya. Namun naas, setelah langkah pertama tercipta, tangan Dery dengan cekatan menggenggam erat pergelangan tangan kanan Samara yang membuatnya mau tidak mau tidak bisa bergerak.
“Ngga papa kok mas, ini Samara bukan?” Jawab salah seorang dari mereka.
Dery menoleh ke arah Samara. Lalu..
“Oke kalo ngga papa. Sorry ya sekali lagi” Jawab Dery. Lalu ia memberikan isyarat menggunakan dagunya pada Samara dengan maksud menyuruhnya meminta maaf pada ketiga pelaku yang sebenarnya juga korban.
“Eh kak, maaf kak, sorry banget, maaf kak” Ucap Samara akhirnya mengerti kode dari Dery
“Iya Samara lain kali hati hati” Jawab salah seorang dari mereka.
“Samara kalo nyebrang lain kali liat liat ya” Jawabnya lagi.
“Duluan” Ucap Dery kepada ketiga pemuda entah semester berapa, lalu menarik Samara pergi dari sana.
“Cantik banget anjing” “Lo bego harusnya ngerem goblok” “Cantik cantik bopeng, samaraaa”
Terdengar gumaman ketiga pemuda pengendara sepeda motor tadi. Samara hanya menurut berlalu pergi karena cengkraman tangan Dery memang amat sangat kuat secara tidak sengaja. Hatinya berdegup kencang. Ini adalah pertama kalinya dirinya disentuh oleh lawan jenis. Apalagi ini Kak Dery. Anak Rektor NCIT.
Sebenarnya selain itu Samara juga was was jikalau dirinya benar benar didepak dari kampusnya secara paksa. Menemukan flashdisk bukanlah hal tabu bagi umat manusia dewasa ini. Yang menjadi masalah dan ketakutan Samara beberapa hari terakhir adalah karena dia secara sengaja dan dengan kesadaran penuh, memposting sesuatu yang seharusnya tidak ia lakukan ke akun sosial medianya. Parahnya lagi, pemilik nama baik ini adalah, lagi lagi Kak Dery, si anak Rektor NCIT.
“Rumah lo dimana?” Tanya Dery setelah memasukkan Samara ke dalam mobilnya dan mengunci pintu mobil dari kendalinya sebagai supir. Samara masih diam menatap ke depan dengan wajah ketakutan.
“Sam?” Panggil Dery dengan menoyor lengan Samara karena Samara hanya diam tidak meresponnya.
“Kak, ini akhir hayat gue kayanya ya?” Tanya Samara ke Dery dengan tidak menoleh sedikitpun.
“Hah?”
“Gue udah keciduk sama lo kak. Maaf kak serius gue ngga maksud. Biarin gue kuliah dulu kak. Gue mesti gimana biar gue ngga di do?” Tanta Samara putus asa. Kali ini ia menatap Dery.
“Lo ngelantur mulu ngomongnya dari kemaren kemaren. Gue cuman mau ambil flashdisk aja Sam” Jawab Dery.
“Dospem gue ngechat mulu anjir, revisi ada di fd semua” Lanjut Dery dengan mulai menyalakan mobil dan membawanya keluar parkiran.
“Kak, tapi lo ngga akan suruh Pak Johnny buat do gue kan? Kak gue ngga bisa nulis surat pengunduran diri. Pas gue nemuin fd itu gue juga gamau ambil tapi gue kepikiran nanti gimana kalo penting, siapa tau gue bisa balikin demi Allah niat awalnya gitu, terus terus yang gue di twitter itu karena ya, lo lucu aja menurut gue kak, kaya hello world kalian harus tau kaya gitu kak asli, jujur ini mah” Jelas Samara memelas. Dery kemudian menoleh ke arah gadis asing di sampingnya. Lucu. Lalu tiba tiba ini yang terpikirkan oleh Dery..
“Gimana ya sam kalo soal yang twitter itu” Jawab Dery dengan senyum tipis yang tidak dapat dilihat.
“Kak? Kak Dery kan baik” Bujuk Samara.
🥺 representating ekspresi Samara
Dery kemudian mengulum bibirnya ke dalam. Gemes.
“Nanti gue pikirin deh. Lo udah mencoret nama baik gue juga soalnya” Lanjut Dery dengan ekspresi sedemikian rupa agar tidak ketahuan sedang menjahili Samara.
“Kak, Ya Allah lo mau apa? Gue mesti gimana kak” Kata Samara memohon.
“Pertama balikin flashdisk gue dulu. Selanjutnya gue pikirin ntar” Balas Dery enteng. Samara lalu mengangguk.
“Perempatan itu lurus kak. Nanti ada tong belok kiri. Kita lewat jalan tikus aja cepet.” Balas Samara setelahnya. Rupa rupanya ia memang menuruti apa kata Dery balikin fd gue dulu agar tidak dikeluarkan dari kampus.
Diam diam Dery tertawa dalam hati.