Abigail Ghea Cantika

Abigail Ghea Cantika. Ghea. Adik ke dua Jaehyun. Seorang anak perempuan yang telah meninggal diusia 5 tahun karena kanker getah bening yang diidapnya. Seorang anak perempuan berusia 5 tahun yang harus diusir dari gelak tawa dunia dan pergi dengan meninggalkan bekas luka di hati keluarga. Tak terkecuali Jaehyun. Si kakak pertama.

“Ati ati” Ucap Jaehyun kepada istrinya sambil menggandeng tangan Shannon.

“Aduh maaf” Kata sang istri tatkala suaminya sudah berjongkok di hadapan nisan yang ia sayangi 26 tahun umurnya. Shannon berdiri di samping sang suami dan makam milik adik iparnya. Mendiang adik iparnya. Ia tidak bisa lagi berjongkok. Perutnya amat sangat mengganjal.

“It's okay” Balas Jaehyun. Pandangannya tetap ke nisan.

“Ghea. Ini kakak. Ini istri kakak. Mba nona. Ini keponakan kamu. Queen. So-” Kalimat Jaehyun terpotong. Ditariklah nafas panjang untuk memenuhi relung relung di dadanya.

“Maaf ngenalinnya telat ya? Kakak ngga sempet kesini waktu itu. Disana gimana?” Tanya Jaehyun. Shannon membelalakkan matanya. Terkejut dengan pertanyaan sang suami. Hening beberapa saat. Kemudian Jaehyun menolehkan kepalanya ke arah sang puan yang masih setia menatap punggungnya.

“Hehe bercanda aja biar ngga tegang tegang banget” Kata Jaehyun. Shannon hanya menggeleng gelengkan kepala.

“Sini. Deketan sini” Kata Jaehyun sambil menarik tangan Shannon. Lalu entah bagaimana tiba tiba Shannon duduk bersila di dekat Jaehyun. Ia menatap netra sendu suaminya seolah berkata bahwa dirinya baik baik saja. Digenggamnya tangan Jaehyun erat erat.

“Ghea hi. Ini Shannon. Aku denger banyak banget cerita tentang kamu dari kakakmu” Ucap Shannon sendirian.

“Kata kakak kamu cantik ya? Kamu ceria juga gampang ketawa. Aku wondering banget kalo kamu masih ada kita bisa temenan ngga ya?” Ucapnya mulai merancu sendirian.

“Ghea. Aku mau minta tolong. Maaf aku ngga pernah kesini tapi sekalinya kesini malah ngebebanin kamu. Aku tau kamu liat aku dari atas sana” Lanjut Shannon. Jaehyun hanya diam mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut istrinya.

“Ghea tolong bikin kakak sadar kalo itu bukan salah kakak. Kakakmu ini salahin diri dia sendiri terus ghe. Aku tau ghea pasti ngga pengen liat kakak kaya gini kan? Ghea kakakmu udah nangis selama 17 tahun setiap kali inget Ghea. Hatinya sakit. Dia mau minta maaf tapi ngga tau caranya padahal tinggal minta maaf aja, kan?” Tanya Shannon. Jaehyun mulai menutup kedua matanya dengan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya masih setia menggenggam sambil sesekali meremas tangan sang istri mencari kekuatan.

Ingatan ingatan masa kecilnya hadir kembali. Mengisi setiap sudut otak Jaehyun. Tawa adiknya, tangis adiknya, tawa mereka, kesendiriannya, kerinduannya kepada sang adik, bahkan kata kata kejam yang sempat ia ucapkan.

“Ghea tolong bantu aku buat sadarin kakakmu ghe. Biarin dia nangis lagi buat kamu tapi tanpa rasa bersalah. Biarin dia nangis buat kamu tanpa rasa menyesal. Biarin dia nangis karena pure cuman kangen aja. Ghea aku pengen peluk” Kata Shannon. Jaehyun telah terisak sendirian.

“Ghea, maafin kakak ya” Lanjut Shannon. Ia menahan air matanya. Saat Jaehyun menangis Shannon merasa harus lebih kuat untuk suaminya sekedar berpegangan padanya.

“Maafin kakak, dek” Kata Jaehyun sambil mengeluarkan seluruh air matanya yang ada. Rasa sesal dan bersalah selama 17 tahun ia keluarkan saat itu juga. Dihadapan adik, istri dan calon anaknya.

“Ghea pasti maafin. Ghea udah maafin kamu mas” Kata Shannon memeluk daksa suaminya.

Siang itu, di bawah awan mendung yang seakan akan mengerti suasana hatinya. Jaehyun meminta maaf dan menaruh beban yang ia pikul selama 17 tahun sendirian. Istirahat dengan tenang, Ghea.

-el