All We Need Is Just Ears

Jaehyun membuka matanya, melihat sang istri sedang menutup mata dengan bekas air mata dan mata bengkak yang amat jelas. Jaehyun tau wanita ini banyak menangis, dan satu satunya alasan yang masuk akal adalah dirinya. Air matanya mencelos begitu saja, tidak terisak. Sekuat tenaga Jaehyun tahan agar tidak membangunkan sang puan. Hatinya sakit melihat istrinya seperti ini.

Ingin raganya mendekap erat si perempuan. Ingin tanganya mengelus lembut rambut si puan, tapi ia urungkan. Suami mana yang tidak bersalah karena telah tega menelentarkan istrinya sendiri bahkan dengan keadaan sedang mengandung? Lewat tangisnya, Jaehyun diam diam mengutuk dirinya.

Shannon kemudian membuka mata, tersadar bahwa dirinya sedang dalam keprihatinan. Ditatapnya netra coklat itu lagi setelah sekian lama. Tanpa menunggu aba aba Shannon mendekap erat sang suami. Jaehyun diam. Tidak membalas dekapan Shannon. Kali ini air matanya turun lebih deras dari sebelumnya. Bahunya juga ikut bergetar. Sama dengan sang puan yang juga ikut menumpahkan perasaanya melalui air mata.

“Jangan nangis” Buka Jaehyun akhirnya. Dengan bersusah payah mehanan suaranya agar tidak terdengar bergetar. Mencoba kuat dihadapan sang istri.

Shannon seperti tidak mendengarkan. Tangisnya malah semakin menjadi di daksa sang suami. Pelukannya belum juga dibalas.

“Jangan nangis shan, aku sakit denger kamu kaya gini” Ucap Jaehyun lagi. Dibukannya pelukan Shannon. Dilihatnya wajah cantik sang istri yang sudah amat sangat bengkak penuh air mata. Dibawanya bangun daksa lemah istrinya.

“J, aku minta maaf. Maafin aku. Maaf aku ngga dengerin kamu. Maaf aku ngga tau. Maaf aku-” Ucap Shannon terpotong karena mulutnya ditutup secara paksa oleh bibir Jaehyun.

Milik mereka bertaut untuk sementara waktu. Mulanya Shannon terkejut lalu lama lama ia juga menikmatinya. Tidak dapat dihindari rasa rindu memang menyelimuti keduanya. Dengan bibir yang saling menempel, mata yang tertutup dengan air mata tetap menetes keduanya tau, mereka sama sama terluka. Keduanya tau, mereka harus sama sama saling menerima.

Pertemuan ini tidak menuntut sama sekali. Tidak kasar, sangat halus. Tanpa berbicara mereka kedua seolah mendengar kata hati masing masing. Maaf, aku menyesal, egonya ketinggian, harusnya ngga gitu, maaf, bukan salahmu, aku nggapapa, maaf, aku kangen, aku marah, maaf, aku takut.


“So, you in my room?” Tanya Shannon. Keduanya telah kembali berbaring di ranjang kamar Jaehyun. Shannon memunggunginya dan Jaehyun memeluknya dari belakang dengan terus mengusap perut buncit sang istri.

“Hmm” Balas Jaehyun singkat.

“Pinter banget”

“Ya gimana aku harus tetep ngantor, tapi gamungkin ngantor di kantor sendiri kan? Aku denger Lia ke kantor aku marah marah ya? Serem banget. Takut” Balas Jaehyun sambil mengeratkan pelukannya.

“Ya kamu ngga ada dimana mana, temen temenmu juga ngga tau. Tapi kalo diliat liat Lia emang savage banget” Balas Shannon.

“Makanya.”

“Tapi mas tetep aja, bisa bisanya sembunyi di kandang musuh sendiri”

“Hehehe buktinya aman”

“Mark kenapa ngga bilang juga ya?” Tanya Shannon keheranan.

“Ya dia ngga tau shan. Dia ngiranya aku ngantor biasa karena ya emng aku udah sering bolak balik? Ngga curiga dia”

“Dihhhh” Balas Shannon saraya menengokan kepalanya ke arah belakang, menatap sang suami.

“Maaf ya, maaf aku bikin kamu nangis terus. Maaf aku bikin kamu pikiran. Maaf aku bebanin kamu. Aku cuman takut aja shan, aku ngga tau gimana caranya, aku bukannya ngga mau, aku-”

Cuppp

Ucap Jaehyun terhenti karena dihentikan paksa oleh Shannon dengan cara yang sama. Mengecup bibir lembut sang suami. Jaehyun membelalakkan matanya. Pipinya memerah tapi sikapnya ia jaga agar tidak terlihat salah tingkah.

“Bayangan Ghe-”

Cuppp

Satu kecupan mendarat lagi di bibirnya. Jaehyun bangkit lalu menatap aneh istrinya.

“Stop. Diem. Aku ngga mau kamu minta maaf terus. Aku juga salah. Harusnya aku tau kamu punya ketakutan itu mas. Harusnya kita ngga sama sama egoisnya. Udah cukup kita kaya gininya mas. Aku tau kamu juga nyesel kamu juga marah. Aku juga sama. Udah ya mas. Besok kita ke Ghea. Udah cukup kamu kaya gitunya. Coba terima diri sendiri ya. Cukup minta maafnya sama aku, coba sekarang maafin dirimu sendiri” Ucap Shannon menatap netra sang suami. Kedua tangannya telah memegang rahang Jaehyun dan mengusapnya pelan.

Jaehyun kali ini meneteskan air matanya lagi. Sambil tersenyum. Menatap istrinya tidak percaya. Ia hampir kehilangan dunianya, ia hampir kehilangan wanitanya.

“Iyaaa” Kata Jaehyun dengan suara parau.

“Udah nangisnya ih nangis terus” Balas Shannon seraya mengelap air mata sang suami.

“Kacanya mana? Liat wajahmu bengeb banget”

“Iya makanya udah ih”

Cupp

Satu ciuman mendarat di dahi Shannon. Jaehyun bersyukur. Untuk kedua kalinya ia tidak perlu repot repot menjelaskan masalahnya. Untuk kedua kalinya istrinya mengerti dirinya, yaa walaupun harus sama sama terluka.

Sejak saat itu, keduanya menjadi telingga. Sejak saat itu yang mereka butuhkan adalah saling mendengarkan. Sejak saat itu bahasa cinta mereka adalah saling mendengar.