Ayah

“Ngga jelas” Ucap Shannon yang kini sudah siap dan rapi dengan kebaya serta make up stay di wajahnya. Setelah membaca chat dari Jaehyun ia lantas melemparkan hpnya ke kasur dan berjalan menuju jendela untuk melihat situasi di halaman hotel ini yang mana merupakan tempat akadnya akan berlangsung.

Tok tok tok

Pintu kamar Shannon diketuk.

“Ngga sabaran banget” Ucap Shannon. Pasalnya ia berfikir bahwa itu adalah Jaehyun. Shannon membuka pintu kamarnya. Ia mematung. Dilihatnya seorang laki laki yang sudah sangat lama tidak Shannon temui. Dilihatnya laki laki yang mengambil seluruh hati Shannon. Dilihatnya laki laki yang menjadi cinta sekaligus patah hati pertamanya. Dilihatnya wajah yang dulu sangat tampan kini mulai menua dan timbul keriput keriput halus. Dilihatnya rambut yang dulu hitam lebat sekarang mulai terdapat beberapa helai yang memutih. Ayah.

“Cantik banget anak ayah” Ucap Lee Donghae. Ia memakai setelan hitam rapi dan membawa sebuket bunga. Shannon masih diam disana. Tidak percaya pada apa yang kini sedang berdiri di depannya. Ayahnya. Ayahnya yang pergi meninggalkannya hampir 20 tahun yang lalu sedang berbicara kepadanya. Dapat Shannon kenali wajah, suara, perawakan itu, tidak berubah. Tetap tenang, tetap tampan, tetap hangat, meski mulai muncul tanda tanda penuaan.

Shannon memeluk ayahnya erat seakan tidak membiarkan siapapun untuk merebut cinta pertamanya dan membawanya pergi kembali.

“Anak ayah sudah besar” Ucap Donghae disela sela pelukan mereka. Matanya basah. Seluruh wajahnya basah menghadapi rasa bersalah yang tidak dapat ia jelaskan lagi sebanyak apa.

Shannon tidak mau kalah. Ia belum memgucapkan apapun sejak beberapa menit yang lalu. Tubuhnya masih mendekap erat daksa ayahnya. Ia juga menangis. Menumpahkan semua rasa rindu, kekesalan, amarah, kasih sayang yang tidak dapat ia tunjukan kepada ayahnya.

“Jangan nangis, nanti luntur” Ucap Donghae akhirnya sambil melepas pelukan mereka. Shannon masih terisak.

“Maaf ya mbak. Ayah lama” Ucap Donghae lagi.

“Mbak benci sama ayah” Balas Shannon masih dengan menangis.

“Hehe, ayah tau”

“Ayah dimana? Ayah ngapain aja? Ayah sehat? Ayah Mba Nona kangen” Ucap Shannon akhirnya, dan ya masih dengan air mata.

“Dibilangin jangan nangis, batu banget” Ucap Donghae dengan menyeka air mata anaknya menggunakan dasi yang ia kenakan.

“Ayah sehat. Ayah kerja di kapal kaya dulu. Ayah tinggalnya layak. Mbak Nona ngga usah khawatir” Jawab sang ayah. Ada perasaan aneh dalam diri Shannon. Setelah sekian lama akhirnya ia mendengar kembali Mbak Nona yang diucapkan oleh orang asli yang menamainya.

“Ini. Jangan nangis lagi. Ayah kesini mau liat Mbak Nona seneng. Mau liat suami Mbak Nona. Mau liat Mbak Nona bahagia. Kalo nangis nanti ayah ngga tau harus hidup selama apa lagi buat tembus semua kesalahan ayah” Ucap sang ayah.

Shannon sadar. Selama hampir 20 tahun ini, ayahnya juga hidup dalam rasa bersalah dan penyesalan.

“Maaf ya ayah bahagia sendiri. Maaf Mbak Nona harus gantiin ayah jaga ilora. Ayah sayang sama Mbak Nona sama Ilora” Lanjut sang ayah. Shannon masih menangis.

“Udah nangisnya mbak. Sekarang turun, pasti udah ditungguin ya” Ucap ayah.

“Ayah mau kemana?”

“Ayah harus balik. Bunda pasti ngga mau liat ayah disini. Yang penting ayah udah ketemu anak ayah, sehat, cantik, pinter, mandiri”

“Nanti kalo Nona mau ketemu ayah gimana?”

“Tanya suami mu mbak. Ayah pamit. Bahagia ya, anak ayah” Pamit Donghae dengan mencium anak gadisnya. Ia pergi lagi setelah pertemuan beberapa menitnya. Memang tidak lama tapi ia lega, mendengar, memeluk, melihat anaknya tumbuh dewasa dengan baik walau tanpa dirinya disana. Untuk sekian kalinya ia pergi dan hidup dengan rasa bersalah, lagi.


“Shan lo-” Ucap Lia terpotong tatkala melihat makeup temannya berantakan. Shannon masih saja menangis

“Lo kenapa ha? Udah mau mulai Shan” Bentak Lia kesal dengan membenarkan makeup Shannon.

“Lo kenapa gue tanya? Katanya iya nikah kenapa nangis?”

“Nggapapa. Udah mau mulai ya? Yuk Li” Jawab Shannon akhirnya.