Baikan
Shannon membawa mobilnya menuju rumah Bundanya. Lagi, ia menyiapkan hati dan memikirkan kemungkinan kemungkinan untuk menjawab pertanyaan bundanya.
“Mba, ngapain lo, gue aja yang ke apart, ngapain lo kesini” Tanya Ilora begitu tau kakaknya datang.
“Bunda mana?” Tanya Shannon
“Hai pa” Sapa Shannon begitu tau seorang laki laki yang sudah menjadi suami bundanya selama hampir 10 tahun itu sedang duduk di taman dengan kopi dan koran. Klise. Choi Siwon, suami Bundanya, Im Yoona. Lelaki itu tidak lebih dari seorang yang harus Shannon hormati karena bersedia menjaga bundanya. Bersedia meminjamkan bahu, memeluk, menenangkan bundanya disaat saat kalut. Laki laki yang dengan sepenuh hatinya memberikan dan mendedikasikan diri untuk mengayomi, melindungi, menjadi tempat bersandar untuk Shannon dan keluarganya tak lebih dari seseorang yang haarus Shannon hormati.
Bahkan pada seorang pahlawanpun, Shannon menjaga jarak. Baginya hanya ada satu ayah, Lee Donghae. Suami bunda boleh berubah, tapi ayah tidak boleh diganti. Sebrengsek apapun ayah, ayah tetaplah ayah, begitu kira kira isi pikiran Shannon. Maka, untuk Siwon, Shannon selalu memperlakukannya dengan baik, dengan formalitas formalitas bagaimana seharusnya seorang anak berperilaku kepada orang tuanya. Kasihan kekuarga ini.
“Tumbenan pulang” Balas sang papa yang lalu dibalas pelukan oleh Shannon.
“Kangen papa” Ucap Shannon
“Kangen kok ngga pernah pulang” Sahut sang bunda. Shannon menoleh. Okee, war dimulai, pikirnya. Lalu ia mendekati bundanya di dapur. Ilora memilih bergabung dengan papa di taman, sambil sesekali keduanya mencuri curi dengar.
“Sarapan belum mbak?” Tanya Bunda.
“Udah, dimasakin Lia.” Jawab Shannon sembari duduk. Bunda lalu menyodorkan handphonenya . Shannon mengerti, sudah ditebak kemana arah pembicaraan ini.
“Maaf bunda udah kasar sama kamu. Maaf bunda ngorbanin kamu mbak. Kalo sekarang emang mau mundur, mundur. Bunda yang urus semuanya” Ucap sang ibu.
“Shannon mau nikah sama Jaehyun bun” Balas Shannon.
“Bunda ngga bercanda”
“Shannon serius. Shannon udah bicara banyak sama Jaehyun, kita sama sama setuju, kita terima bun”
“Nikah mbak. Ini nikah, jangan bercandaan. Jangan ada kontrak kontrakan. Sekali seumur hidup aja. Bunda ngga mau kamu sama gagalnya kaya bunda” Ucap sang bunda.
Kenapa ngga dari dulu? Kenapa baru sekarang? Aku udah kasi tunjuk titik lemahku ke orang lain dan bunda baru nyuruh aku buat mundur? Bunda juga baru sadar bunda gagal? Bunda yang kasih aku ketakutan ini bun isi fikiran Shannon yang ia pilih untuk dipendam saja dari pada mengchaoskan suasana.
“Iya bun, aku udah bicara baik baik sama Jaehyun. Kita setuju. Ngga ada kontrak kontrakan”
“Serius kamu begitu?”
“Bunda liat aku lagi bercanda?” Jawab Shannon yang lalu dibalas pelukan oleh sang bunda.
“Besok ketemu ya?”
“Iya bun.” Shannon mengiyakan. Sudah tidak ada lagi harapan baginya. Shannon menyerah akan penolakannya karena ia tahu, Jaehyun memahaminya. Jaehyun akan mengerti perihal ketakutannya. Apa yang mereka bicarakan berdua semalam menjadi pegangan bagi Shannon, setidaknya Jaehyun dapat dipercaya.