Bu Anggi, Here's Your Daughter Life Saver
Sepulangnya memastikan Aleeah sampai apartment dengan selamat, Johnny kemudian menimang nimang isi hatinya. Pasalnya, si hati entah mengapa berkata bahwa ia harus segera menyelesaikan semua urusannya. Sesegera mungkin.
Di berhentikannya Rubicon hitam miliknya yang sudah menemani masa remajanya hingga sekarang di depan sebuah toko roti. Ia kemudian turun dan membeli beberapa keping untuk dibawa menemui 'calon mertuanya'.
Setelah urusan roti selesai, ia kembali duduk di bangku kemudi lalu mengeluarkan ponsel pintarnya yang kemudian ia gunakan untuk mengkorek informasi mengenai sesuatu.
Jalan Jendral Sudirman 10, Kwangya 127
Johnny mematung, membaca alamat yang tertera dalam resume milik Aleeah. Lagi. Johnny kecolongan lagi. Tidak pernah sebelumnya ia seperti ini. Untuk duduk diposisi wakil direktur ia harus teliti dan mumpuni bahkan diusia yang sangat muda. Namun kali ini ia kecolongan lagi. Entah mengapa bagi Johnny, semua yang berkaitan dengan Aleeah selalu membuatnya hilang kendali. Ia menjadi ceroboh sekaligus terlihat bodoh ketika bersangkutan dengan Aleeah.
“Saya Johnny pak. Nama saya Johnny Seo, saya kemari ingin meminta restu bapak untuk hubungan saya dengan Aleeah karena saya bermaksud membawanya ke jenjang yang lebih serius.” kata Johnny dengan tenang di hadapan Sinatra Pramudya. Lelaki 28 tahun itu rupanya sudah duduk di kursi panjang terbuat dari jati dengan akses mengkilat di dalam rumah megah yang terasa amat sangat sepi.
Sinatra kemudian menarik berat nafasnya. Ia memandangi Johnny sedari pemuda ini masuk dan duduk hingga selesai mengungkapkan maksud kedatangannya. Tatapan Sinatra tidak lepas dari sosok di hadapannya.
“Aleeah ngga ada bilang apa apa sama saya sebelumnya. Dia cuman bilang mau kenalin seseorang ke saya. Dan saya pikir itu kamu?” balas Sinatra. Johnny kini menundukkan kepalanya. Walaupun hanya berpura pura namun ada perasaan tegang dalam dirinya. Lagi. Kecolongan lagi. Ia datang kesini hanya bermodalkan berani tanpa persiapan apapun. Siapa yang datang melamar anak orang lain hanya dengan membawa sekotak roti? Apalagi ini Sintarta Pramudya. Penguasanya penguasa. Siapa laki laki yang berani meminta anak gadis Sinatra seorang diri? Ya benar, Johnny.
“Kenapa ngga dateng bareng Aleeah? Bertengkar?” di luar dugaan. Jawaban Sinatra amat sangat tidak dapat diprediksi.
“Saya memang ingin meminta Aleeah seorang diri pak” jawab Johnny lagi. Hening cukup lama hingga Sintarta berkata..
“Saya ngga tau kalau Aleeah punya pacar sampe udah mau seserius ini, nak Johnny. Saya ngga tau background kamu gimana, saya juga ngga tau maksud Aleeah nanti seperti apa, memang benar saya memiliki kuasa penuh atas Aleeah tapi saya tidak bisa seenaknya sendiri. Menikah nanti dia yang jalani. Saya tidak bisa menerima atau menolak nak Johnny sekarang karena terima tau tolaknya saya, tergantung bagaimana nanti Aleeah. “ jawab Sinatra. Johnny kini dengan sekuat tenaga dan keberanian yang tersisa menatap dalam mata calon mertuanya.
“Bapak. Saya mohon izinkan saya menikahi Aleeah.” kata Johnny dengan tegas tetapi tetap sopan lembut dan penuh permohonan. Sinatra kini yang berdiam diri meminta penjelasan lebih panjang.
“Mohon maaf saya lancang. Sebelumnya saya dan Aleeah tidak pernah berpacaran pak. Saya dan Aleeah terjebak dalam situasi yang mengharuskan kami berada dalam hubungan yang serius.” kata Johnny membongkar kartu as. Sinatra membelalakkan matanya. Fakta konyol macam apa ini?
“Namun setelah saya mengenal Aleeah saya menjadi ingin menjaganya pak. Saya benar benar tulus, saya ingin menjaga Aleeah. Bukan karena Aleeah anak bapak terlepas dari siapa bapak. Bukan karena Aleeah anak dosen saya. Bukan karena Aleeah pewaris Choi'si. Bukan pak. Saya ingin menjaga Aleeah karena Aleeah adalah Aleeah. Saya benar benar tulus.” balas Johnny. Tidak ada kebohongan disini. Dari awal memang Johnny yang tertarik kepada Aleeah. Dari awal Johnny yang mengusahakan Aleeah. Namun ia tidak pernah membayangkan bahwa ia akan didekatkan dengan perempuan dambaannya melalui cara gila seperti ini.
“Aleeah hamil anakmu?” tanya Sinatra. Johnny membelalakan matanya. Hampir saja mencelos keluar begitu saja. Pertanyaan macam apa ini? Kaki Johnny mendadak lemas. Keringat dingin. Bagaimana bisa pikiran pria paruh baya ini sampai kesana?
“Tidak pak. Engga. Saya sama Aleeah tidak segila itu” balas Johnny lagi. Kalau dipikir pikir sebenarnya pertanyaan Sinatra adalah yang paling masuk akal, situasi apa yang mengharuskan mereka terikat dalam tali pernikahan?
“Terus?” tanya Sinatra dengan tenang. Wibawabya mendominasi suasana malam ini. Johnny dibuat mati kutu hanya dengan pertanyaan singkat tersebut.
“Mohon maaf pak, saya dan Aleeah...” mau tidak mau Johnny menjawab jujur alasan ia dan Aleeah menikah. Dengan nafas yang tersendat sendat serta keringat yang mengalir di seluruh tubuhnya, Johnny mulai menceritakan bagian dimana ia dan Aleeah memilih jalan ini.
Sintarta mengusap air matanya ketika cerita sang pria yang lebih muda darinya mencapai titik keselesaian. Tidak pernah ia pikirkan bahwa begitulah jalan pikiran putri semata wayangnya. Sesak. Mengapa Aleeah harus mengorbankan dirinya sendiri demi kebahagiaan sang papa? Yang nyatanya baik ia dan sang papa sama sama belum bahagia. Sinatra menatap lekat wajah Johnny.
“Kamu serius bisa jaga dia?” tanyanya kemudian.
“Saya serius. Saya tidak akan berjanji tapi nanti dapat lihat sendiri. Yang dapat saya jamin sekarang adalah kebutuhan Aleeah tidak akan pernah kurang.” balas Johnny. Sinatra diam menatap pemuda di depannya. Ucapannya klise sekali tetapi ada keyakinan dan bersih dari pendustaan disana. Ia menatap manik mata coklat yang mengeluarkan ketulusan disana.
“Tentukan tanggalnya nak Johnny. Kembali bersama Aleeah dan keluarga, saya tunggu.” balas Sinatra