Do I Love You Is The Last Word I Hear From You?

Deka hanya terus tersenyum di sepanjang jalan yang ia lalui dengan bergandeng tangan dengan Ali. Hatinya mendadak resah ketika hari yang ia nanti nanti datang. Perasaan senang yang sudah menyelimutinya beberapa heri ke belakang agaknya secara berangsur berganti menjadi perasaan cemas dan tidak mengenakan yang entah dari mana datangnya.

“Dingin” ucap Deka lalu menaikan kaca mobil di tempat duduknya setelah cukup lama ia menghirup debu debu halus ditemani langit jingga karena perjalanan mereka dilakukan di akhir sebuah hari terjadi. Tidak ada kata kata lagi yang mendampingi Deka maupun Ali. Entah apa yang ada dipikiran masing masing, tapi sore ini keduanya hanya memilih diam sebagai teman di perjalanan.

“Ali” panggil sang istri.

“Hmmm?” tanya Ali kepada Deka dengan tangan yang masih saling bergenggam tanpa menoleh ke sang puan.

I love you” ucap Deka secara tiba tiba.

I love you more” balas Ali ringan seperti biasa.

I love you, Ali” ucap Deka sekali lagi. Kali ini suaranya seperti menyimpan kesedihan yang entah, Ali sendiri tidak tahu apa yang ada di dalamnya. Sang suami menoleh.

I love you, Ali” ulang Deka sekali lagi. Ali masih tidak menjawab. Ia hanya terus memaku tatap pada Deka. Mengapa kalimatnya sangat jangal didengar oleh telinga? Padahal ini bukan kali pertama Deka mengucapkannya.

“Kenapa tiba tiba i love you?” tanya Ali kemudian kepada sang istri. Ini benar benar aneh. Kalimat sang biasanya menyejukan hati ini, kini tak lagi terdengar seperti biasanya. Ada hal lain dari kalimat Deka yang tak Ali mengerti. Maka untuk memastikan bahwa istrinya baik baik saja, Ali terus memaku tatap pandangnya pada Deka. Mencoba mencari lebih panjang penjelasan mengapa tiba tiba istrinya mengucapkan kalimat sakral itu secara terus menerus dengan raut wajah yang tidak bahagia.

“Aku cuma pengen bilang i love you” jawab Deka lagi tetap mamandang mata Ali.

“Iya but why yo-

BRAKKKK

Ali tak sempat menyelesaikan kalimatnya. Karena di detik terakhir satu kata terucap, adalah detik dimana Ali secara tiba tiba membanting setir ke arah samping hingga mobilnya berbalik arah menghindari tabrakan beruntun yang akan ia sebabkan jika antrean pintu tol di depan ia serobot begitu saja, menyebabkan bunyi decitan ban yang bergesekan dengan aspal jalan terdengar sangat ngilu di telinga. Ditambah lagi ia tak sempat menutupi kepalanya karena selanjutnya kereta besi yang mereka tumpangi, dengan lancarnya berguling guling di atas jalanan dari arah mereka datang yang ternyata sedang tidak ada orang, mencampur adukan isi perut Deka dan Ali, bahkan menggoreskan beberapa luka di tubuh keduanya.

“Aliiiiiii” panggil Deka kepada sang suami yang masih mencoba mengendalikan mobilnya dengan satu tangannya lagi menahan badan Deka.

Bughhhh

Suara bising terakhir yang Ali dengar sebelum digantikan dengan teriakan orang orang dan suara ditutupnya pintu mobil karena manusia manusia di depan mereka, secara bersamaan berteriak dan berlari ke arah dimana Ali dan Deka berada mencoba menyelamatkan.

“Deka?” panggil Ali dengan suara serak serta dengan tenaga yang tersisa. Wanita dua puluh lima tahun yang sedang mengandung anaknya ini nampak memejamkan mata di sebelahnya, tidak berpindah barang sedikitpun dari bangku penumpang yang Deka duduki sedari tadi. Kepalanya bahkan menunduk dengan sedikit darah yang mengucur dari pelipisnya.

“Gloria” panggil Ali sekali lagi dengan sekuat tenaga meraba perut besar milik Deka. Tidak ada apa apa pikirnya. Ali mencoba mencari kehidupan di diri istrinya. Tetapi nihil. Nampaknya hampa.

Please

“Masih ada, masih ada. Ambulance ambulance ambulance” kata salah seorang suara dari balik pintu mobil Ali dan Deka.

“Mbaknya hamil tolong” teriak salah satu lagi.

“Minggir minggir minggir” kata salah seorangnya lagi. Suara suara yang keras ini membuat kepala Ali terasa akan pecah. Pening. Serta entah mengapa, memory memory bersama Deka tiba tiba berputar begitu saja di kepalanya. Kacau. Ini kacau pikir Ali. Bagaimana bisa hari bahagia yang ia dan Deka rencana berakhir dengan dirinya serta sang anak dan wanita terjepit mobil dengan banyak luka serta bau darah dimana mana? Bagaimana bisa kejadian yang mungkin akan memporak porandakan hidupnya ini terjadi hanya dalam hitungan jari? Apa yang tadi sebenarnya Ali lakukan hingga ia hampir meregang nyawa keluarga kecilnya? Kacau. Ini kacau.

“Haha” kekeh Ali secara tiba tiba ketika ia melihat senyum Deka di pantulan kaca di hadapannya. Kekeh Ali secara tiba tiba ketika bayangan masa depannya berlalu di depan matanya begitu saja. Lagi. Cita citanya direbut lagi, kali ini bukan atas kuasanya. Tapi tetap, Ali hanya bisa menyalahkan diri sendiri.

“Cantiknya” ucap Ali sekali lagi sebelum rungunya berdengung dengan keras hingga sorak sorai orang orang di sekitarnya, bahkan tawa Deka yang sempat memenuhi telinga kini tak terdengar lagi. Kepalanya hanya terus berdenyut, matanya mulai memburam, serta hidungnya semakin membau bau anyir dengan jelas.

Ali kembali membaringkan diri. Mempasrahkan segalanya kepada Sang Pencipta sembari berdoa, jika ini akhirnya, maka tolong akhiri mereka bertiga, karena Ali ingin bersama Deka dan anaknya dimanapun mereka berada.