Explode

Jaehyun tiba di kediaman mamanya. Mobilnya ia parkir di garasi mobil milik keluarganya yang kini lumayan sesak akibat hobinya dan sang adik membeli sepeda baik goes maupun bermotor tetapi jarang digunakan.

Lalu ia keluar mobil dan memasuki rumah. Wajahnya nampak lelah, penampilannya acak acakan walau baru sibuk selama seminggu dan tidak pulang selama dua hari. Sejak kesibukannya yang dengan sengaja ia buat ini pula, Jaehyun pulang ke rumah larut malam dan berangkat amat pagi, jika ada waktu bertemu dengan Shannon, Jaehyun akan menghindar dengan bertanya dan menjawab seperlunya saja.

Merasa diabaikan, Shannon juga tak lantas meminta perhatian atau merengek untuk diperhatikan. Ia hanya menjalankan tugasnya sebagsi seorang istri. Memasak dan melayani serta sesekali mengirim text untuk memastikan bahwa suaminya masih bernafas di muka bumi. Malas sekali pikir Shannon. Tidak ada Jaehyun pun ia bisa. Pikirnya kala itu.

Dimasukilah ruangan megah yang dulu menjadi tempat keluarganya berkumpul yang sekarang sudah tertata rapi dekorasi ala adat jawa untuknya, sang istri, dan calon jabang bayi mereka. Matanya mencari cari keberadaan sang wanita. Dapat, ternyata sedang di dapur mengobrol berlima dengan mama papa bunda serta adik laki lakinya.

“Mandi dulu, terus turun ganti baju kak. Jam 4 dimulai acaranya.” Ucap sang mama menyadari anak sulungnya telah menampakkan diri. Jaehyun hanya diam saja menatap sang istri.

Sama seperti yang lainnya Shannon juga hanya menoleh sebentar ke sang suami lalu kembali melanjutkan obrolannya. Atmosfer mendadak dingin.

“Kakak naik ma” Ucap Jaehyun kemudian.

“Cepetan” Teriak mamanya. Lalu kelimanya kembali berbincang.

“Si Jaehyun kalo ngambekan lo pukul aja palanya pake palu” Kata Jeno kepada kaka iparnya, bisik bisik.

“Kenapa emang?” Tanya Shannon.

“Biar bocor”

“Heh sembarangan” Jawab Shannon sambil memukul kecil lengan kekar Jeno.

“Kenapa? Berantem mbak?” Tanya Jeno.

“Keliatan gitu?” Tanya Shannon.

“Si Jaehyun kalo lagi mode diem gitu berarti lagi stressed. Cuman ya gitu bocahnya rada bisu ngga pernah mau bilang lagi kenapa” Balas Jeno masih bisik bisik. Shannon diam. Ia memikirkan kembali ucapannya melalui chat beberapa jam yang lalu. Entah mengapa dirinya menjadi merasa bersalah. Bagaimana jika Jaehyun memang benar benar sibuk di kantor dan sedang membutuhkan dirinya. Bagaimana jika Jaehyun tidak menolak anak mereka. Bagaimana jika bagaimana jika.

Seharusnya Shannon tidak begini. Seharusnya ia menjadi lebih perhatian kepada sang suami. Tetapi egonya muncul disana, diabaikan semala satu minggu karena anaknya yang tiba tiba merubah diri melukai hati Shannon. Bukan salah si anak. Bukan salah Jaehyun. Bukan pula salah Shannon. Tidak ada yang bisa disalahkan. Maksud Shannon seharusnya Jaehyun lebih memahami hal ini.

Perasaan bersalahnya ini juga tak kunjung membuatnya menghampiri sang suami. Bak anak gadis yang baru dewasa, egonya kembali lagi meninggi. Shannon memutuskan untuk tetap bersama kelompoknya saat ini dan menjawab peryataan Jeno dengan senyuman yang entah apa maksudnya.


“Aku mau pulang” Kata Shannon kepada suaminya yang baru saja merebahkan dirinya di ranjang. Acara 7 bulanan telah selesai dilaksanakan dengan lancar. Mulai dari siraman hingga prosesi pemecahan kelapa sudah dijalankan, tentu dengan senyum palsu keduanya yang seakaan menunjukkan pada dunia bahwa baik Jaehyun maupun Shannon, sedang baik baik saja.

“Nginep sini aja aku cape shan” Balas Jaehyun sembari menutup matanya sebentar, menaruh beban untuk sementara dengan nyaman.

“Aku mau pulang” Kata Shannon lagi berdiri di seberang ranjang.

“Kenapa si? Nginep aja.” Balas Jaehyun bangkit dengan raut muka sedikit kesal.

“Ya aku punya rumah?” Balas Shannon tak kalah mengesalkan. Jaehyun kemudian bangkit dan menyambar kunci mobil lalu merebut tas istrinya, tidak kasar tapi juga tidak halus. Shannon seketika merasa diabaikan, lagi. Ia dengan sekuat tenaga menahan air matanya dan menatap punggung sang suami yang menghilang di balik pintu.

Setelah berpamitan dan berdrama ria dengan mama papa dan jeno akhirnya mereka berdua berhasil kembali ke rumah sendiri. Sepanjang perjalanan keduanya diam. Baik Jaehyun maupun Shannon keduanya sama sama tidak ada yang mau membuka suara.

“Aku balik kantor ya.” Kata Jaehyun begitu mereka memasuki rumah. Rumah yang sudah selama seminggu ini ia biarkan mati. Shannon menghembuskan nafasnya kasar. Agaknya emosinya telah menguasainya.

“Katanya capek” Balas Shannon membalikkan badan. Mereka berdua bahkan masih berada di depan pintu walaupun keduanya sudah di dalam rumah.

“Iya tapi kantor ngga bisa ditinggal shan” Balas Jaehyun. Otaknya tidak lagi memilah milah kata, sudah lelah.

“Jadi aku lebih bisa ditinggal?” Balas Shannon.

“Shan aku capek” Kata Jaehyun putus asa tidak bertenaga. Energinya benar benar dikuras habis pekerjaan. Pikirannya melayang entah kemana, tidak jelas. Hanya ketakutan yang bisa dia rasakan. Bayangan bayangan seorang anak kecil yang berlari lari yang tertawa tawa bersamanya tiba tiba hadir kembali disana. Ghea. Gadis kecil ini hadir kembali sejak seminggu yang lalu menggali kembali memory yang sudah Jaehyun kubur dalam dalam.

“Aku juga capek!” Nada suara Shannon meninggi.

“Aku juga capek J, aku capek di rumah terus ngga ada kerjaan. Aku capek ngga boleh ini ngga boleh iti sama kamu. Aku capek bawa anak kamu 7 bulan dan masih harus lanjut lagi” Lanjut sang puan.

“Aku juga capek. Kamu pikir aku enak enakan di rumah? Engga! Aku stress!” Ucap Shannon. Jaehyun masih diam dengan tatapan kacau.

“Bilang sekarang. Bilang sekarang kalo kamu ngga mau punya anak cewe. Bilang sekarang biar aku gedein sendiri” Kata Shannon.

“Ngomong apa? Dijaga omongannya Shan!” Balas Jaehyun. Kali ini suaranya juga meninggi. Agaknya kesabarannya sudah menipis.

“Kamu ngga mau kan J? Kamu ngga mau kan anak ini? Kamu tau kamu diemin aku gitu aku tersinggung J. Bukan mau aku. Bukan kuasa aku rubah dia jadi cewe apa cowo. Sejak pertama aku bilang anak kamu cewe, kamu diemin aku. Kamu dengan sengaja ngga pulang ke rumah terus malah sok sibuk di kantor. Aku harus nahan lagi? Aku butuh kamu J” Kata Shannon dengan nada yang tinggi. Air matanya bahkan sudah menculos beberapa tetes. Putus asa sekali.

“Ada aku bilang aku ngga mau dia? Engga shan” Balas Jaehyun tak kalah berapi api.

“Mulutmu emang ngga ngomong tapi sikap kamu ke aku jelasin semuanya. Kamu mana pernah ngomong kalo ada apa apa? Ngga pernah. Udah ngga perlu ngomong lagi, sikap kamu udah jelas J. Bilang sekarang kalo ngga mau, kalo mau pergi juga pergi aja sekarang. Biar ngga makin sakit nanti buat aku, aku bisa besarin dia sendirian” Kata Shannon lagi.

“Yakin kamu bisa besarin dia sendirian? Siap kamu sendirian?” Tanya Jaehyun. Shannon mematung seketika tidak percaya dengan ucapan suaminya.

“Kamu talak aku?” Tanya Shannon dengan nada suara yang lebih kecil tapi tetap tajam. Jaehyun juga ikut terkejut. Matanya membelalak seakan hampir lepas dari tempatnya. Tangannya lalu mengambil pundak sang istri.

“Omongannya dijaga, shan!” Katanya sambil menatap mata sang istri dalam dalam. Air mata Shannon sudah banjir disana.

“Bener kan?” Tanya Shannon lagi. Tatapannya tak kalah tajam dari milik sang suami. Jaehyun kemudian melepaskan pundak istrinya dengan kasar.

“Jangan lupa kunci pintu” Katanya seraya pergi dari rumah. Shannon diam menatap punggung sang suami. Tak lama suara mesin mobil menyala. Kendaraan milik Jaehyun itu membawa pergi dirinya dengan banyak emosi dan pikiran di kepalanya entah kemana. Shannon masih berdiri di tempatnya. Meremas erat sisi bajunya dan menahan sekuat mungkin air mata ya walaupun tetap menerobos minta dikeluarkan.

Malam itu mereka sama sama meledak. Tidak ada pelukan menenangkan, tidak ada sambutan hangat, tidak ada ciuman, tidak ada kata kata manis. Malam itu mereka hanya, manusia.