First Tears
Jaehyun lalu mengambil kunci mobil dan membawanya menuju kantor Shannon. Sepanjang jalan yang dia lakukan hanya tersenyum tidak jelas. Dirinya seneng, mendapatkan alasan untuk bisa bertembu kembali dengan Shannon padahal belum genap satu jam mereka berpisah.
Persetan dengan urusan kantor yang ia tinggal, rapat yang sedang berlangsung. Baginya kini yang dia inginkan hanya Shannon. Jaehyun juga tidak tahu mengapa dirinya seperti ini. Nampaknya pertemuan pertemuan dengan Shannon yang dapat dihitung, dan perlakuan Shannon hari ini membuat Jaehyun sedikit penasaran, siapa, bagaimana sebenarnya calon istrinya itu.
“Apa apaan kamu? Hah?” Suara itu meninggi, suara milik perempuan yang Shannon sayangi. Bundanya.
“Adek kamu balik, kamu sembunyiin. Perjodohan udah diatur kamu tolak.” Bunda marah. Di dalam ruangan Shannon telah duduk seorang gadis dengan rambut panjang dan seorang wanita paruh baya yang sedang meluapkan sekua emosinya.
“Bun, bunda tenang dulu, aku yang minta ke Mba Shan” Tenang Sailor kepada Bundanya.
“Diam, kamu tu emang bisanya bikin masalah. Pulang itu ke rumah. Ngapain kamu pulang ke Mbakmu ha? Ngapain Bunda tanya? Biar bisa bebas? Iyaa?”
“Bun, nanti aja di rumah, nanti aku pulang, jangan di sini” Jawab Shannon mencoba menenangkan.
“Nanti aku pulang, nanti nanti nanti. Omongan kamu itu ngga bisa dipegang mbak, nanti terus. Kamu itu tau adikmu salah ya dibenerin bukan malah ditutupin.”
“Bun, ini itu cuma masalah Ilora pulang aja, aku udah bilangin juga cepet balik ke rumah dia udah bilang iya, ngga segede itu sampe bunda harus marah marah kaya gini” Jawab Shannon masuk akal. Sailor hanya ditempatnya sementara, ia juga akan pulang ke rumah nanti, ia hanya tidak mau tidak bisa bebas di rumah, dan harus menemani Bundanya bertemu teman temannya untuk waktu yang lama.
“Ngga gede? Ngga gede gimana? Nikahan kamu coba jelasin, jelasin ke Bunda sampe mana progress nya. Opa sama Opanya Jaehyun udah bikin janji dari dulu, kamu tetep kekeh mau nolak. Semua orang udah tau walau belum diresmiin, kamu nikahnya sama Jaehyun. Kalo sampe gagal mau ditaro dimana muka keluarga kita?” Ucap Bunda panjang lebar.
Shannon akhirnya mengerti, Bunda menemuinya tidak hanya membawa masalah Ilora yang menginap di tempatnya. Namun masalah perjodohannya tempo hari masih menjadi topik yang patut diperdebatkan.
“Shannon kan udah bilang, Shannon ngga punya kuasa buat nolak, mau ngga mau tetep Shannon yang ditumbalin. Mau nolak kaya gimanapun juga Shan tetep berangkat” Jawab Shannon.
“Kamu ngga ikhlas banget ya mbak nyenengin Bunda sama Opa?”
“Bun, serius Bunda maunya aku gimana?” Tanya Shannon putus asa.
“Kamu terima semuanya, ikhlas, kalo alesan nolak ini cuman karena kamu ngga cinta nanti kamu juga cinta” Jawab bunda
“Hahahah cinta” Shannon tertawa, matanya memerah, ia ingin menumpahkan semua air matanya disana, tapi ia tahan. Tahan Shannon tahan, Ilora disana.
“Bunda tau apa soal cinta? Bunda aja gagal”
“Apa maksud kamu?” Tanya Bunda
“Bunda jangan sok sokan mau ngomongin cinta depan aku. Bunda aja gagal” Jawab Shannon.
Plakkk
Sebuah tangan menempel sempurna dipipi Shannon meninggalkan bekas merah disana.
“Bunda, bun ayo pulang, ayo aku pulang ke rumah” Ucap Sailor menghentikan Bundanya.
“Kurang ajar kamu” Ucap Bunda lalu berlalu pergi meninggalkan Shannon di ruangannya.
“Mbak, gue pulang ke bunda” Ucap Sailor lalu ikut berlalu pergi meninggalkan Shannon. Sailor tau kakaknya itu tidak mau menangis di depannya, ia pergi untuk memberi ruang kepada sang kakak agar dapat menumpahkan semua emosinya. Karena lagi lagi bagi Shannon mengekspresikan emosi dapat dilakukan dengan menangis.
Sailor bergegas keluar. Tidak pernah Sailor bayangkan mengenai apa yang ia lihat sekarang sesaat setelah keluar pintu ruangan Shannon. Seorang laki laki yang ia kenali terdiam disana, mencoba memahami apa yang sedang terjadi.
“Ra, gue ngga ada niat nguping tapi-”
“Kak, tolong temenin kakak gue please, i beg you” Ucap Sailor kepada Jaehyun. Iya, Jaehyun disana, mendengar segala prahara keluarga yang seharusnya tidak ia dengarkan.
Jaehyun segera masuk dan mencari sosok perempuan yang ia yakini sekarang sedang tersedu sedu menangis. Dan benar saja, seluruh ruangan Shannon diisi dengan suara isakan tangis seorang wanita. Shannon sedang bersimpuh dibalik sofa, menenggelamkan semua wajahnya pada tangan kecilnya, meluapkan semua kekesalan, amarah yang ia tahan sendiri.
“Shan” Sapa Jaehyun. Shannon mendongak, mencari sumber suara, didapatinya seorang laki laki sedang mencoba mensejajarkan tubuhkan dengan posisi Shannon saat ini, ia masih menangis. Ditariknya daksa Shannon menuju pelukannya, didekapnya erat tubuh manggil Shannon. Tangis Shannon semakin menjadi jadi.
Saat itu adalah pertama kalinya bagi Shannon. Ia menangis dihadapan orang lain, orang asing. Walaupun status Jaehyun saat ini adalah calon suaminya, tetapi tetap mereka belum cukup jauh untuk saling mengenal. Jaehyun tetap orang asing bagi Shannon. Dan sekali lagi, saat itu Shannon menangis dihadapan orang asing. Banya rasa yang Shannon rasakan saat itu tapi tidak bisa ia jelaskan. Hanya satu, hanya satu yang dapat ia ketahui secara pasti. Percaya, Shannon merasa yakin dan percaya kepada Jaehyun. Untuk pertama kalinya, Shannon memilih mempercayai orang lain.