He Is About Jealous
Benar saja. Ketika Aleeah berjalan dengan bersusah payah ke arah pintu keluar utama Seo Medical Center, ia menemukan seorang lelaki yang harusnya baru akan di berada Jakarta esok hari, sedang bersandar ke kereta hitam miliknya dengan menyesap sebatang rokok setengah menyala. Ditopang dengan krek di sisi kiri dan kanan Aleeah terlihat amat sangat bersusah payah untuk menggapai daksa tegap suaminya di depan sana.
Di belakangnya, Daffa Wardhana. Seorang dokter berusia 28 tahun sedang berjaga jaga mengekori Aleeah takut takut si perempuan tiba tiba terjatuh karena tak kuasa menahan berat badannya sendiri. Mengingat kaki sang perempuan tidak dapat difungsikan sebagaimana biasanya karena kecerobohannya. Daffa tidak memegang kedua pundak Aleeah atau membopong, membantunya berjalan. Ia hanya mengikuti Aleeah dari belakang.
Seketika Johnny melihat wanitanya mulai nampak di kejauhan, ia lantas membuang putung rokoknya ke jalan. Tak lupa menginjak sisa bara yang masih ada sebagai tanda bahwa api benar benar dimatikan di bawah alas kaki, sepatunya. Ia kemudian berjalan mendekat ke Aleeah. Wajahnya biasa saja, tidak Aleeah tangkap ada rasa rindu yang membuncah, rasa senang karena kembali atau hal hal uforia lain sebagai tanda bahwa Johnny merindukannya. Wajahna dingin datar, lebih seram dari biasanya.
Aleeah kemudian melemparkan senyum ke arah suaminya. Hangat. Tapi tatapan mata Johnny jatuh ke laki laki di belakang Aleeah. Sadar seseorang di belakangnya mengambil atensi sang pria, Aleeah pun baru teringat bahwa Daffa dengan sengaja mengantarkannya ke depan tat kala notifikasi dari Faraya berkata bahwa Johnny mungkin sedang menunggunya. Dengan masih bersusah payah, Aleeahpun berbalik badan.
“Thanks daff” ucap Aleeah.
“It's ok, it's ok, you don't have to” balas Daffa.
“Oke, gue balik sama suami gue ya, makasi banyak pak dokter” balas Aleeah. Ada perasaan tidak jelas yang tidak dapat Johnny gambarkan ketika Aleeah memperkenalkannya sebagai seorang suami di hadapan orang lain, yang notabennya, Daffa adalah orang asing yang tidak pernah mereka siapkan dalam Don and Don't mereka sebelumnya. Bagi Johnny dan Aleeah, Daffa sama seperti orang yang harus mereka sapa ketika mereka melewati jalanan kecil di pedesaan. Bagi Johnny dan Aleeah, Daffa adalah orang asing yang tak sengaja mereka temui ketika sedang menaiki kereta lalu tidak sengaja berbasa basi. Bagi Johnny dan Aleeah, Daffa adalah orang asing yang mungkin, mungkin, pertemuan mereka hanya akan bertahan sampai Aleeah pulih nanti dan tidak akan ada tegur sapa yang lainnya. Seaneh itulah perasaan Johnny, desiran lembut agaknya muncul dalam hatinya. Hal kecil yang entah merayap kedalam perutnya. Sepersekian detik hatinya mencari, tetapi tidak bertahan lama karena pikiran itu muncul kembali. Pikiran penuh perandai andaian bagaimana jika memang ia sungguhan suami Aleeah.
Sujurus kemudian Daffa melemparkan senyum dibarengi anggukan, tanda bahwa ia setuju kepada peryataan Aleeah mengenai kepulangannya ke rumah, yang disusul oleh ucapan terima kasih Johnny kepada si dokter laki laki lalu membantu sang puan untuk naik ke mobil dan menyimpan krek-nya di bangku belakang.
“Bapak bukannya harus pulang besok ya?” tanya Aleeah setelah mobil yang mereka naiki mulai meninggalakan rumah sakit.
“Udah selesai” balas Johnny singkat. Tangannya kirinya berada di kemudi, sedangkan yang kanan ia gunakan untuk mengusap kasar janggutnya.
“Pak Johnny you did well, cepet banget kerjanya, keren” balas Aleeah kikuk karena atmosfer yang Johnny ciptakan benar benar membuatnya harus segera memakai jaket hangat sekarang. Dingin sekali. Berbeda dengan Daffa yang membuat Aleeah ingin berjemur saking panas dan mencairnya suasana ketika dokter bedah umum itu mulai berbicara.
“Udah biasa” balas Johnny singkat sembari tetap menatap ke depan. Aleeah mulai didatangi rasa kesal. Mengapa sikap Johnny berubah padahal belum genap 24 jam mereka berpisah melalui sambungan telepon? Aneh. Aneh pula bagi Johnny, ini adalah adalah perasaan asing pertamanya setelah cukup lama hatinya tidak menjamah ciptaan Tuhan bernama wanita. Johnny sempat bingung mengapa juga hatinya menadak kesal tatkala Aleeah menyebut nama Daffa dalam room chat mereka, bahkan tangannya mengepal ketika ia melihat wanitanya berjalan diiringi laki laki lain di belakangnya. Aneh dan asing.
Setelahnya tidak ada percakapan lagi diantara keduanya. Johnny yang masih mencari arti perasaannya serta Aleeah yang tenggelam dalam pikirannya sendiri, mengapa lelaki ini berubah secepat itu. Keadaan saling bungkam ini berlangsung cukup lama hingga nampaknya perasaan Johnny mulai terkendali, ia membuka obrolannya kembali dengan sang wanita.
“Kaki kamu gimana?” tanya Johnny. Masih tidak menoleh ke arah Aleeah. Berbeda dengan Aleeah yang begitu bertanya maupun menjawab, ia akan menenggok ke arah lawan bicaranya.
“Baik, kata dokter jangan keseringan naik turun tangga aja sih pak. Kayanya minggu depan udah bisa jalan normal” balas Aleeah jujur.
“Okkey” gumama Johnny lirih. Tetapi masih dapat Aleeah dengar kata itu keluar dari mulut suaminya.
“Bapak marah?” tanya Aleeah memberanikan diri.
“Engga. Ngapain?” balas Johnny dengan mencengkram erat kemudi mobil.
“Ya siapa tau bapak kesel saya dianter Daffa” balas Aleeah tetap dengan menatap lawan bicaranya yang atensinya tidak berpindah dari badan jalan.
“Ngapain? Kalo kamu suka Daffa yaudah itu hak kamu. Saya ngga ada urusan buat larang larang dan marah sama kamu. Saya cuma harus tau aja kamu pergi kemana sama siapa biar kalo ada yang nanya saya bisa jawab.” jawab Johnny masih tetap enggan menatap wanitanya. Jika diizinkan untuk membuka hatinya, maka akan kita temukan secuil perasaan kecewa dalam organ kecil milik Aleeah. Entah mengapa namun ada harapan bahwa Johnny akan mengatakan hal yang sebaliknya.
“Saya ngga suka kamu jalan sama Daffa”
Lagi lagi Aleeah merutuki dirinya sendiri. Sebenarnya harapan macam apa yang ia mimpikan dari diri seorang Johnny. Saat itu juga Aleeah tau, sebenarnya bukan Johnny, tapi dirinya kecewa sendiri dilahap ekspetasi.
“Pak, mampir depan situ dong saya pengen sushi” ucap Aleeah kembali ke mode kontrak.
“Ngga. Saya cape” balas Johnny acuh.
“Ok deh nanti minta gofood Daffa aja” balas si perempuan entang sembari mulai mengalihkan atensinya mencari cari sesuatu di dalam tas yang Johnny asumsikan sebagai ponsel. Maka seketika itu pula tatapan Johnny mulai beralih ke Aleeah. Nampak cukup kaget ditangkapnya namun giliran Aleeah sekarang yang acuh.
“Mall depan situ kan? Ok saya juga tiba tiba jadi pengen” balas Johnny.
“Pengen sushi?” tanya Aleeah.
“Pengen nampol si Daffa” balas Johnny dengan wajah kesal tapi tak sedingin sebelumnya yang selanjutnya terdengar suara tawa kencang dari mulut Aleeah.