Homey
Aleeah menutup pintu belakang taxi yang berhenti di depan gerbang tinggi dengan aksen kayu setelah membayar beberapa rupiah. Kakinya ia bawa untuk melangkah dan membuka gerbang lainnya di samping gerbang utama yang memang diperuntukkan untuk akses keluar masuk berjalan kaki. Sedangkan gerbang utama digunakan untuk kendaraan baik roda dua maupun roda empat. Langkahnya terasa berat, namun ada desiran di hatinya yang entah bagaimana cara menggambarkannya, ketika Aleeah kembali pulang, ke rumah.
“Papa” panggil Aleeah setelah ia menemukan seorang lelaki paruh baya sedang berkutat di dapur. Merasa disebut, lelaki itupun memalingkan badannya. Ia temukan putri semata wayangnya yang terakhir kali ia dekap daksanya 9 bulan yang lalu sedang berdiri dengan wajah cukup sendu disana.
“Adekk” ucap sang papa sembari mendekat dan memeluk kembali tubuh munggil Aleeah yang dimatanya, putri kecilnya ini tidak pernah tumbuh dewasa. Di mata sang papa, Aleeah tetaplah anak kecil berusia 5 tahun yang jika tidak diurus maka ia akan mati kelaparan. Di mata sang papa, Aleeah adalah remaja berusia 16 tahun yang merengek meminta pindah sekolah ketika masa orientasi siswa dimulai karena terlalu malas dipelonco ini itu oleh kakak kelasnya. Di mata sang papa, Aleeah adalah semesta yang tidak boleh mendung, matahari harus selalu bersinar disana, dengan terang.
“Papa apa kabar?” tanya Aleeah di sela sela pelukan mereka.
“Papa ya baik. Kamu gimana?” “Tuman ini kalo pulang ngga pernah mau ngabarin.” balas sang papa sembari melepaskan dekapannya.
“Yang penting kan udah pulang?” elak Aleeah. Cengengesan.
“Ying pinting kin idih piling” tiru papa.
“Papa julid banget?” balas Aleeah. Lalu keduanya sama sama tertawa hingga suara mereka menggema ke seluruh sudut ruangan.
Rumah dengan aksen putih yang besar dan tinggi ini dulu pernah seramai pasar walau hanya tiga orang yang menghuni. Baik Sinatra maupun Anggina sama sama bersepakat untuk hanya memiliki Aleeah sebagai penopang hidup nereka. Rumah ini dulunya pernah amat sangat hidup walau hanya ada mama, papa dan Aleeah. Namun ketika Anggina pergi, jantung serta jiwa rumah ini ikut bersamanya. Anggina tidak pernah membawa mereka untuk masuk ke liang lahat dan dikubur bersama untuk waktu yang tidak terbatas. Namun mau tidak mau, secara otomatis, kehidupan papa dan Aleeah ikut mati bersama perginya sang mama.
“Johnny mana pa?” tanya Aleeah setelahnya.
“Johnny? Loh k-” jawab papa terputus.
“Loh katanya ada yang ngelamar Aleeah?” tanyanya ke sang papa.
“Loh, pacarmu itu Lucas apa Johnny dek? Kok banyak banget?”
“Lucas?” tanya Aleeah tak kalah keheranan.
“Oittt” panggil seseorang yang baru saja keluar dari kamar mandi memanggil seorang gadis yang ia jaga di negara orang selama 5 tahun terakhir karena merasa memiliki penderitaan yang sama. Sama sama merantau.
“Si anjir?” sapa Aleeah. Agaknya dirinya terkejut bukan main. Mengapa bisa Lucas ada disini bersama ayahnya? Apa maksud pesan papa bahwa ada seorang pria yang datang melamarnya? Bukankah seharusnya itu Johnny? Mengapa Lucas yang ada disini?
“Lo beneran mau nikah?” tanya Lucas pada Aleeah. Keduanya kini ada di halaman belakang rumah papa sembari memakan jagung bakar yang sengaja ia pesan melalui aplikasi online.
“Ya lo pikir?” balas Aleeah.
“Le, gue nyuruhnya lo cari kerja bukan cari suami, anjing” balas Lucas terheran heran.
“Ya iya gue nyari kerja terus ketemu suami juga cas” jelas Aleeah.
“Aneh banget, lo sesuka itu sama duit?” tanya Lucas kembali.
“Ini orang orang kenapa ngga ada yang percaya deh? Kenapa semua ngira kalo gue nikah karena duit?” balas Aleeah kesal.
“Ya, ya gimana ya le, gue aja ya, gimana”
“Ngomong yang jelas anjrit cas”
“Ya, jujur gue syok liat rumah lo segini gedenya” balas Lucas belum selesai. Aleeah menatapnya tajam penuh keheranan dan pertanyaan.
“Ok sorry gue liat alamat lo di facebook le. Lo tau gue ngga punya siapa siapa disini, maksudnya ya gue mau numpang gitu. Lo harus tau ya bajingan, gue di depan gerbang ngitungin kancing baju masuk engga masuk engga lihat penampakan alamat di facebook lo. Kaya, ya ngga mungkin anjing, Aleeah aja kere ini rumah siapa bangsat” jelas Lucas.
“Gue coba aja ternyata beneran rumah lo. Lo kenapa si le? Gue kalo jadi lo ya ngga susah susah kerja udah gue bernafas aja menghasilkan duit” lanjutnya.
“Ngitungin kancing baju, lo aja pake kaos ya usus lele” balas Aleeah sembari mencubit pinggang Lucas. Kesal.
“Aw aw anjing.”
“Lo kenapa ngga ke perusahaan gue aja deh cas?” tanya Aleeah setelahnya.
“Perusahaan apaan?”
“PT mencari cinta sejati. Lo bego kenapa ngga ngechat aja segala nyari di facebook. Itu akun udah ngga gue pake dari smp anjing Lucas” balas Aleeah masih sebal.
“Ya kan surprised?” balas Lucas enteng.
“Matamu. Untung bapak gue open minded ya, kalo ngga udah digorok lo” “Pake acara ngaku mau ngelamar lagi goblok” lanjut Aleeah sembari memukul mukul lengan Lucas.
“Ok ok aww udah anjing le” “Tapi lo serius sama si Johnny Johnny itu? ” tanya Lucas seketika Aleeah menghentikan aktifitas memukulnya.
“Serius.” jawab Aleeah mantap tanpa ada unsur keragu raguan di dalamnya.
“Kenapa gue kesininya ngga dari tadi aja ya biar ketemu?” ucap Lucas penuh penyesalan. Benar. Sebelum Lucas datang, Johnny sudah lebih dulu menghadap Pak Si untuk meminta restu, tanpa sepengetahuan Aleeah pula. Aleeah pun juga baru tau ketika sang papa bercerita.
“Ya ngapain? Ngapain mesti ketemu Johnny?” balas Aleeah.
“Heh banjingan. Lo di Jerman lima tahun gue yang jagain, apa apa gue yang bantuin, lo sakit gue yang ngobatin, lo ini udah kaya anak gue sendiri anjing le. Doa restu gue juga penting tcoyyy” balas Lucas tidak terima.
“Lo kaya ngga ikhlas banget?”
“Coba gue tanya. Lo kenapa mau nikah sama dia? Lo baru kenal Johnny ya le, jangan macem macem lo, mahkluk bumi itu aneh” jelas Lucas.
“Lo juga mahkluk bumi bajingan, cas ah emosi” balas Aleeah.
“Yaudah kenapa? Jujur sama gue kenapa?” tanya Lucas kembali.
Pertanyaan kali ini tidak dapat Aleeah jawab dengan seenaknya sendiri. Lucas. Lucas Wong, adalah temannya yang dengan tidak sengaja Aleeah temukan ketika dirinya sedang berdarah darah mencoba hidup di negara orang. Setiap hari bertemu dan saling berbagi cerita membuat Lucas paham benar bagaimana Aleeah sebenarnya. Bahkan semua mantan pacar Lucas tidak ada yang pernah sekalipun cemburu pada Aleeah karena memang mereka tau bahwa pacarnya dan Aleeah hanya sebatas sahabat yang lebih seperti saudara, tidak lebih. Maka untuk menjawab pertanyaan Lucas malam itu, Aleeah sedikit memutar otak karena jawaban bahwa dirinya dan Johnny telah berpacaran selama dua tahun akan terdengar konyol di telinga Lucas.
“Kenapa le? Anjg jangan ngelamun kesambet setan ayunan gue gebukin lo” rancau Lucas lagi meminta kepastian.
“Pengen aja. Gue pengen aja” balas Aleeah akhirnya. Lucas hanya diam memandang wajah sahabatnya. Tidak ada pertanyaan lagi setelahnya. Aleeah memilih untuk tidak, atau mungkin belum, bercerita.