I Admitted It
Aleeah tengah berdiri di depan bangunan besar yang menyetel musik dengan irama cepat dan mengguncang serta minuman minuman memabukan menjadi barang pertama yang pasti terjual. Kakinya diam. Niatnya ragu ragu. Benarkah ia harus menempuh jalan ini hanya untuk meengakui perasaanya pada Johnny?
Sementara di belahan dunia lain, seorang lelaki sedang berkutik dengan beberapa dokumen hingga hampir tengah malam. Setengah 12 nampaknya waktu yang cukup bagi Johnny untuk mengistirahatkan otak serta badannya. Bangkitlah ia dari duduk depan mejanya lalu membuka pintu balkon dan mulai menyalakan tembakau dari bungkus merah kesukaannya. Marlboro. Sebatang dua batang ia habiskan sendirian sembari mempertanyakan kemana Tuhan membawa hidupnya berjalan.
Jalanan kota masih ramai rupanya ia lihat dalam diam. Lampu lampu masih banyak yang menyala, suara bising masih mengalun di telinganya walaupun sunyi lebih mendominasi. Sepersekian detik setelahnya Johnny menangkap bunyi dial code yang terpasang di pintu apartmentnya mulai ditekan.
Tit tit tit tit
Menyadari seseorang mencoba masuk ke kediamannya, Johnny lantas menahan nafas dengan siaga. Tidak ada yang tahu kode tempat teraman untuknya ini kecuali ia dan Aleeah. Bahkan mama dan Dissa tidak pernah bisa mencoba menerobos masuk ke tempat persembunyian Johnny ini. Otaknya mulai bekerja, mungkinkah Aleeah berada disana? Tapi mengapa? Apa yang dia lakukan? Konyol sekali. Tidak masuk akal.
Diiringi dengan bunyi berhasil terbukanya pintu, Johnny lalu mengambil tongkat golf di ujung ruang kerjanya dan mulai berjalan mengendap endap sembari sesekali matanya mengedar kesana kemari mencari siapa gerangan yang mencoba memaling tempat peristirahatannya.
Johnny yakin, seseorang dengan kode apartment, kini pasti tengah berada di tempat yang sama dengannya, namun ruang tamu tampak begitu sepi tatkala matanya menyisir mencari tanda tanda kehidupan disana. Bersamaan dengan bingungnya Johnny, tiba tiba muncul suara gaduh dari arah dapurnya. Dengan mode siaga, Johnny kembali mencoba mendatangi siapa gerangan disana.
“Le?” tanya Johnny ragu ragu ketika ia melihat punggung perempuan dengan rambut panjang dan turtleneck berwarna hitam, sedang meneguk air dengan kulkas yang dibiarkan terbuka.
“Ale?” panggil Johnny kembali. Merasa namanya dipanggil. Aleeahpun membalikan badan.
“Hai!” sapanya riang dengan mata setengah tertutup, pipi merah dan bau alkohol yang menyengat. Johnny sontak membuang tongkat golfnya dan berjalan mendekati Aleeah. Terkejut bukan main. Apa yang dilakukan wanita ini di apartmentnya? Mengapa ia berada disana dengan keadaan kacau seperti ini? Apa yang Aleeah lakukan?
“Kamu ngapain?” kata Johnny dari seberang meja. Jarak mereka dekat, hanya terhalang meja saja.
“Hemm? Minum hehe” jawab Aleeah.
“Kamu ngapain? Kamu mabok?” tanya Johnny geram. Belum pernah terpikir dalam otaknya bahwa ia akan menemui sisi Aleeah yang seperti ini. Belum pernah, sama sekali.
“Hemmmm” kata Aleeah menggelengkan kepala dengan mata yang tetutup dan sedetik kemudian ia terkekeh geli.
“Ayo pulang saya anterin.” balas Johnny tegas sembari memungut jaket Aleeah di atas meja makan.
“Gamau!” jawab Aleeah setengah berteriak.
“Gamau pulang. Saya mau disini. Rumah saya disini” balas Aleeah. Dapat Johnny lihat ulat wajahnya berubah menjadi sendu.
“Saya mau lihat pak johnny lama lama” lanjut Aleeah. Johnny diam di tempatnya.
“Saya mau lihat pak johnny tiap hari. Pak johnny ngga mau liat saya? Jahat. Johnny lo jahat!” rancau Aleeah.
“Le kamu mabok, ayo saya anterin pulang.” kata Johnny menyadarkan Aleeah kembali.
“Jangan diusir sayanya pak. Saya sampe harus minum dulu biar bisa lihat Pak Johnny. Saya sampe harus minum dulu biar bisa balik ke sini. Jangan diusir” kata Aleeah dengan wajah serta suara yang sendu. Johnny kembali diam di tempatnya.
“Ahahaha bentar” tawa Aleeah setelahnya. “Tapi beneran berhasil. Saya beneran liat Pak Johnny ahahah” lanjutnya. Johnny masih bingung dengan situasi yang terjadi. “Bentar” ucap Aleeah lagi. Ia kemudian berjalan mendekat ke sang suami.
Cupp
Kakinya berjinjit. Bibirnya ia bawa untuk menyapa bibir Johnny. Aleeah menutup mata tat kala benda kenyal miliknya bersinggungan dengan benda kenyal lain yang selalu ingin ia coba dihari hari sebelumnya. Berbeda dengan Aleeah yang seakan menikmati, nafas Johnny tercekat untuk beberapa detik. Tidak ads permainan disana. Hanya menempel. Saling melekat. Jantungnya berdegup dengan kencang, selain kaget, ia juga bingung apa yang harus ia lakukan jika diserang secara tiba tiba seperti ini.
“Bener” ucap Aleeah setelah ciuman pertama mereka. Ia menatap mata Johnny dengan mendongakkan kepalanya. “Bener saya harus mabok dulu biar bisa cium Pak Johnny” “Apa saya mabok aja tiap hari? Hahahaha” rancau Aleeah kembali. Johnny masih diam dengan semburat merah di pipi, semerah tomat.
“Kata Lucas kalo minum setetes dibanned 40 hari. Saya minum dua gelas berarti berapa tu? Seratus tetes? Dua ratus? Banyak” lanjut Aleeah dengan nada suara mabuk dan mata setengah tertutup. “Cuma buat liat lo Johnny, anjing. Tapi beneran bisa liat Pak Johnny. Bisa dicium juga aaaaaa” lanjut Aleeah tetap merancau tidak jelas. Johnny terkekeh kecil melihat tingkah wanitanya.
“Minum dimana?” tanya Johnny tenang dengan ekspresi tertarik pada cerita Aleeah.
“Disana. Disana pokoknya yang jual kaya jualan jamu di botol botolin” balas Aleeah. “Heheheheh” lanjutnya terkekeh kecil.
“Hahahah” Johnny sontak mendekatkan wajahnya ke wajah sang wanita. Mengamati setiap inchi rupa cantik miliknya. Aleeah balas mentap mata Johnny. Tangan besar milik Johnny menangkup kedua pipi Aleeah yang terasa panas. Ia kemudian mengecup ujung hidung wanitanya.
Aleeah mengulum bibirnya ke dalam. Malu. Malu sekali tiba tiba ia rasakan. Johnny tersenyun di seberangnya.
“Lo bukan Johnny” ucap Aleeah setelahnya.
“Hmm?” kata Johnny dengan duduk di meja pantri tetap dengan senyum manis yang mungkin malam ini tidak akan pergi meninggalkan wajah tampannya.
“Lo cuma bayangan gue aja. Bangun le. Bangun anjing” rancau Aleeah lagi kemudian berlalu meninggalkan Johnny.
“Bangun ale, bangunnnn” katanya seraya menaiki anak tangga.
“Le, kemana?” tanya Johnny.
“Hoammmm, mau ti-”
Bughh
“Astagfirullahaladzim”
Dengan tenaga yang Johnny punya,mengangkat Aleeah bukanlah perkara yang sulit. Ia bawa daksa istrinya untuk di rebahkan ke kamar dimana biasa Aleeah tinggal. Kamar yang tak kunjung ia buka setelah Aleeah meninggalkan apartmentnya. Terlalu banyak memori disana yang tidak bisa Johnny hadapi. Sebenarnya, untuk berada di rumah saja sudah amat sangat menyiksa karena setiap sudut apartment ini adalah Aleeah. Namun karena ia tetap harus melanjutkan hidup, maka dengan tidak membuka dan memasuki kamar Aleeah agaknya sudah cukup untuk Johnny.
“Berat juga ternyata” kata Johnny setelah membaringkan Aleeah di ranjangnya dengan kaki yang masih menggantung. Sempat meremehkan berat badan Aleeah, agaknya Johnny juga merasa tersiksa walaupun hanya menggendong Aleeah dari tangga bawah hingga masuk ke kamarnya. Untuk itu, Johnny ikut membaringkan diri di samping sang istri.
“Saya ngga selingkuh, Pak Johnny” buka Aleeah setelah cukup lama mereka hanya berdiam diri saling berbaring. Ternyata sang wanita belum menutup mata. Johnny kemudian menolehkan kepalanya ke arah Aleeah.
“Saya ngga selingkuh. Saya beneran pas saya bilang mau hormatin pernikahan ini sampe akhir” lanjut Aleeah dengan suara yang bergetar. Johnny masih diam tidak menjawab.
“Daffa pindah apart ke unit sebelah, di ujung. Saya lagi nyari lilin. Saya tahan saya takut saya tahan. Terus ketemu Daffa di depan. Saya ngga selingkuh. Saya cuma minta lilin aja” lanjut Aleeah dengan suara yang sudah amat sangat bergetar. Dapat Johnny dengar, ada air mata yang Aleeah tahan.
“Saya ngga selingkuh tapi Pak Johnny marah sama saya.” air matanya mulai turun.
“Saya ngga ada kewajiban buat jelasin ini sebegininya ke Pak Johnny. Ngga ada. Kita cuma kontrak. Tapi saya pengen Pak. Johnny tau. Saya ngga mau Pak Johnny salah paham. Saya ngga mau Pak Johnny marah. Saya ngga suka Daffa” lanjut Aleeah sembari tetap berbaring menatap langit langit kamar.
“Le?” tanya Johnny bangkit dan menatap Aleeah.
“You may be on the different way, you may be think that im crazy but i love you” lanjut Aleeah dengan mengusap kasar air mata yang jatuh di pelipisnya.
“Every single day, you have to know Johnny Seo“ “Im sorry i miss you“ “Im sorry but it hurts“ “It sucks” ucap Aleeah sembari menutup wajah dengan kedua tangannya. Mencoba menyembunyikan air mata yang ada.
“Ini itu konyol banget. Saya kangen Pak Johnny, sata tau rumah Pak Johnny, saya tau nomer Pak Johnny tapi saya ngga bisa ngapa ngapain. Saya kaya orang bodoh” lanjut Aleeah dengan air mata yang lebih banyak tumpah. Johnny kemudian menarik tangan Aleeah agar ia bisa menatap mata cantik kesukaannya. Aleeahpun bangun.
“Lo tau ngga Johnny, lo itu anjing. Lo pengecut.” kata Aleeah dengan wajah basah.
“Sorry” balas Johnny.
“Lo itu bikin bingung. Lo kaya mau tapi ngga mau, lo kaya suka tapi ngga suka. Lo baik kaya gitu ke gue aja apa ke semua orang haaa? Jawab!” ucap Aleeah sembari memukul mukul dada bidang sang suami. Johnny tidak bisa menjawab setiap kata yang keluar dari mulut Aleeah. Satu kata pu tidak, karena semua yang terucap adalah fakta. Sembari merutuki diri dan menyesali perbuatan bodohnya, Johnny membawa daksa Aleeah ke pelukannya.
“Lo kenapa diem aja Johnny? Kenapa?!” tangis Aleeah pecah. Johnny semakin merasa kecil di hadapan sang istri. Laki laki mana yang pantas untuk seorang perempuan sehebat Aleeah? Ditambah lagi Johnny telah berani membuatnya menangis. Pengecut.
“Lepasin. Jangan. Ngga mau. Lo pengecut” tolak Aleeah pada awalnya. Namun sia sia. Tenaganya tidak ada apa apanya jika dibandingkan dengan tenaga Johnny. Dengan hati yang remuk mendengar segala pengakuan dari sang puan, Johnny memeluk erat daksa Aleeah. Ia tidak berbuat apa apa. Hanya memeluk erat sembari merasakan tangan Aleeah mulai melingkar di lehernya dan baju bagian belakangnya basah oleh air mata.
“Maaf le. Maaf” kata Johnny dengan mata berkaca kaca. Nampaknya melihat Aleeah menangis sebegitunya membuat Johnny ingin menghilangkan diri. Kali ini merasa gagal sebagai laki laki.
“Pak Johnny jangan usir saya. Saya mau sama Pak Johnny” ucap Aleeah dengan isakan isakan kecil.
“Iyaaa, maaf le. Iyaaaa” balas Johnny. Aleeah kemudian membuka pelukannya. Matanya bengkak. Hidung serta pipinya memerah. Johnny menatapnya berganti seolah bertanya *kenapa? *
“Huekkkk”