I Am A Pregnant Positive
Seperti hari hari sebelumya. Pukul setengah 6 pagi Shannon pasti sudah bangun dan langsung menuju ke kamar mandi. Namun langkahnya lagi lagi terhenti dialihkan oleh sebuah kantong kresek yang semalam juga meghentikan langkahnya.
Ini kalo sampe positif beneran yaudah pasrah mau gimana lagi. Pas bikin gue seneng banget, kalo beneran dikasi gabole nolak
Batin Shannon. Akhirnya ia memutuskan untuk mengambil satu buah tespeck lagi dan mengujinya. Kebetulan di pagi hari.
“Bismillah bismillah udah apapun yang muncul gue terima. Kalo ngga alhamdulillah kalo iya yaudah gapapa” Ucapnya lirih di dalam kamar mandi. Di depan wastafel dan kaca, Shannon menutup matanya. Berdoa.
Sedetik kemudia ia beranikan membuka matanya. Garis dua. Shannon terdiam. Menggigit bibirkan ke dalam.
“gue harus gimana anjrt” Ucapnya pelan.
Kasi tau bapaknya dulu aja kali ya? Aduh jangan, mau kaya Hamis Raisa gitu romantis. Alhamdulillah dulu alhamdulillah makasi YaAllah dijaga ini anaknya serius isi pikiran Shannon jika bisa divisualisasikan. Kemana mana.
Oh dokter dulu bentar. Bentar, Lia aja jarang ke dokter, terus yang sekarang gue ngga nanya dokternya siapa. Bunda? Kata bunda gue aja lahir di bidan. Mama. Mama, tanya mama
Lalu Shannon memasukkan tespecknya kedalam saku setelan tidurnya. Keluar kamar mandi dengan tidak menunjukkan raut muka apapun. Mencoba menahan. Ia ingin memberi tahu suaminya setelah setidaknya ada orang lain yang dapat memastikan kehamilannya. Dokter.
Meskipun hasilnya sudah jelas, Shannon tetap ingin dokter memastikannya dulu. Jaga jaga agar tidak membuat orang lain kecewa untuk kedua kalinya. Apalagi ini kehamilan pertamanya.
Shannon menuju dapur dan bergelut kembali dengan dunia nyata. Memasak, menyiapkan sarapan, memanaskan mobil sang suami serta mobilnya juga. Sekalian pikir Shannon.
Tak lama Jaehyun menyusul. Membawa selimut untuk menutup tubuhnya.
“Ngapain?” Tanya Shannon.
“Dingin banget”
“Lah itu udah selimutan”
“Semalem ngga dipeluk”
“Hah. Salah siapa lembur”
“Ya emang kerjaan aku”
“Kerja itu di kantor. Di rumah yaudah istirahat. Quality time sama istri. Kerja di rumah. Ruangan kamu tu besok dikosongin aja” Ucap Shannon kesal. Jaehyun tersenyum. Gemas. Lalu ia menanggalkan selimutnya dan berjalan menghampiri Shannon. Memeluk istrinya dari belakang.
“Jjjjjjjjjjjj” Ucap Shannon panjang. Kegiatan Jaehyun ini menganggu kegiatan paginya yang lain. Pasalnya Jaehyun malah memindahkan titik beratnya ke bahu Shannon. Sangat nyaman hingga ia memejamkan matanya.
“J, please. Nanti telat”
“5 menit aja”
“Iya nanti telat 5 menit ke kantornya”
“Pelit banget. Nanti ngebut”
“J, please” Minta Shannon. Ia melepas pelukannya dan membalikkan badan. Mendongak menatap sang suami.
“J please ok. Kamu sekarang mendingan mandi. Setelannya udah aku gantung. Dasinya warna merah ya?” Ucap Shannon meyakinkan sang suami.
“I miss you” Ucap Jaehyun memelas. Butuh sekitar beberapa detik untuk Shannon menjawab.
“I miss you too” Jawabnya akhirnya. Sebuah senyuman muncul di bibir Jaehyun.
“Should we?–” Ucapan Jaehyun terpotong sembari ia mendekatkan wajahnya ke wajah sang istri.
“No. We shouldn't. Aku punya meeting penting” Ucap Shannon. Telapak tangannya ia buat untuk menutup bibir ranum sang suami agar tidak menyentuh miliknya. Pasalnya benda itu sangat addictive sekali dua kali kecupan dapat membuat Shannon menanggalkan semua pakaiannya. Sebelum hal itu menimpanya, maka ia hentikan dulu saja.
Tentu saja jawaban Shannon menghancurkan ekspektasi Jaehyun. Wajahnya berubah menjadi kesal. Menatap Shannon tajam. Jaehyun diam.
“Get shower, get change, get dressed ok?” Suruh Shannon seraya mendorong tubuh suaminya. Tidak ada pilihan lain bagi Jaehyun selain menuruti perintah sang istri. Berjalan dengan berat hati naik kembali ke kamarnya.
“Sorry J, morning is forbid. You can have me in the night” Teriak Shannon melihat tingkah suaminya. Jaehyun kemudian menoleh ke arah Shannon. Menampakkan lesung pipinya disana. Shannon balas dengan senyum yang sama. Lalu Jaehyun kembali melangkah dengan sedikit jingkatan. Kali ini langkahnya senang.