I Bet We Totally End

“Pak Johnny?” tanya Aleeah ragu ragu. Dengan air yang masih menetes dari pakaiannya, dengan kaki kebas yang ia gunakan untuk berdiri, dengan tangan mengepal karena Johnny tau siapa yang berdiri di samping perempuannya malam ini, Johnny membalas perkataan Aleeah.

“Ini yang kamu maksud komitmen sampe akhir?” tanya Johnny dengan nada suara penuh hardik.

Daffa mematung disana. Di sebelah Aleeah. Kebingungan. Tidak tahu apa yang harus ia perbuat karena pikirannya menangkap rasa tidak suka dari seberang sana.

“What you mean?” balas Aleeah keheranan. Sama seperti Daffa, Aleeah bingung apa yang dimaksud lelaki jangkung di hadapannya.

“Harus banget saya jelasin?” tanya Johnny lagi. Keadaan menjadi semakin canggung. Atmosfer baku hantam nampaknya mulai muncul di ruang tamu apartmen Johnny. Tentu dengan penerangan seadanya.

“Ya maksud bapak apa? Saya ngga ngerti.” balas Aleeah masih tidak tahu apa maksud perkataan sang suami. Tingkat kesabaran Johnny sedikit demi sedikit nampaknya mulai terkikis. Jemarinya mengepal di kegelapan. Mencoba menahan semua rasa yang hampir meledak.

“Wait, don't you think that she is getting affair?” timpuk Daffa kepada Johnny dan percakapan sepasang pasutri di hadapannya.

Butuh waktu lama bagi Johnny untuk menjawab. Ia hanya mengalihkan pandangan dari Aleeah ke lelaki di samping wanitanya dengan tatapan mata penuh ketidak nyamanan akan eksistensi si laki laki.

“Isn't she?” balas Johnny kemudian. Kata kata ini terlihat enteng sekali keluar dari bibirnya. Sejurus kemudian Daffa telah berada tepat di hadapan Johnny. Mencengkram kerah baju Johnny dan langsung dibalas pula oleh empunya. Tatapan mereka saling beradu. Desis nafas dapat mereka rasakan di pipi masing masin. Cengkraman tangan mereka perlahan lahan mulai mengerat. Keduanya sama sama menggertak.

Detik ketika dua lelaki ini saling menarik, adalah detik dimana cahaya mulai menampakkan hilalnya. Satu persatu lampu kota mulai menyala tak terkecuali aliran listrik apartmen milik sepasang suami istri ini. Dapat Daffa liat dari dekat wajah Johnny yang penuh urat seakan bersiap melahap siapapun yang menghalanginya. Di depan sana pula dapat Johnny lihat tatapan penuh rasa tidak suka dari orang asing yang entah bagaimana Johnny bisa sebegini membencinya.

“Pak bapak stop!” teriak Aleeah tat kala melihat dua lelaki di hadapannya akan sama sama segera melayangkan tinju.

“Watch your mouth, dear director” ingat Daffa dengan suara penuh peringatan.

“Pak, please lepas, Pak Johnny” lerai Aleeah sembari memegang tangan Johnny yang tidak ia gunakan untuk bertahan melawan Daffa.

“Mind your own business, doctor” balas Johnny lalu menghempaskan kerah lawannya dengan kasar dan sedikit mendorong badan sang lawan ke belakanh.

“Daff you better home” minta Aleeah sembari berdiri di depan Johnny dan menggenggam erat pergelangan tangan sang lelaki. Mencoba memberikan rasa aman. Meminta Daffa agar kembali ke unitnya agar tidak semakin memperkeruh keadaan.

“You have my number if he do something bad to you. Call me on first dial, le” balas Daffa sembari sesekali melemparkan tatapan tajam ke arah Johnny. Agaknya ia enggan meninggalkan Aleeah berdua hanya dengan suaminya karena ia tidak tahu apa yang akan diperbuat Johnny nantinya kepada sang istri. Abusive?

Daffa kemudian berjalan mundur dan mulai berbalik badan. Tangannya ia gunakan untuk membuka kenop pintu dan sedetik kemudian ia mulai keluar dari apartment Johnny. Belum lagi kakinya melangkah, Daffa berhenti di depan pintu karena ada seseorang disana, sehingga jalan masuk dan keluar satu satunya itu belum tertutup dengan sempurna.

“Ini yang kamu maksud komitmen?” tanya Johnny kembali. Suaranya tidak tinggi namun dapat Aleeah dengat banyak rasa tidak suka disana.

“Maksud bapak apa?” tanya Aleeah sewot. “Saya ngga selingkuh. Selingkuh itu buat orang yang sama sama sayang. Dan saya. Ngga. Selingkuh.” balas Aleeah penuh penekanan. Johnny diam barang sebentar. Menutup mata dan mencoba mencari kembali akal sehatnya.

Jadi kamu ngga sayang saya, le?

“Then call you ngga selingkuh karena kita juga cuman kontrak. Terus kamu sama dia ngapain?” tanya Johnny lagi

“Kenapa saya harus jelasin ke bapak?” balas Aleeah. Agaknya sang puan mulai kesal. Tidak ada angin tidak ada hujan. Mengapa Johnny tiba tiba menghakiminya?

“The contract. Remember?” tanya Johnny.

“Mind your own business.” balas Aleeah.

“Then you are my business” balas Johnny dengan tegas. “You are my business in two years later, so please be cope with me” lanjut Johnny tetap mengkorek alasan Aleeah bisa bersama Daffa malam ini.

“Are you jealous?” tembak Aleeah tepat sasaran.

Who dare you? Saya cuma nanya kenapa kamu bisa sama Daffa? Saya ngga ada hak buat cemburu, buat marah kamu sama siapapun. Kamu sendiri yang bilang kamu hormatin pernikahan ini, tapi begini? Begini caranya?” balas Johnny.

“How if i give-”

“Kontrak?” tanya mama. Kalimat Aleeah terputus karena suara lain yang tidak ia duga tiba tiba berada disana.

“Kontrak apa? Dua tahun?” tanya mama kembali sembari mendekat ke arah anak dan menantunya. Saat ini.

“Mama?” ucap Johnny tidak percaya. Mengapa ibunya bisa berada disana? Sedetik kemudian pintu apartment keduanya terbuka. Menampilkan Daffa dengan kepala menunduk dan perlahan lahan menatap ke arah Johnny dan Aleeah. Ikut mencerna percakapan sepasang suami istri yang sekarang di hadapannya, secara tidak sengaja.

“Mama yakin mama ngga salah denger. Kalian nikah kontrak?” tanya mama dengan nada suara meyakinkan bahwa apa yang ia dengar sepenuhnya adalah salah.

“Mamaa?” panggil Aleeah mendekat. Ia kemudian menggenggam tangan sang mertua yang dengan halus dihindari oleh si empunya.

“Mas?” tanya mama. Mendongak mencari mata anak semata wayangnya. Sementara Daffa masih berdiam diri di depan pintu.

“Mama, mas bisa jelasin” balas Johnny. Mulai panik.

“Bener le?” tanya mama kepada menantu satu satunya. Aleeah tidak bisa menjawab. Ia hanya diam menahan air matanya.

“Le, liat mama. Bener?” tanya sang ibu sekali lagi. Aleeah menutup matanya untuk sekejap. Mengambil nafas dalam dalam seolah siap menerima segala macam bentuk sumpah serapah sebelum selanjutnya ia menganggukan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan sang mertua.

Plakkk

Aleeah membungkam mulutnya dengan kedua tangannya, sementara Daffa tersentak. Kaget bukan main. Johnny kemudian memegang sebelah pipinya dengan telapak tangan kanannya.

“Mama inget mama ngga pernah ngajarin kamu jadi sebrengsek ini mas. Jonathan Artandi!” teriak mama di hadapan wajah Johnny. Sementara si empu hanya menundukkan kepala sebagai tanda bahwa ia sangat menyesal akan perbuatannya.

“Mama pukul Ale juga. Ini salah Ale juga. Pukul Ale ma” ucap Aleeah dengan air mata mulai berjatuhan di pipinya sembari menghadang sang mertua di hadapan suaminya seolah olah menjaga Johnny dari kejamnya dunia.

“Ale juga salah” lanjut Aleeah. Johnny masih tidak bersuara. Selama 27 tahun hidupnya, baru kali ini sang mama berani menggunakan tangannya sendiri untuk memberi peringatan kepada Johnny. Selama 27 tahun hidupnya, baru kali ini Johnny lihat sang mama amat sangat begitu kecewa. Selama 27 tahun hidupnya, baru kali ini Johnny merasa sangat berdosa. Selama 27 tahun hidupnya, baru kali ini Johnny merasa tidak berguna menjadi manusia, mengecewakan sang mama untuk yang kedua kalinya.

“Mama yang salah.” tutup mama dengan air mata juga mulai luruh melalui pipi yang mulai keriput. “Mama yang salah. Maafin anak mama, Aleeah” lanjut mama. Aleeah mulai terisak dengan keras.

“Ambil barang barangmu nak, mama anter kamu pulang sampe rumah” kata mama sembari menghunuskan tatapan tajam kepada anak semata wayangnya. Aleeah masih berdiam diri di depan Johnny sembari menahan pundaknya yang bergetar kencang akibat air mata yang minta dikeluarkan dengan lancar.

“Ma, Johnny bisa jelasin” mohon Johnny kemudian.

“Le? Ayo nak” minta mama kepada Aleeah.

“Le?” panggil Johnny sembari mengambil pergelangan tangan sang puan. Maksud hatinya menahan Aleeah agar tetap berada disana. Maksud hatinya menahan Aleeah agar tetap bersama dengannya.

“Saya ngga selingkuh.” jawab Aleeah dengan suara lirih penuh kesakitan. Ia telah membalikkan badan menatap netra coklat kesukaannya. “Bapak saya pamit” pungkas Aleeah setelahnya.

Dengan mata yang memerah serta badan yang masih basah, malam itu Johnny biarkan dunianya pergi. Ia biarkan sang mama membawa pergi wanitanya. Mungkin jalan terbaik bagi Johnny maupun Aleeah memang seperti ini. Salahnya. Salah Johnny. Salahnya karena membawa Aleeah pada mala petaka yang entah sendirinya pun tidak tahu bagaimana jalan keluarnya. Salah Johnny karena jatuh hati pada Aleeah.