I Know You Want Me
Awan mendung nampaknya mulai mengungkung tempat berlangsungnya akad nikah papa dan Tante Anya pagi ini. Entah apa yang membuat pasutri baru ini memilih melangsungkan janji suci di tempat terbuka seperti hutan pinus, yang nyatanya sudah tertata dekor rapi bertuliskan nama keduanya.
Jika dilihat dari jalannya acara sedari pagi, matahari nampaknya memberkati sepasang pegantin baru ini. Terik cahaya tidak terlalu menyengat serta awan mendung juga belum muncul, asri, dingin dan nyaman sekali. Ditambah udara pegunungan yang segar serta kicauan burung yang sesekali terdengar, nembah kesan sakral acara milik papa dan istri barunya.
Sebagai menantu sah Choi'si, Johnny Seo mengambil tempat tepat di sebelah Aleeah. Tidak ada percakapan yang berlangsung lama bagi keduanya. Berdua sama sama melempar senyum palsu kepada seluruh tamu acara sebagai tanda pura pura bahwa pernikahan mereka sedang baik baik saja. Sebenarnya, jika ditelisik kembali, memang tidak ada yang aneh dengan rumah tangga Johnny dan Aleeah. Setidaknya untuk saat ini. Johnny belum memberikan surat cerai dari sang mama kepada sang istri. Papa, Lucas dan Tante Anya juga belum tahu perihal keinginan sang mama memisahkan Johnny dan Aleeah.
Alasan mama ingin putranya melepas Aleeah juga terjadi karena suatu alasan. Rasa bersalah. Rasa bersalah yang mama tanggung amat sangat besar. Sedangkan, baik Johnny maupun Aleeah masih sama sama meluruskan benang rumit di pikiran mereka sehingga perihal ketidak tahuan mama akan alasan sebenarnya mereka melangsungkan pernikahan menjadi masalah nomor sekian. Singkatnya, mama belun diberi tahu masalah dasar Johnnh dan Aleeah menikah.
Mari kembali ke pesta pernikahan. Jarum jam menunjukkan pukul 14.37 WIB dengan hembusan angin yang semakin kencang serta percik percik air mulai berjatuhan. Papa maupun Tante Anya agaknya telah mempersiapkan segalanya secara matang. Begitu gerimis mulai mengundang, Lucas memulai sebuah pengumuman melalui microphone yang tersedia.
“Kepada tamu undangan dimohon untuk menyelamatkan dirinya sendiri sendiri, mohon maaf kami tidak menyediakan tempat berlindung hehe, kembali ke hotel atau berteduh dimanapun, sampai jumpa kembali nanti malam di acara resepsi” ucapnya seraya menutup kepalanya dengan kedua tangan. Setelah ucapan Lucas selesai, sontak tamu undangan mulai membuyarkan dirinya sendiri sendiri. Tujuan mereka semua, sama. Parkiran dan segera berlindung di bawah teduhnya kapal besi yang mereka bawa sendiri sendiri.
Aleeah melihat papanya menggandeng mempelai wanita sedangkan Tante Anya berlari bersama papa sembari mencincingkan pakaian akadnya. Di ujung jalan sana Aleeah lihat punggung Lucas telah melesat masuk ke dalam HRV putih yang terparkir cukup jauh dari tempatnya berada. Aleeah masih bingung menyelamatkan dirinya sendiri. Dengan keadaan kaki yang baru sekali sembuh serta heels tinggi yang ia kenakan saat ini, amat sangat mustahil bagi Aleeah untuk berlari sekencang orang orang.
Tetes hujan mulai membesar, dan belum juga Aleeah mencapai tempat pertahanan. Sejurus kemudian seorang lelaki yang ia yakini sebagai Johnny berlari mendahuluinnya menuju Rubicon hitam yang dahulu selalu ia naiki tiap pagi. Johnny berlari sekencang yang ia bisa agar segera mencapai titik peneduhan. Sementara Aleeah masih bersusah payah berlari dengan keadaannya saat ini.
“Pelan pelan” kata seorang lelaki, tak lama setelah Johnny menghilang dari tangkap mata Aleeah di mobilnya, yang lagi lagi berlari ke arah Aleeah sembari membawa payung berwarna hitam.
“Pelan pelan jangan lari” lanjutnya sembari memayungi Aleeah dengan benda yang ia bawa. Aleeah masih diam mengatur nafasnya.
“Pelan pelan. Jangan dipaksain lari. Pelan pelan” lanjut sang suara lagi.
“Makasih pak” balas Aleeah kepada suaminya. Ternyata, Johnny berlari mengambil payung dan kemudian menyusul Aleeah yang bahkan untuk berjalan saja nampak sangat kesusahan. Sejurus kemudian air nampaknya seperti ditumpahkan. Jatuh dengan sangat deras dan tak beraturan. Seketika itu pula Johnny relfek merangkul pundak sang puan dan menuntunnya untuk sampai ke tempat yang teduh. Rubicon hitam andalannya.
Ada desiran aneh yang timbul di hati Aleeah. Belun pernah ia mencium wangi tubuh Johnny sedekat ini secara langsung. Belum bernah Johnny menyentuhnya sehalus ini secara sadar yang lagi lagi dan lagi Aleeah kembali memikirkan. Benarkah Johnny menaruh perasaan kepadanya? Atau ini hanya tindakan kemanusiaan seperti yang ia pikirkan sebelumnya? Bodoh sekali.
“Pelan pelan le” ucap Johnny sembari membuka pintu. Membiarkan wanitanya masuk dan menyelamatkan diri.
Bughh
Suara pintu di seberang Aleeah ditutup.
“Ini apa p-” kata Aleeah terputus tat kala Johnny menyentuh kepalanya. Menghentikan aksi Aleeah bertanya akan keberadaan sebuah map mencurigakan di bangku belakang.
“Ngga penting” balas Johnny kikuk dengan tangan masih berada di kepala Aleeah. Aleeah sontak mengerjap kerjapkan matanya. Mengumpulkan kembali kesadarannya. Pasalnya hari ini sudah dua kali Johnny menyentuhnya secara tiba tiba.
“Oke sorry” lanjut Johnny lalu menurunkan tangan kekarnya. Aleeah kemudian bergerak mencari posisi yang nyaman. Canggung. Canggung sekali. Berada berdua dengan Johnny di ruangan sempit serta ada beberapa masalah yang belum diselesaikan membuat Johnny dan Aleeah sama sama membangun situasi yang mencanggungkan.
Johnny menggaruk tengkuk lehernya tanpa alasan, sementara Aleeah menatap keluar jendela melihat lihat situasi dengan usaha menghindari tatapan mata Johnny.
“Pak” “Le” ucap mereka bersamaan. Lalu kembali lagi diam. Sama sama menunggu siapa duluan yang berniat membuka obrolan.
“Kamu dulu” ucap Johnny kepada sang puan. Aleeah lalu menarik nafasnya dalam dalam.
“Pak saya ngga selingkuh waktu itu. Bapak salah paham” ucap Aleeah. Johnny masih diam menundukan kepalanya. Suara rintik hujan agaknya mendominasi pertemuan mereka sore ini.
“Daffa kebetulan pind-” lagi. Kata kata Aleeah terpotong lagi. Kali ini karena ada ketukan pada kaca mobil di sebelahnya.
“Jo” sapa Lucas membawa payung dengan sedikit merendahkan badannya ketika kaca mobil terbuka.
“Ngga balik? Ayok” lanjut Lucas kepada Aleeah. Ada perasaan kesal dalam diri Aleeah untuk sepersekian detik. Mengapa tidak ada waktu yang mendukungnya untuk sekedar menjelaskan duduk permasalahannya dengan sang suami, barang sebentar saja? Dunia seakan akan memang ingin memisahkan mereka.
“Aleeah?” tanya sebuah suara di belakang Lucas. Johnny kemudian memundurkan sedikit kepalanya untuk melihat siapa yang sedang berbicara. Ternyata, matanya menangkap sesosok manusia yang hampir menumpahkan darah dalam gelanggang pertarungan beberapa waktu yang lalu. Daffa Wardhana.
Johnny kemudian membuang wajahnya dan membuka pintu tempat duduk Aleeah dari bangku kemudi. Mempersilahkan wanitanya pergi secara tidak langsung. Aleeah terkekeh miris disana. Lagi. Johnny terbakar api cemburu lagi. Lucas dan Daffa masih diam di tempat menunggu Aleeah turun dari mobil sang suami. Sementara yang ditunggu menatap wajah bagian samping suaminya dengan mata memerah menahan kembali air mata yang ingin tumpah. Tidak ada kata lagi setelahnya. Aleeah membuka pintu dan membantingnya keras keras lalu pergi meninggalkan Johnny.
Dari kaca mobilnya, dapat Johnny lihat Daffa memberikan payungnya yang juga disambut saja oleh Aleeah sehingga sang dokter berlari menyelamatkan diri meninggalkan Aleeah berjalan bersama kakaknya.
We all are sinners. We pay for what we did, so, if losing you is a payment. I may be debtor for the rest of my life – Johnny Seo.