I'll Fix You
Jaehyun menginjak pedal gas sekuat yang ia bisa. Monilnya berlaju sekencang kencangnya.
“Jae, if you want a die, please be alone” Ucap Shannon di jok samping. Meremas pakaiannya sendiri. Ketakutan. Pasalnya mobil yang sedang ia tumpangi ini memang melaju dengan kecepatan diatas rata rata.
“I told you, be alone” Ucap Shannon mulai meninggikan suaranya. Berharap Jaehyun dapat mendengar dan memperlambat laju kendaraan besi ini.
“Jaehyun stop” Teriak Shannon akhirnya.
Citttttttt
Suara gesekan ban mobil dan aspal Dapat Shannon dengar. Mobil ini kini sedang menepi, bannya mengeluarkan asap. Jalanan tergores. Menandakan begitu besar gaya gesek yang terjadi beberapa saat tadi.
Brakk
Jaehyun memukul setirnya kencang. Lalu meremas rambutnya. Frustasi. Shannon memandang Jaehyun aneh. Tidak pernah ia melihat suaminya sekacau ini.
“Lo kenapa?!” Bentak Shannon. Jaehyun masih diposisinya.
“Jae lo kenapa?” Teriaknya lagi.
“Lo bisa diem ngga? Turun kalo gabisa” Ucap Jaehyun kapada perempuan disebelahnya. Lalu ia membuang muka ke arah jendela. Shannon mematung. Kaget dengan perkataan Jaehyun. Selama hampir 3 bulan menikah. Belum pernah sekalipun ia dibentak seperti ini.
“Jae lo kenapa?“Tanya Shannon kembali. Intonasinya sedikit berkurang dari sebelumnya. Shannon menyadari ada sesuatu yang terjadi.
“Jae please let me know, what happened?” Tanya Shannon kesekian kalinya, ia menarik wajah suaminya dengan kedua tangan, membuat netra Jaehyun bertemu dengan milik sang puan.
Merah. Mata Jaehyun merah. Menahan emosi disana.
“Let me know, what happened?” Tanya Shannon lagi.
“Jungwoo bilang dia ngga nyesel. Jungwoo bilang dia ngga nyesel hancurin mimpi gue Shan. Jungwoo bilang dia ngga nyesel hancurin mimpi temen temennya” Ucap Jaehyun menahan segala air mata. Shannon masih diam, melepaskan wajah yang ia pegang, mencoba mencari penjelasan lebih panjang.
“Jungwoo, suami Lia, papanya Noah. Temen lo itu, temen lo itu temen gue Shan. Dia hancurin mimpi gue sama anak anak” Ucap Jaehyun.
“Gue ngga tau Jae, gue ngga paham” Ucap Shannon.
“Jungwoo pernah jadi roomate gue di Aussie. Kita punya mimpi, kita punya cita cita Shan. Gue, dia, Johnny, Doyoung, Yuta, Taeyong. Kita punya mimpi sama sama” Ucap Jaehyun nadanya sedikit naik. Emosi.
“Pride gue tinggi Shan. Pride kita tinggi. Kita laki laki, anak orang bernama. Orang tua kita bukan sembarangan. Kita ngga mau hidup numpang nama orang tua” Muali Jaehyun.
“Kita mau bangun punya kita sendiri. Ber 5. Kita siapin semuanya. Kita siap. Hacktaton hal kecil buat kita. Tapi Jungwoo pergi. Pergi gitu aja ngga ada kabar. Semua kunci dia yang pegang. Keteteran Shan. Kita coba backup posisi dia tapi tetep gabisa. Kita dikeluarin, investasi dicabut, kita harus balikin, mana kita gabisa kerja gara gara itu. Image kita udah gabisa dipercaya Shan. 22 tahun tau apa gue? Gue sama temen temen terlantar di negara orang” Jelas Jaehyun.
“Gue gagal buktiin ke papa mama kalo gue bisa. Gue gagal berdiri di kaki gue sendiri. Gue gagal Shan” Jaehyun mulai meloloskan air matanya. Mengingat kenangan pedih sekitar 4 tahun lalu yang ia jalani bersama 3 orang temannya.
Shannon memeluk daksa sang pria kuat kuat. Punggungnya ditepuk tepuk.
“Berat ya J, pasti” Ucap Shannon.
“Gue gagal gara gara dia, dan lo tau dia bilang apa? Dia ngga nyesel Shan. Dia ngga nyesel” Tegas Jaehyun. Shannon memeluknya kembali. Mencoba menyalurkan ketenangan.
Dari sana Shannon tau. Hidup Jaehyun tak kalah mengenaskannya dari miliknya. Mimpi, cita cita, pride, masa muda. Sama saja. Dari sana Shannon tau. Jaehyun juga pernah rapuh.