Is Everyone That Happy?

Aleeah datang dengan wajah kebingungan ketika ia melihat teman temannya sedang duduk berhadapan dengan sang suami tak lupa dengan teman teman sang pria pula dari luar kaca restoran sesuai dengan alamat yang dikirim Alisya.

Setelah mendapat izin Johnny, maka waktu makan siangnya, ia gunakan untuk bertemu dengan ketiga sahabat dalam 26 tahun hidupnya. Ternyata usut punya usut, Johnny juga berada disana dengan janji yang sama, makan siang, dengan ketiga temannya pula. Suasana canggung menyelimuti keduanya. Baik Johnny maupun Aleeah sama sama sadar, berpura pura di depan teman mereka amat sangat susah dari pada di depan keluarga.

“Lagi marahan?” tanya Camela ketika keempatnya sudah sama sama duduk di satu meja besar. Entah siapa yang memulai, tetapi mereka berakhir dengan melebur menjadi satu padahal datang dengan membawa janji sendiri sendiri.

“Hah? Engga” balas Aleeah singkat.

“Kok ngga barengan? Kan sama sama kesini?” selidik Camela lagi. Aleeah hanya menatap Johnny sembari berdoa semoga laki laki ini bisa mengambil alih situasi.

“Tadi Aleeah saya anter dulu ke toko baju, terus saya udah janjian sama yang lain jadi dia nyusul naik taxi” balas Johnny tenang sekali. Ada tatapan lega dalam manik mata Aleeah.

“Kamu ngapain si?” tanya Jeffrey kepada istrinya.

“Hehe, yah ketahuan yaudah deh gapapa hehe” balas Alisya ke suaminya. Lalu pandangannya ia alihkan ke semua orang yang duduk disana.

“Maaf yang tapi. Aduh pokoknya maaf” lanjut Alisya. Ia kemudian berdiri dan memantapkan hati.

“Mau cere ya?” celetuk Yudhis tiba tiba di tengah heningnya suasana.

“Mulut lo gue rasengan beneran ya yudh” bantah Jeffrey dari seberang. Semua lalu tertawa.

“Ok, first of all i want to thanks to my besties yang selalu dengerin sambatan gue. Kalian pasti bosen denger gua ngeluhin ini. Second, my hubbbbbb” kata Alisya tiba tiba merubah gaya bicaranya menjadi manja. Alhasil semua orang disana langsung membelalakan mata dan menarik sedikit kepala mereka. Apa apaan? Cringe.

“Hub, you are going to be daddy” lanjut Alisya dengan nada dibuat buat. Jeffrey masih kebingungan.

“Guy, celebrate it for me, you guys are going tobe auntie and uncle” lanjut Alisya. Jeffrey kemudian berdiri. Mendekat ke sang istri.

“Kamu hamil?” tanyanya. Alisya tidak menjawab. Matanya berkaca kaca sambil menganggukan kepala. Sontak Camela, Faraya, Yudhis dan Tanaka pun berdiri. Ikut berantusias dengan pengumuman Alisya. Jeffrey kemudian memeluk sang istri disusul dengan para perempuan yang mulai menangis bahagia menyambut akan datangnya manusia baru di hidup mereka. Ke enamnya bersuka cita. Berbeda dengan Johnny dan Aleeah. Aleeah hanya tersenyum memandang baku peluk keenam orang di depannya dengan tatap mata yang tidak bisa diartikan. Sedikit iri?

Tak jauh berbeda dengan Johnny. Senyumnya mendadak palsu ketika ucapan ucapan selamat digelorakan. Entah mengapa ia juga ingin merasakan uforia akan menjadi seorang ayah. Sesekali ia mencuri pandang ke Aleeah. Mencoba mengartikan maksud raut wajah sang istri. Tak berbeda dengan Aleeah yang juga sama sama memandang Johnny dengan tatapan how if?

How if it's not a pretending? How if everything is real? How if we really meant to be? How if we really falling for each other? How if, how if, how if?

Lamunannya kemudian buyar ketika namanya dipanggil oleh Alisya dan bertanya mengapa dirinya tak memberikan pelukan kepada si calon ibu? Aleeah kemudian bangkit dan ikut mengucapkan syukur kepada sepasang calon orang tua di depannya. Disuusl Johnny di belakangnya. Setelahnya yang mereka lakukan adalah makan bersama dengan keadaan yang semakin tidak jelas antara Johnny dan Aleeah.