It's Ok
'I love you'
Kata kata terakhir yang telinga Ali dengar sesaat sebelum mobilnya menghantam jalanan aspal dan membalikkan diri serta menyerahkan anak dan sang istri hampir ke hadapan Tuhan tiba tiba berputar kembali di kepala Ali.
'I love you'
Entah sejak kapan kalimat indah itu tak lagi terdengar sama seperti saat pertama, sejak Ali mengalami kegagalan dalam urusan melindungi keluarga kecilnya enam bulan yang lalu. Dulu, i love you agaknya menjadi kalimat paling mujarab jika dunianya sedang sulit diajak bekerja sama. Dulu, i love you menjadi kata paling menenagkan ketika dunianya sibuk sendiri sementara Ali harus tetap berjalan walau sedang hilang dan kesakitan. Dulu, i love you menjadi lullaby paling merdu ketika Ali terjaga sepanjang malam padahal ia harus segera bangun di hari kemudian. Dulu, kalimat itu tinggal di masa lalu. Sejak kecelakaan yang membuat ingatannya sempat reda entah kemana, kalimat paling ampuh bagi sepasang pecinta itu tak lagi menggetarkan hati.
Sama seperti kali ini. Ali hanya duduk diam memandang ke bawah dengan degup jantung yang mengayun dengan tajam serta keringat bercucuran tak lupa juga nafas yang tercekat hampir tak dapat ia hirup dengan bebas. Kedua tangannya memegang kendali mobil milik sang adik ipar lengkap dengan sabuk pengaman yang sudah terpasang, tetapi mesin tak kunjung dinyalakan.
Kalo gue ngga ngajak Deka pergi hari itu hari ini pasti ngga ada. Kalo gue ngga ngajak Deka pergi hari itu, sekarang kaya gimana? Kalo gue dengerin kata ibu ayah bunda kayanya anak gue bisa bahagia
Suara suara bising yang dulu sempat Ali hilangkan, kini lagi dan lagi muncul kembali disertai rasa bersalah yang tak terlihat dimana ujung pengampunannya. Bajunya basah, bahkan kini kedua tangan kekarnya sudah berpindah ke atas kepala. Meremas surai hitam kesukaan Deka frustasi dengan sesekali memukul mukul pusat kehidupannya berharap agar perasaan perasaan tak benar itu segera pergi.
“Deka” ucap Ali dengan suara yang bergetar sejalan dengan air mata yang mulai turun melalui kedua pipinya begitu saja. Berada di dalam mobil sendirian agaknya membuat Ali merasa bahwa pasokan oksigen di dalam sana benar henar sangat sedikit adanya. Dadanya sesak. Entah karena udara yang memang tidak masuk atau rasa trauma ini mengakibatkan Ali tidak bisa bernafas dengan benar.
“Deka” “Deka” “Gloria” ucapnya lagi sangat frustasi hingga tak menyadari wajahnya sudah basah karena air yang tak mau mengalah.
“Deka” “Deka” ucapnya beribu ribu kali hingga tiba tiba pintu di samping Ali dibuka secara paksa.
“Deka” ucap Ali sekali lagi sembari memeluk erat tubuh sang istri. Deka berdiri dengan pakaian santai kebesaran membawa sebuah kantong yang entah apa isinya, berwajah kebingungan mendapati Ali yang sudah kacau entah apa penyebabnya.
“Deka, don't leave me” gumam Ali di sela sela pelukan mereka. Tidak ada balasan hangat dari sang wanita karena Deka masih kepalang terkejut dengan keadaan suaminya. Beberapa waktu yang lalu, ketika Ali dengan percaya diri ingin pergi ke tempatnya bekerja membawa mobil sang ipar yang ditukar dengan motornya, Ali nampak baik baik saja. Namun mengapa beberapa menit setelahnya keadaan berbalik seratus delapan puluh derajat?
“Ali you ok?” kata Deka sesaat kemudian menepuk nepuk punggung sang lelaki. Tidak ada jawaban dari sang pria. Ia hanya terus menangis ketakutan hingga tak sadar tubuhnya dengan hebat telah bergetar.
“It's ok, it's ok Ali, it's ok” tenang Deka akhirnya memahami situasi yang sedang terjadi.
“It's ok” tenangnya sekali lagi sembari membalas pelukan sang suami.