Let's Back

Setelah acara 'family gathering' yang tidak direncanakan, selepas ashar akhirnya kediaman Jaehyun sepi juga. Keluarga dan teman temannya memutuskan untuk pulang. Menyisakan dia dan sang istri serta Noah yang masih berlari kesana kemari.

“No, kamu anak siapa si lari larian mulu ngga cape ya?” Tanya Jaehyun.

“Bukan anak manusia. Noah itu anaknya matahari” Jawab Shannon. Noah menoleh kepada sepasang orang dewasa ini.

“Anaknya matahari?”

“Iyaa liat itu energinya ngga abis abis”

“Noah ngga panas” Jawab Noah. Tidak terima. Pasalnya yang ia tahu matahari itu panas.

“Panas. Kalo ngga panas meninggal namanya” Usil Jaehyun menanggapi kejahilan sang istri.

“Engga. Noah ngga panas” Jawab Noah sedikit berteriak.

“Ni liat ni. Esnya gerak ngga?” Tanya Jaehyun sembari menunjuk sebuah balok es dalam gelas kaca yang telah habis airnya. Noah kemudian menggeleng.

“Dingin ngga?” Tanya Jaehyun lagi.

“Dingin” Jawab Noah. Shannon masih memperhatikan.

“Karna dingin esnya bukan anak matahari. Coba pegang tu keteknya. Panas kan?” Suruh Jaehyun. Shannon tertawa.

“Panas kan? Noah panas. Noah anaknya matahari” Ucap Jaehyun. Segera setelah Noah benar benar mengapitkan tangannya diantara badan dan lengan.

“Engga. Noah anaknya Kim Jungwoo” Balas Noah tidak terima. Matanya sudah berkaca kaca.

“Orang anaknya matahari kok. Noah bukan manusia” Balas Jaehyun semakin mengusili. Shannon sudah tertawa terbahak bahak. Noah kemudian menangis.

Shannon kemudian menarik Noah dalam dekapannya. Mencoba menenangkannya disana. Tetapi masih tetap tertawa.

“Eh bukan matahari imo. Anaknya kebo. Kebo juga suka tiba tiba nangis gini” Ucap Jaehyun semakin mengusili.

“Om Jaehyun ngaco. Om Jaehyun anaknya burung. Ngomong terus” Balas Noah dengan suara tangisannya yang semakin keras sambil memukul mukul Jaehyun. Shannon dan Jaehyun tertawa terbahak bahak. Lalu ia mengendong Noah agar tidak semakin menjadi jadi dan menjauhkannya dari Jaehyun.

“Nakal” Ucap Shannon ketika melewati sang suami.

“Sekali sekali hahha lucu” Jawab Jaehyun. Lalu punggung Shannon menghilang ke atas diikuti suara tangisan Noah yang sudah tidak terlalu terdengar.

“Lucu banget” Ucap Jaehyun lirih sembari menyenderkan tubuhkan pada sofa. Mencoba meletakkan rasa lelahnya.

Tidak lama kemudian seorang lelaki yang tidak asing muncul disana. Diambang pintu yang terbuka. Kim Jungwoo. Tatapan mata mereka bertemu. Sahabat ini hanya saling diam dan memperhatikan.

“Ngapain? Masuk” Ucap Jaehyun akhirnya sebagai seorang tuan rumah. Jungwoo tidak berkata apa apa. Ia masuk dan duduk di hadapan Jaehyun. Canggung. Keduanya diam.

“Noah?” Tanya Jungwoo akhirnya. Jaehyun lalu bangkit dan berjalan menuju dapur. Mengambil Coca Cola lalu kembali lagi dan meletakkanya di hadapan Jungwoo. Jungwoo masih diam mencoba mencerna keadaan.

“Sorry. Harusnya gue denger dulu penjelasan lo” Ucap Jaehyun membuka obrolan.

“Gue tau lo belom paham sama apa kata gue Jae. Gue bisa maklum kalo lo marah”

“Harusnya lo bilang aja. Harusnya lo bilang aja anjing. Harusnya lo bilang aja lo juga ngga baik baik aja disini” Ucap Jaehyun, amarahnya mulai meningkat. Rasa bersalah memenuhi dadanya.

“Bukan cuma gue. Kalian juga kesusahan. Kalian lebih hancur. Gue ngga sanggup liat kalian. Mimpi gue disana Jae” Balas Jungwoo. Suaranya bergetar. Kali ini bukan balasan amarah, tapi tangisan.

“Gue merasa ngga pantes lagi buat ketemu kalian. Bahkam buat ngomong kaya gini ke lo aja gue ngga berhak Jae. Gue penghancur. Tapi gue ngga bisa ngapa ngapain lagi” Lanjut Jungwoo. Tangisnya pecah. Mengingat kembali masa masa senang dan susah di negara orang bersama sahabatnya ini. Ada mimpi yang perlu diwujudkan. Ada harapan yang perlu dijadi nyatakan. Tapi semua sudah tidak bersisa karenanya.

“Gue LDR hampir 4 tahun, lo tau. Malam itu gue bener bener khilaf. Gue buta. Kabar Lia hamil bener bener jadi tamparan keras buat gue. Sejak saat itu gue udah jadi pecundang Jae. Gue udah hancurin hidup temen gue sendiri. Gue hancurin hidup pacar gue. Setidaknya gue mau tanggung jawab sama apa yang gue bisa handle. Gue egois gue tau. Gue hidup dalam rasa menyesal, bersalah. Setiap hari” Tangis kembali pecah. Rasanya seperti luka lama terkorek kembali.

Jaehyun mengambil langkah. Ia memeluk erat sahabatnya. Ia juga menangis disana. Bersama. Meluapkan semua kerinduan, kebencian yang tertinggal.

“Gue mau pukul lo boleh kan?” Tanya Jaehyun.

Bughh

Sebuah bogeman melayang di pipi Jungwoo. Ia tersungkur. Namun juga tidak ada niat untuk membalas. Menikmati rasa sakit sambil menatap langit langit rumah.

“Lo harusnya jujur aja Woo, jujur aja jangan gini”

Bughgg

Dua tiga pukulan mendarat disana. Memberikan luka luka tempat darah dapat keluar diseluruh wajah Jungwoo.

“Lo harusnya pukul gue dari dulu bangsad” Teriak Jungwoo lalu ia berdiri dan membalas pukulan Jaehyun setelah belasan pukulan ia terima.

“Lo yang bikin gue hidup penuh rasa benci sama lo. Harusnya lo bahagia anjing” Balas Jaehyun.

Bughh

Tidak ada balasan. Yang ada selanjutnya hanya saling pukul memukul.

Mendengar kegaduhan di bawah. Shannon pun turun dan benar saja. Kacau. Dua orang ini saling memukul dengan air mata yang terus mengalir. Dengan segenap keberanian Shannon menarik tangan Jaehyun masuk ketengah tengah perkelahian dengan maksud agar keduanya berhenti.

“Cuih” Jaehyun membuang sisa darah dimulutnya ke samping. Jungwoo bangkit. Nafasnya terengah engah.

“Kalo mau berantem jangan di rumah gue. Bang lo mending pulang” Ucap Shannon.

“Noah. Turun nak” Teriak Shannon. Noah kemudian turun dengan kebingungan.

“Noah pulang sama papa ya. Bilang sama mama papa berantem. Suruh marahin” Ucap Shannon kepada Noah.

Sementara Jaehyun dan Jungwoo sama sama berbalik badan. Engga menatap satu sama lain. Noah tidak menjawab, tangannya ditarik oleh sang papa. Kemudian tangan Jungwoo ditarik oleh tangan lainnya.

“Ketemu lo sama anak anak”

“Lo atur” Balasnya.