Maloee
Dery menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri mencari sosok gadis yang bertanya kepadanya melalui dm twitter apakah benar dirinya sedang di rumah sakit? Matanya menelisik ke segala arah, berharap menemukan gadis tersebut. Pasalnya tadi siang gadis ini adu tumbuk dengan tiga orang mahasiswa yang sebenarnya juga cukup ugul ugalan.
Ketemu. Arah pukul 2. Seorang gadis dengan celana pendek serta kardingan panjang sedang berjalan memakai sendal jepit seadanya dengan luka lutut memar merah terbuka. Dery kemudian berjalan menghampiri gadis tersebut.
“Ngikutin gue?” tanya Dery.
“Lo yang ngikutin gue. Ngapain kak?” bukannya menjawab, gadis ini malah ganti bertanya.
“Ada perlu” jawab Dery seadanya. Yang kemudian hanya dijawab anggukan dan bibir membentuk bulat sempurna oleh si gadis.
“Lo ngapain sam?” tanya Dery kemudian.
“Mau ketemu mama kak” jawab Samara jujur. Dery diam. Ia hanya menatap Samara dengan wajah penuh tanda tanya.
“Mama lo di runah sakit?” tanya Dery heran.
“Hooh” jawab Samara seadanya. Matanya sambil mencari cari seseorang di kejauhan sana.
“Bokap dimana?” tanya Dery lagi.
“Sama di rumah sakit juga.” jawab Samara. Pendangannya kali ini kembali ke Dery.
“Papa mama di rumah sakit terus kak, ngga pernah di rumah” lanjut Samara.
“Sam, lo masuk kampus pake jalur apa?” tanya Dery kemudian.
“Mandiri kak. Kenapa? Tiba tiba banget?”
“Sam, lo coba join scholarship deh” balas Dery.
“Hah?”
“Berat banget ya sam? Sorry sam gue cuman bercanda, gue ngga akan bilang bokap kok, tapi tolong banget flashdisk gua balikin ya” jawab Dery. Samara mengerutkan dahinya semakin tidak mengerti.
“Hah gimana?” tanya Samara lagi.
“Lo boleh kuliah sampe lulus sam, banggain orang tua lo, umur ngga ada yang tau” balas Dery.
Wahh ngaco Kak Dery
“Gue juga ngga akan bilang Pak Johnny buat DO lo kali cuman gara gara lo ga sengaja nemuin fd gue. Semangt ya sam, gue tau berat tapi semangat aja biar orang tua lo bangga” lanjut Dery.
“Kak, lo ngaco banget. Ngomongin apa si?” tanya Samara kebingungan.
“Udah berapa lama sam? Sakit apa nyokap bokap lo?” tanya Dery lagi.
“Kak?” ucap Samara sambil memijit keningnya sambil memejamkan kedua matanya.
“Sam? Kenapa?” tanya Dery khawatir.
“Kak. Papa mama gue dokter.” jawab Samara sembari menatap mata coklat Dery. Sementara yang ditatap hanya membeku. Dery mencerna ucapan Samara barusan.
“Kak. Papa mama gue dokter.” Anjing kenapa gue sok tau banget, malu goblok
“Kak?” Panggil Samara membuyarkan lamunan Dery. Pasalnya Dery memang hanya diam tak tahu harus bereaksi seperti apa. Malu ditambah ia sudah merasa iba duluan pada Samara. Malu sekali.
“Dekk” panggil seorang perempuan dengan setelan biru khas rumah sakit memanggil Samara dari kejauhan.
“Ma!” teriak Samara tak kalah kencangnya. Dery masih diam di tempat. Bingung harus bereaksi seperti apa.
“Loh katanya mau sendiri?” tanya sang mama.
“Sendiri kok” jawab Samara. Dery linglung, tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Masih malu ditambah kedatangan Mama Samara yang tidak ia duga duga.
Mama hanya mengarahkan pandangannya kepada Dery. Meminta Samara untuk menjelaskan siapa pemuda tampan yang bersamanya ini jikalau ia memang berangkat sendiri.
“Ini ngga tau ma siapa tadi nanya aja kamar mandi dimana” jawab Samara. Lalu ia mengkedip kedipkan matanya ke arah Dery seperti memberi kode. Dery membelalakkan matanya ke arah Samara. Meminta penjelasan mengapa ia berpura pura tidak mengenal dirinya?
“Sana mas, jalan aja lurus nanti ada tulisannya kok, ada plangnya” Ucap mama kepada Dery.
“Makasih, tan-” “Makasih dokter” Ucap Dery kemudian ia menatap Samara tajam dan menganggukan kepala sebagai tanda pamit undur diri.
“Udah makan?” tanya mama ke Samara. Dapat Dery dengar lamat lamat. Tidak dijawab oleh empunya.
“Dek kenapa?! Lututmu kenapa, astaga anak mama kenapa?” lagi Dery dengan dengan lirih karena memang dirinya sudah berlalu pergi.