Nakamoto Ilora
Jaehyun membawa mobilnya beserta sang istri di jok samping dengan kecepatan tidak terlalu tinggi tapi juga tidak rendah.
“Jangan ngebut mas”
“Engga, cuman buru buru aja” Balas Jaehyun enteng dengan semua atensinya berada pada jalan raya. Shannon membelalakkan matanya.
Jarum jam menunjukkan pukul 6.13 yang artinya sebentar lagi Ilora harus sudah masuk ke ruang tunggu. Shannon mulai nampak gelisah karena takut tidak dapat bertemu dengan adiknya. Padahal semalam sudah tidur bersama. Mohon dimaklumi lagi hamil. Apa apa dirasa hehe.
“Departure, departure, departure” Ucap Shannon lirih sambil terus melihat lihat ke luar kaca jendela, mengamati papan tanda bertuliskan Keberangkatan/Departure.
“Depan mas” Ucap Shannon. Matanya tidak beralih. Tetap keluar.
“Iya sayang” Ucap Jaehyun dengan maksd menenangkan.
Mobil ini berhenti tepat di depan bagian keberangkatan. Karena tidak akan lama jadi tidaj diparkir di tempat semestinya. Begitulah isi pikiran Jaehyun sebagai pemegang kendali.
Disana telah berdiri Ilora, bunda dan papa yang berdiri sambil melihat ke arah Shannon dan Jaehyun dengan dua koper lumayan besar. Satu berisi pakaian satu lagi amunisi.
Ternyata tidak hanya Ilora, bunda dan papa, seluruh mata kini menghadap Jaehyun dan Shannon. Tidak lain dan tidak bukan karena pakaian mereka saat ini. Sarung dan daster tetap on ditubuh mereka berdua. Namun keduanya trobos ajalah anying.
Shannon buru buru menyebrang jalan menghampiri adiknya. Sementara Jaehyun, pandangannya dialihkan oleh sebuah mobil yang ia yakini, ia kenal benar dengan pemilik gerobak besi tersebut.
“Mas” Teriak Shannon di ujung jalan, sudah bersama keluarganya.
Jaehyun menoleh ke arah istrinya lalu mengangguk. Tanda ia akan segera menyusul. Tetapi pandangannya dialihkan kembali ke mobil hitam tidak asing ini. Semakin penasaran. Jaehyun mendekat. Seorang lelaki di balik kemudi membuka kaca matanya. Tatapan mereka bertemu.
Lo ngapain yut?