Recharging
Johnny membuka pintu apartmentnya dengan kasar. Pundaknya turun, matanya sayu, rambutnya lepek serta kakinya seolah sudah tidak dapat ia ajak melangkah. Menghajar malam selama dua hari berturut turut, ternyata menghabiskan tenaga serta suara, karena pasalnya ia harus selalu siap siaga ketika rekan perusahaan dari luar negerinya memberi aultimatum, karena ternyata, lagi, si rekan adalah teman lama sang papa.
Lelah dilibas pekerjaan membuat Johnny hanya ingin berbaring dan memejamkan mata hingga fajar tiba. Pukul 2.54 pagi Johnny terlihat memasuki kediamannya. Melepas sepatu kemudian membiarkannya tergeletak di lantai, menanggalkan jas kemudian melemparkannya ke segala arah, membuka kaus kaki kemudian melemparnya ke tempat dimana sepatu berada, membuka dasi kemudian memasukannya ke saku baju. Tubuhnya lelah. Lelah sekali, selama perjalanannya mencapai rumah pikirannya hanya satu, berharap Aleeah ada dan memeluknya hingga petang menjelma terang.
Beberapa kali Johnny memukul mukul kepalanya sendiri agar tetap berada di batas kesadaran. Berlalu ke dapur lalu meneguk beberapa gelas air untuk sekedar menetralisir keadaan. Semuanya berjalan sebagaimana mestinya, suasa sepi, jalanan di luar cendelanya nampak lenggang, sementara tetangga tetangganya juga nampak tenang. Tidak ada yang aneh bagi Johnny, hingga otaknya menangkap suatu hal yang sangat janggal. Sudah menjadi kebiasaan bagi Johnny bahwasanya ketika ia meninggalkan rumah, maka lampu, air, ac, pasti akan dalam keadaan mati, namun berbeda saat ini kembali malam ini.
Baru ia sadari, ternyata ketika ia memasuki apartment, seluruh lampu di dalam ruangan dalam keadaan menyala. Terang benderang adalah hal pertama yang menyapa matanya. Sadar akan keanehan yang terjadi, otak Johnny kemudian mencerna beberapa kemungkinan yang akan ia hadapi. Kegiatannya terhenti. Ia taruh gelas berisi air dengan sedikit sisa ke atas meja makan. Siapa yang menerobos masuk apartmentnya? Matanya mulai mengedar ke segala arah. Kepalanya berkali kali menengok kanan kiri depan belakang berjaga jaga jika jika ada seseorang disana. Apartmentnya sepi, rumahnya kosong. Johnny semakin geram hati.
Setelah memastikan bahwa lantai pertama terpantau aman, Johnny memutuskan untuk naik ke atas, masih dengan langkah yang mengendap endap seakan takut seseorang akan memergokinya walaupun ia berada dalam rumahnya sendiri. Otaknya benar benar tidak bisa diajak bekerja sama, tidak ada pikiran pikiran baik yang memenuhinya. Bahkan, tangannya sudah siap, mengepal meninju siapapun maling yang diam diam menerobos masuk ke kediamannya.
Sampai di lantai atas, mendadak Johnny menghembuskan nafas lega. Matanya menangkap kamar tidur yang tak ia jamah dua hari lalu, ternyata sedikit terbuka dengan lampu yang juga terang menyala menandakan seseorang ada di dalam tempat kesukaannya. Bibir Johnny naik ke atas, hatinya menghangat, pikirannya kembali ke tadi pagi mengenai janji Aleeah akan pergi menemuinya. Dibawanya kaki jenjang yang tadi seolah sudah tak dapat dibuat berjalan untuk segera masuk ke ruangan.
Benar saja, seorang perempuan dengan selimut tinggi mencapai leher sedang tidur membelakangi pintu dimana Johnny berdiri. Lagi lagi si lelaki bernafas lega, senyumnya mengembang dengan sempurna. Tanpa berlama lama Johnny memutar jalan hingga berada di sebelah ranjang Aleeah. Naik ke atas dengan hati hati seolah enggan membangunkan sang wanita. Senyumnya masih merekah indah. Begitu kepalanya menyentuh seprei satin berwarna biru tua, matanya juga menangkap seorang wanita sedang terlelap dengan damai di sebelahnya. Diam saja Johnny pandangi wajah cantik Aleeah. Senyumnya belum rela meninggalkan bibir hitam akibat nikotin yang setiap hari menyapanya.
Lama kelamaan tangan Johnny naik ke kepala sang puan. Mengusapnya lembut sambil sesekali membenarkan anak rambut yang mulai tumbuh, berharap Aleeah akan segera sadar dan memberinya izin untuk menjamah lebih jauh. Benar saja, 10 menit sejak tibanya Johnny di atas ranjang, Aleeah mulai membuka mata, terganggu oleh seseorang yang ia juga yakin, suaminya. Sayup sayup Aleeah membuka mata, ia lihat seorang lelaki dengan wajah lelah tetapi tetap sumringah sedang menatap ke arahnya.
Sadar Johnny telah pulang, Aleeahpun ikut tersenyum kemudian memutar badan, melihat pukul berapa ia berada sekarang. 3.13 pagi, ia kemudian kembali menghadap sang suami. Sebentar mengumpulkan nyawa dan beradu tatap dengan suaminya.
Cuppp
Satu kecupan Aleeah layangkan pada pipi sang lelaki. Wajah Johnny jangan ditanya lagi, susah payah ia tahan senyum serta merah merona di wajahnya hanya agar tidak terlihat salah tingkat di pagi buta.
“Buka pak saya mau recharge” ucap Aleeah sembari mulai mengikis jarak diantaranya, meminta Johnny memberikan dekapan nyaman.
“Le, yang cape saya kenapa yang recharge kamu?” tanya Johnny dengan tenang. Aleeah tak menjawab. Ia hanya terus menerus mendusal ke depan hingga kepalanya mencapai dada Johnny. Dengan tawa gemas yang mengisi segala ruangan, Johnnypun membuka pelukan, mempersilahkan wanitanya untuk mengisi kekosongan yang ada. Aleeah kemudian melingkarkan tangannya di tubuh Johnny dan mulai menenggelamkan wajahnya di dada bidang sang suami. Matanya masih sama, engga untuk terbuka. Pikiran keduanya saat ini berada pada satu titik yang tidak berbeda. Nyaman. Nyaman sekali.
“Saya juga cape” balas Aleeah singkat masih dengan mata yang tertutup.
“Cape ngapain? Kamu emang ngapain aja? Cerita sama saya” balas Johnny dengan mengusap punggung sang wanita mencoba menyalurkan kenyamanan lebih dalam.
“Cape kangen sama bapak, cape banget tiap hari kangen” gombal Aleeah mengeratkan pelukan. Johnny tertawa renyah di tengah malam.
“Kan saya udah bilang, kalo kangen bilang hahaha”
“Gengsi dulu aja bos, kangen nomor dua” balas Aleeah tetap menutup mata. Johnny lagi lagi tertawa melihat tingak gemas wanitanya.
“Eh bapak, tadi katanya mau cium istrinya ya? Sama Alalh boleh soalnya udah suami istri” lanjut Aleeah sedikit membuka dekapan. Ia mendongak ke arah sang suami dengan bibir sedikit dimanyunkan, tetap dengan mata yang enggan membuka. Johnny lagi lagi tertawa. Beribu kupu kupu telah menyerang organ organ dalamnya, masih sedikit kaget dengan tingkah clingy sang istri.
Cuppp
Ditempelkannya bibirnya dengan bibir sang wanita. Kedua tangan Johnny telah berada di rahang sang Aleeah, mengusapnya perlahan. Aleeah kemudian membuka mata, menangkap netra lelakinya. Keduanya tersenyum seolah mulai bicara serindu apa masing masing tanpa kehadiran pasangan mereka. Setengah empat pagi mereka hanya berisi suara kekehan kecil dan kecupan yang senantiasa mengudara mengisi ruang ruang kosong di dahi Aleeah. Ditangkap telinga bersama suara degup jantung keduanya yang terdengar sekali mencoba dikendalikan serta dekapan hangat saling menghangatkan.
“Pak Johnny mandi dulu” minta Aleeah kepada sang suami.
“Sebentar, saya cape bangettt” balas Johnny.
“Mandi dulu nanti pelukan lagi sampe pagi”
“Jangan tidur ya tapi” minta Johnny. Aleeah kemudian mengangguk sebagai tanda ia setuju dengan permintaan sang suami. Johnnypun berlari kalang kabut ke kamar mandi. Tak yakin Aleeah akan mengabulkan permintaannya, mengingat membuka mata sudah menjadi usaha paling besar yang Aleeah lakukan di ujung malam ini.
Sepuluh menit berlalu Johnnypun mulai menampakkan diri. Rambutnya basah serta auranya terlihat lebih segar dibanding sebelumnya, membuat Aleeah tersenyum manis penuh arti. Dengan handuk yang masih melingkar di leher, Johnny berjalan sedikit cepat ke arah wanita yang sedang merentangkan tangannya lebar lebar sebagai tanda bahwa pelukan itu miliknya, milik Johnny, milik suaminya.
“Come in my baby, come in” kata Aleeah dengan mata yang tidak sepenuhnya terbuka. Benar pikir Johnny, membuka mata saja sudah menjadi hal besar untuk Aleeah. Maka setelah menyimpan handuk basahnya di hangar, Johnny buru buru menghambur ke arah sang istri, memulangkan rindu ke tempat yang seharusnya. Aleeah tersenyum. Dapat ia rasakan hembusan nafas Johnny sampai ke tengkuk lehernya.
“You did great Pak Johnny, terima kasih yaaaaaa hari ini udah bekerja, hebattt suami aku hebat” apresiasi Aleeah untuk suaminya malam ini.
“Kamu juga le, saya mau cerita banyak tapi ngantuk” balas Johnny tenggelam dalam ceruk leher istrinya. Sepersekian detik ada perasaan asing yang Johnny rasakan, ketika Aleeah membahasakan dirinya sebagai suami dan memanggil diri sendiri dengan aku. Asing, namun ia menyukainya. Aleeah kemudian mengusap lembut rambut separuh basah milik si pria dan mendaratkan kecupan singkat sembari berkata
“Yaudah tidur, saya juga ngantuk, ceritanya besok lagi ya pak masih ada hari besok tenang” ucap Aleeah mulai merancau. Johnny dengan segala kesadaran yang masih tersisa kemudian membuka pelukan. Mensejajarkan wajah dengan wajah istrinya kemudian menarik daksa mungil Aleeah untuk masuk ke dalam dekapannya.
“Good morningggg” sapa Johnny lalu mengecup kembali dahi sang istri. Aleeah tersenyum sembari mengeratkan pelukannya. Matanya masih saja tidak bisa dibuka lama lama. Ia kembali ke alam mimpi dengan suaminya di sisi ranjang.
Pagi mereka dihabiskan dengan saling memeluk dan mengucap kerinduan. Selamat pagi, Aleeah dan Johnny.