Uncogzinatly Movement
Aleeah sedang berjalan dengan dua tangan masuk ke kantong mantel hangat miliknya. Bibirnya tidak berhenti tersenyum. Bagaimana tidak, walaupun masih sebulan menetap di Indonesia, Aleeah benar benar sudah merindukan aroma musim gugur negeri panzer ini.
Frankfurt cerah malam ini. Ya walaupun udara dingin tetap menyelimuti, tetapi setidaknya awan mendung tidak menutup gemintang malam. Johnny dengan celana panjang serta outer tipis sedang berdiri di depan hotel dengan melipat kedua tangannya di depan dada. Menunggu seseorang rupanya. Tak lama kemudian wanita yang Johnny tunggu datang. Pukul setengah sembilan malam. Tentu saja jalanan masih ramai.
Aleeah menyadari laki laki jangkung nan tampan yang ia kenal sedang menatap ke arahnya. Yang menjadi pertanyaan Aleeah adalah, apa yang membuat laki laki ini berdiri dengan hidup merah di malam yang dingin seperti ini?
“Pak?” sapa Aleeah memastikan sembari mendekat.
“Baru pulang?” tanya Johnny.
“Bapak ngapain?” bukan menjawab ia malah balik bertanya.
“Coba liat hp kamu le” sungguh tidak menjawab pertanyaan sebelumnya.
“Astaga maaf pak saya have fun banget sama anak anak ngga liat bapak chat” balas Aleeah sembari melihat notifikasi di hpnya. Johnny hanya mengangguk angguk mengerti.
“Bapak ngapain berdiri disini?” tanya Aleeah lagi. Kali ini Johnny menghentikan kegiatan menggerakan kepalanya. Ia diam. Agaknya sang pria juga bingung mengapa ia berdiri disana.
“Bapak ngga lagi nunggu saya kan?” tanya Aleeah memastikan. Johnny kaget setengah mati. Matanya melebar.
“HAH? NGAPAIN SAYA NUNGGU KAMU?” jawab Johnny. Sewot. Aleeah tak kalah terkejutnya. Kaget bukan main. Apa pertanyaannya salah? Mengapa Johnny berubah menjadi sensi?
“Ok. Ok ok ok. Ok pak, kalem, kalem” jawab Aleeah.
“Saya ngga lagi nunggu kamu. Saya mau ke super market” balas Johnny kemudian.
“Ke super market?” tanya Aleeah memastikan.
“Beli sosis” jawab Johnny.
“Beli sosis?” tanya Aleeah.
“Le kamu ini emng lemot apa gimana?” tanya Johnny.
“Bapak aneh soalnya, ya ngga aneh juga si, ya aneh si” jawab Aleeah mengkoreksi kata katanya sendiri.
“Yaudah yuk saya anter” lanjut Aleeah.
“Ngapain?”
“Bapak ngga tau tempat nya kan? Makanya berdiri disini nunggu saya?” tanya Aleeah lagi. Johnny diam. Nampak berfikir.
“Okee” jawabnya kemudian. Bohong. Sebenarnya Johnny berbohong. Dua tahun bukan waktu yang sebentar untuk sekedar mengingat tata letak Frankfurt. Hidup Johnny setiap pertengahan hingga akhir bulan ia habiskan di pusat bisnis Negada Jerman untuk memantau keadaan sang ibu. Hotel tempat mereka menginap pun sudah seperti rumah kedua bagi Johnny. Pergi ke super market juga bukan hal yang sulit untuk dilakukan pewaris SeoCompany ini. Memang benar ia menunggu Aleeah kembali. Namun tidak pernah ia sadari bahwa ia akan menunggu di depan hotel. Benar benar di depan hotel.