So I Guess We're Getting Better
Johnny dan Aleeah sama sama mengunci kata. Tidak ada yang mau berbicara. Keduanya sama sama berbaring menatap langit langit kamar. Entah mengapa namun setelah keduanya sama sama paham bahwa mereka tidak nyata, rasa canggung mulai ada.
Johnny sibuk memejamkan mata dengan gusar. Pikirannya berkata bahwa ia harus segera tidur tetapi sebagian lagi mengajaknya untuk terjaga. Benarkah ia ada dijalan yang benar? Benarkah perkataannya pada Aleeah barusan tidak salah? Tidak ada yang tahu, Johnny dan Aleeah yang punya jawabannya.
Sementara sang puan sedang ikut menyumbang pikiran ke langit langit kamar. Bagaimana jika dirinya melanggar kontrak yang mereka buat? Bagaimana nanti ia dan Johnny akan berakhir? Bagaimana jika, bagaimana jika. Penuh perandai andaian sebagai jawaban.
“Pak” panggil Aleeah memecah keheningan.
“Hmm?” jawab Johnny dari bawah ranjang.
“Ngga dingin?” tanya Aleeah tanpa menoleh ke bawah.
“Dingin. Ngga tidur?” tanya Johnny kemudian. Jika keadaan Johnny saat ini dapat dilihat Jeffrey, Yudhis dan Tanaka maka Johnny akan mendapat banyak umpatan karena teman temannya tak segan membodoh bodohkannya karena menyia nyiakan keadaan.
Persetan dengan image, dan janji. Jika teman temannya adalah Johnny maka ia akan mencari cari alasan agar dapat seranjang dengan Aleeah dan memeluk tubuh hangat sang wanita hingga malam menjelma pagi. Tapi lelaki ini adalah Johnny. Johnny Seo yang memegang erat apa yang telah ia ucapkan. Johnny Seo yang tidak dapat mengingkari kata yang telah keluar dari mulutnya. Ini Johnny Seo yang berbohong di hadapan Tuhan dan menarik seorang gadis tidak berdosa ke neraka bersamanya. Ini Johnny Seo, dari pada memeluk tubuh Aleeah ia lebih memilih mengigil kedingan dipeluk dinginnya udara malam.
“Bentar lagi. Pak tidur sini aja” kata Aleeah kini sedikit bangun menengok Johnny.
“Ngapain?” tanya Johnny menatap mata Aleeah.
“Mau pegangan tangan” balas Aleeah. Johnny agaknya terpaku. Wajahnya memerah karena perkataan sang wanita barusan.
“Ya bapak ngapain pake acara tidur di lantai segala? Di sini aja nanti saya bikin garis pertahanan” lanjut Aleeah. Johnny kini mulai bisa mengontrol emosinya.
“Kamu emang beneran modus ya?” hardik Johnny.
“Yaudahh” balas Aleeah enteng sembari kembali berbaring di bantalnya. Johnny kemudian bangkit dan mengambil sisi kasur Aleeah.
“Garisnya mana?” tanya Johnny. Aleeah lalu menyusun guling di antara mereka seperti sebelumnya. Lalu ia menengadahkan tangannya di atas guling persis seperti yang Johnny lakukan dulu. Meminta tangan pasangannya. Johnny menatap aneh ke arah Aleeah.
“Saya takut. Bapak kan kalo tidur lampunya harus mati” ucap Aleeah. Johnny kemudian menepuk tangannya dengan maksud lampu kamar Aleeah menerima radar untuk mematikan daya darinya. Sejurus kemudian jemari Johnny mulai berada pada jamari lain yang lebih kecil dari padanya. Tangan Aleeah.
“Masih takut?” tanya Johnny. Aleeah menggeleng. Jika boleh berkata jujur, tidur dengan keadaan lampu dimatikan membuat Aleeah ketakutan. Ia takut berada di kegelapan namun suka dengan malam. Kontradiktif, namun berbeda saat ia bersama dengan Johnny. Rasanya genggaman tangan mereka memberi Aleeah kekuatan bahwa apapun hal menakutkan di depan sana dapat ia lalui asalkan ada Johnny di sampingnya.
“Engga” jawabnya singkat. Tidak ada jawaban lagi dari pria di sebelahnya. “Bapak” panggil Aleeah kembali.
“Hmmm” jawab Johnny sembari menutup mata. Rupanya kantuk mulai menguasai indera penglihatan sang pria.
“Maaf ya pak” balas Aleeah. Johnny kembali membuka mata.
“Saya tau tadi bapak khawatir makanya marah sama saya. Harusnya saya ngga ujan ujanan biar bapak ngga kepikiran. We have to mind our own business right?” lanjut Aleeah menyelesaikan kalimatnya. Johnny terperanjat. Ada perasaan bersalah karena telah memarahi Aleeah sebelumnya, ada perasaan kagum karena Aleeah memikirkan segala kemungkinan si tukang taxi, ada perasaan kecewa karena ia membiarkan wanita ini jatuh sakit seperti sekarang. Johnny bingung, apa yang harus ia lakukan disaat seperti ini menyerang?
“Iya, saya juga minta maaf tadi bentak bentak kamu” balas Johnny akhirnya. Senyum Aleeah merekah disana tanpa Johnny tahu wujudnya. Walaupun singkat namun Aleeah menangkap sesal datang bersama rentetan kata. Hangat.
“Ok okkk” balas Aleeah lalu menutup mata. Johnny kemudian menoleh ke arah perempuan di sebelahnya. Menatap setiap inci wajah sang istri. Menahan segala rasa yang kemungkinan akan ada selama dua tahun lamanya. Bagaimana nanti mereka akan berakhir?
Maaf le saya biarin kamu sendirian akhir akhir ini, maaf saya ngga jemput kamu, maaf saya ngga ada pas kamu butuh. Saya kacau, saya ngga tau mau saya apa le. Maaf. Adalah kalimat sang pria yang tidak akan pernah sampai ke telinga Aleeah.