So This Is Our Finish?

Johnny meminggirkan mobilnya dengan bersusah payah. Butuh sekitar 20 menit hanya untuk menepikan kapal besi yang ia tumpangi karena memang jalanan yang ia lewati tidak bergerak sama sekali dan Johnny sudah terjebak disana selama hampir satu jam. Begitu ada kesempatan untuk berpindah, Johnny akan langsung membanting setirnya agar menuju ke tepian jalan.

Persetan dengan air hujan dan kegelapan malam. Johnny berlari sekencang yang ia bisa agar segera menjamah apartment tempat Aleeah berada. Kakinya ia bawa dengan langkah super besar dengan sendal hitam memijak setiap sudut porselen trotoar. Tangannya mengayun seraya ikut menyumbangkan tenaga. Jemarinya menggenggam erat sebuah benda yang selalu ia lihat sesekali sembari berlari. Air memang tidak turun dengan deras tetapi tetap saja, suara gemuruh petir serta fakta bahwa cahaya kota sedang padam membawa Johnny pada pelarian dimana otaknya selalu menyebut nama Aleeah.

Can you just give me a sign Le? It's just a dark you afraid of, I'll be there. Please.

Ucapnya dalam hati. Dengan sisa tenaga yang ada ia paksakan daksa lelahnya berlali dengan kecepatan konstan seperti awal ia memulai. 10 menit setelahnya bangunan tinggi yang ia tinggali mulai nampak. Masih dengan keadaan gelap gulita, pencahayaan seadannya, badan yang basah akibat air bercampur keringat serta nafas yang tersenggal senggal, Johnny masih memaksakan dirinya untuk terus berlari. Pikirannya selalu berada pada wanita 26 tahun yang sudah hampir satu tahun seatap dengannya. Bagaimana keadaannya sekarang? Apa yang dia lakukan? Mungkinkah Aleeah sedang menangis? Mengapa Aleeah harus takut pada kegelapan? Frustasi. Pikirannya menerawang segala macam kemungkinan.

Jika dipikirkan kembali, seharusnyaa Johnny tidak seperti ini. Terlepas dari pernikahan kontrak mereka, Johnny dan Aleeah hanyalah orang asing yang tidak sengaja tinggal berdua. Mereka, tidak jelas. Ada beberapa bagian yang selalu membuat Aleeah bertanya tanya. Apakah Johnny memang selalu sebaik ini? Ke dirinya saja atau ke orang lain juga? Tak jauh berbeda dengan sang lelaki. Johnny juga sedang memikirkan apa yang sedang ia lakukan. Mengapa ia nekat berlari menerobos hujan hanya untuk wanita yang berstatus sebagai istri pura pyranya? Terlepas dari janjinya ke sang papa, Johnny juga bingung sendiri apa yang membuatnya berti dak sampai sejauh ini. Namun disinilah ia sekarang. Dengan perasaan khawatir yang memuncak ia memasukkan beberapa digit nomor dan berlari ke dalam ruangan.

“Alee?” “Aleeah?!” panggilnya keras keras ketika ia mendapati apartmentnya dalam keadaan kosong. Tidak ada siapapun disana. Ditambah lagi ponselnya yang tidak terhubung dengan jaringan signal yang memang terputus akibat dari pemadaman malam ini membuat Johnny semakin frustasi. Kemana perginya wanita yang ada dalam pikirannya tadi? Dalam bayangan Johnny, ketika ia sampai di apartmentnya, mungkin Aleeah akan menangis meraung raung mengingat betapa penakutnya ia dengan gelap. Di pikiran Johnny, mungkin Aleeah akan pingsan karena ketakutannya akan tidak ada cahay. Di pikiran Johnny Aleeah mungkin dalam situasi yang berbahaya.

Sejurus kemudian, dengan masih mengatur nafasnya sembari mengedarkan mata kesana kemari, samar samar ia dengar suara perempuan sedang bercanda dengan seorang laki laki dari arah luar.

“Untung lo kesini asli” ucap si perempuan.

“Hahaha apaan badan doang gede sama gelap takut” balas sang lelaki.

“Takut banget anjir” balas si perempuan kembali. Lalu sebuah cahaya berwarna putih menyilaukan mata Johnny. Aleeah sedang berdiri disana memegang senter melalui ponsel dan mengarahkannya ke arah sang suami.

“Pak Johnny?” tanya Aleeah ragu ragu. Dengan air yang masih menetes dari pakaiannya, dengan kaki kebas yang ia gunakan untuk berdiri, dengan tangan mengepal karena Johnny tau siapa yang berdiri di samping perempuannya malam ini, Johnny membalas perkataan Aleeah.

“Ini yang kamu maksud komitmen sampe akhir?”