Still Can't Cross That Line
Johnny menyisir rambutnya dengan frustasi. Sudah sejak dua jam yang lalu ia terjebak dalam rapat yang entah kapan selesainya. Biasanya hari hari seperti ini, ia akan sesekali mencuri curi pandang ke arah Aleeah sebagai bentuk pengisian kembali daya dan energinya. Namun, karena Aleeah masih harus istirahat di rumah karena insiden hujan hujanan, maka selama tiga hari kebelakang Johnny seperti kehilangan semangatnya di kantor. Letih lesu tak berdaya.
Ia menguap dalam diam agar setiap kolega disana tidak merasa tersinggung. Karena jika boleh jujur, memang Johnny sudah mulai bosan dengan materi yang dipermasalahkan. Moodnya mendadak hilang entah kemana. Hati dan pikirannya senantiasa ingin selalu berada di samping wanitanya walaupun Aleeah selalu mati matian berkata bahwa Johnny harus pergi bekerja karena ia bisa menjaga dirinya sendiri. Pandangannya mengedar ke segala arah, dan sepersekian detik ia menangkap mata Yudhistira. Sahabatnya yang terlibat project kerja dengannya dalam beberapa kesempatan terakhir ini.
Apa? nampak Johnny bertanya pada Yudhis melalui angkatan kepala dan tidak bersuara karena nampaknya Yudhis ingin mengucapkan beberapa kata kepada Johnny.
Cek hp Jo. Hp lo liat kata Yudhis lagi yang tetap tidak ada suara. Mulut keduanya saling komat kamit mengucapkan mantra.
Hah? tanya Johnny.
Hp lu liat anjing. Hp lu balas Yudhis setengah emosi. Suasana ruang rapat masih kondusif dengan dua orang sedang berdiri menjelaskan sesuatu sementara yang lain tetap menaruh perhatian kepada papan proyektor di depan.
Paham akan hal yang Yudhis ucapkan, Johnny kemudian merogoh kantong celananya, mengeluarkan ponsel pintar lalu ia letakkan di bawah meja. Tangannya mulai mencari cari sesuatu. Dapat ia lihat ternyata bukan hanya notifikasi dari grub chat tidak jelasnya dan nomor tak dikenal di hpnya, tetapi ada pula nama Aleeah dengan beberapa kali panggilan tak Johnny jawab.
Seketika ia melihat hal janggal, tanpa menunggu aba aba Johnny bangkit dengan kasar hingga menyebabkan kursinya terdorong jauh ke belakang, berbarengan dengan berpindahnya atensi semua orang menatapnya keheranan. Tanpa satu katapun yang ditinggalkan Johnny berlari kencang ke luar ruangan dan dapat kalian tebak kemana kaki jenjangnya ia bawa pergi. Parking lot.
Setelah memacu Rubicon Hitam miliknya selama 20 menit dengan kecepatan di atas rata rata, disinilah Johnny sekarang. Di dalam UGD rumah sakit yang namanya sama dengan nama belakangnya, Seo Medical Center, sedang kebingungan mencari dan membuka setiap sketsel yang ada mencari wanita yang harusnya siang ini masih ada di rumah karena kondisinya yang belum membaik.
Satu persatu ia buka dengan tatapan khawatir memuncak di kepalanya, langkah kakinya terdengar gusar dan buru, pikirannya berlarian kesana kemari hingga ia menemukan seorang laki laki yang ia yakini ia mengenal baik daksa, watak dan kepribadiannya sedang berdiri bersama dua orang perempuan, satu berdiri dan satu duduk di kursi roda serta satu orang lagi yang juga ia kenal belum lama ini. Jeffrey dengan kemeja putih dan jas yang ia sampirkan di pundak sedang melipat tangan di depan dada berbicara kepada wanita yang duduk di brankar ditemani Lucas, Dissa, dan Alisya.
“Le?” panggil Johnny memastikan bahwa dirinya benar benar melihat Aleeah disana. Langkah kakinya mulai melambat. Bak mendengar kabar bahagia Aleeah lantas mencari cari sumber suara sembari menyuruh beberapa orang dihadapannya untuk menyingkir. Dapat. Aleeah dapatkan Johnny sedang berdiam diri menatap ke arahnya dengan wajah yang ia lihat beberapa hari lalu di kamar mandi ruangan Dokter Dissa. Khawatir.
Melihat Aleeah duduk di atas ranjang dengan kaki kanan terbungkus perban membuat Johnny semakin memacu langkahnya hingga daksa tegapnya menabrak daksa Aleeah. Ia dekap badan kecil wanitanya seerat mungkin. Dapat Aleeah rasakan detak jantung Johnny yang berdegup amat sangat kencang di dalam dalah dekapannya. What's make you that worried pak? Johnny menhembuskan nafasnya lega ketika Aleeah berada di dekapannya. Ia hanya terus memeluk daksa istrinya sambil bersyukur kepada yang maha kuasa, keadaan Aleeah tak seburuk apa yang dipikirkannya. Seolah mengerti kekhawatiran sang suami. Aleeahpun menepuk nepuk punggung Johnny mencoba menyalurkan ketenangan.
“It's ok” kata Aleeah setelah Johnny membuka pelukan mereka. Johnny tidak menjawab, ia justru mengamati Aleeah dari ujung kepala hingga ujung kakinya memastikan kembali tidak ada luka lain yang menggores kulit tipis wanitanya. Sejurus kemudian Johnny membalikkan badannya, mencari kambing hitam sebagai seseorang untuk disalahkan. Matanya menangkap sepupu sepersusuannya sedang duduk di kursi roda dengan wajah cemas dan ketakutan karena tatapan Johnny yang menghujamnya tajam. Lagi lagi bak dukun, Aleeah mengerti apa yang akan dilakukan Johnny kepada Dokter Dissa. Alhasil, sebelum kakinya Johnny bawa melangkah, tangannya lebih dulu ditahan oleh Aleeah hingga Johnny menoleh ke belakang. Aleeah menggeleng disana sebagai tanda Johnny agar tidak memarahi Dokter Dissa dan tanda bahwa ia baik baik saja.
Keringat dingin agaknya menyerang Dissa. Telapak tangannya penuh keringat. Walaupun dalam silsilah keluarga Dissa adalah kakak Johnny terlepas dari jarak kelahiran mereka yang hanya 2 hari, namun jika sudah salah begini Dissa akan merasa amat sangat takut kepada adik sepupunya. Dengan kode tatapan mata, Aleeah menyelamatkannya dari amukan Johnny si Only Child.
“Gue pamit” ucap Dissa selanjutnya sembari bersusah payah mengoperasikan kursi roda dengan kedua tangannya.
“Kemana?” tanya Johnny. Tangannya masih ada digenggaman Aleeah.
“Akhirat. Gye mending gantung diri dari pada lo mutilasi” katanya sembari meninggalkan bilik milik Aleeah.
“Jo lo-” kata Alisya terputus karena seseorang menggantikannya memarahi Johnny.
“Bro ngga gini caranya. Lo izinin dia pergi padahal masih sakit tu gimana maksudnya?” cecar Lucas sembari perlahan lahan mendekatkan badan ke arah Johnny.
“Udah tau sakit malah dibiarin keluar sendiri” timpuk Alisya ke Johnny pula, Jeffrey hanya mencoba menenangkan istrinya yang mana tangannya langsung ditangkis mentah mentah oleh si ibu hamil.
“Nah makanya, situ sehat? Ini dia sampe kesrempet mobil lo” tambah Lucas kembali.
“Lo kok ngga bertanggung jawab banget Jo?” tambah Alisya. Selanjutnya hanya cecaran pertanyaan yang Johnny terima tanpa kesempatan untuk sekali menjelaskan. Akhirnya ia menatap Aleeah dengan tatapan memohon bantuan untuk menghentikan kegiatan dua sahabatnya ini.
Kenapa jadi gua yang kena?
Baru saja Aleeah akan membuka mulutnya, seseorang dengan perawakan tinggi dan tampan memanggil namanya..
“Permisi, Aleeah.”