The Ending

Langkahnya goyah ketika kakinya berjalan memasuki sebuah rumah mewah yang amat sangat ia kenal siapa pemiliknya, jantungnya berdebar seakan dapat merasakan bahwa hal bedar akan segera datang, hatinya menciut ketika runggunya mendengar suara ramai teriakan dari dalam ruangan menggema di udara. Dengan tekat serta rasa khawatir yang ia bawa dari rumah, Shannon memaksakan diri untuk segera bertegur sapa dengan siapapun orang yang sedang dihukum di dalam sana.

“Nggak tau malu!” “Kurang apa istrimu?!” teriak seorang lelaki paruh baya dengan kemeja dan rambut berantakan, sedang memaki seorang lelaki yang terduduk tanpa tenaga masih dengan setelan kerja yang tadi pagi Shannon siapkan.

“Sampah!” lanjutnya diikuti dengan satu tamparan keras di pipi sebelah kiri. Shannon kemudian berlari. Memeluk suaminya yang sudah tak berdaya babak belur dihajar habis habisan oleh sang papa. Melihat keadaan Jaehyun yang sudah seperti ini, Shannon yakin bahwa pukulan keras yang baru saja ia saksikan adalah pukulan untuk entah kali keberapa, yang jelas, bukan yang pertama.

Wanita dengan rambut dan kardigan panjang itu kemudian merengkuh daksa lelakinya yang hanya bisa tertunduk sembari mengeluarkan air matanya dalam diam. Menyesali setiap perbuatan yang dengan sadar ia lakukan.

“Papa ngga seharusnya ngajarin dia kaya gini. Tapi apa yang udah dia lakuin ke kamu itu lebih buruk dari pada kelakuan binatang. Bangun, Na. You deserve more” ucap sang mertua kepada Shannon yang masih mencoba melindungi daksa sang suami.

“Papa please udah. Udah jangan lagi tolong” balas Shanmon dengan suara bergetar. Siapapun yang sedang berada disana pasti dapat merasakan seberapa getir hidup ibu dua anak ini belakangan karena hanya untuk mengeluarkan suara saja ia nyaris tidak bisa.

“Nona, bangun nak” jawab sang mama sembari mendekat dan mencoba merengkuh tubuh anak menantunya yang jelas pula, langsung dibantah oleh sang empu wanita.

“Ini masalah Nona sama mas, biarin Nona yang selesaiin ma, please” balas Shannon dengan buliran air mata yang mulai menyapa. Agaknya melihat keadaan Jaehyun dengan luka lebam di seluruh wajah membuat hatinya menderita. Terlampau paham jika orang tua memiliki hak dan wewenang atas anaknya, tetapi memukul dan mencaci, berapapun usia anaknya adalah hal yang Shannon yakini salah. Ditambah lagi masalah ini adalah ranah rumah tangganya, maka dengan segala keputus asaan yang ada, Shannon memohon untuk membawa suaminya pergi dan menyelesaikan masalah ini apapun nanti jalan keluarnya.