Thing You Should Know
Johnny sedang duduk dengan menyilangkan kedua kakinya dan tangan di depan dada. Menunggu seorang gadis yang telah membuat janji temu dengannya di lobi beberapa menit yang lalu. Tak lama kemudian matanya menangkap seseorang yang ia kenal. Aleeah berjalan ke arah Johnny dengan celana panjang santai, sandal hotel, serta kardigan untuk menutupi baju tidurnya dan rambut dibiarkan lurus terurai. Johnny pun begitu, tak kalah santainya dengan Aleeah. Ia hanya mengenakan celana pendek jeans berwarna hitam serta crewneck berwarna merah bata dengan aksen tulisan hitam di atasnya.
“Pak maaf udah lama?” tanya Aleeah sopan menyapa atasannya.
“Baru aja kok” jawab Johnny seraya bangun dari duduknya.
“Ehmmmm” gumam Aleeah sambil menyalakan hpnya dan menoleh ke kanan ke kiri seperti melihat lihat situasi. 22.39 malam. Lobi hotel sudah tidak seramai tadi. “Bapak mau kopi?” tanya Aleeah mengakhiri gumamannya.
“Saya ngga le. Kamu, kopi?” balas Johnny.
“Saya juga ngga pak” jawab Aleeah.
“Mau ngomong apa?” tembak Johnny tepat sasaran. To the point sekali.
“Ehmmmm” gumaman lagi yang muncul dari mulut Aleeah. “Ehm duduk dulu pak” kata Aleeah setelahnya mempersilahkan bosnya untuk duduk.
“Oh haha sorry sorry, duduk le duduk” kata Johnny terkekeh. “Jadi mau ngomong apa?” tanya Johnny lagi setelah kedua pantat mereka menyentuh lapisan paling atas sofa.
“Ehmmm” lagi, gumaman lagi. “Saya bingung pak mau mulai dari mana” buka Aleeah akhirnya.
“Sini le, gini nih” balas Johnny sambil kedua tangannya memegang sofa. Niatnya mencontohi Aleeah. “Kalo bingung pegangan dulu aja le” lanjutnya.
“Pak!?” ucap Aleeah sembari terkekeh. Lalu Johnny juga ikut tertawa kecil.
“Jangan tegang tegang kita ngga lagi kerja, udah bukan jamnya, sekarang juga lagi ngga ngomongin kerjaan kan?” balas Johnny. Aleeah kemudian tersenyum dan mulai membuka ceritanya.
“Saya juga ngga yakin si pak. Saya tau bapak juga pasti ngga yakin. Tapi bapak harus tau pas saya bilang iya tadi itu saya beneran pak. Itu bukan tindakan impulsif. Saya serius pak.” buka Aleeah. Johnny masih diam. Mencoba mencari penjelasan lebih dalam.
“Saya ngga pernah tau gimana rasanya punya ayah dan ibu disaat saat kaya bapak begini. Harusnya saya bisa banggain mereka tapi saya ngga tau gimana rasanya. Jadi tadi pas mama bapak nanya, saya tersentuh pak. Maaf saya lancang tapi saya beneran tersentuh dan malah iya iyain omongan bapak. Harusnya saya sanggah, harusnya saya bilang engga. Maaf pak” lanjut Aleeah saraya berdiri dan membungkuk ke arah Johnny sebagai tanda penyesalannya. Johnny kemudian buru buru berdiri dan memegang pundak Aleeah pertanda agar dirinya tidak perlu melakukan hal tersebut.
“It's ok le, udah udah, salah saya disini saya yang salah” lanjut Johnny. Selanjutnya yang tersengar hanya kesunyian. Keduanya memilih diam dan larut di pikiran masing masing. Aleeah sedikit merutuki dirinya karena ulah sok iya nya tadi. Sementara Johnny kini dipenuhi banyak pikiran. Ada begitu banyak pula pertanyaan yang ingin ia ajukan kepada Aleeah jika jika memang mereka berlanjut, maka secara otomatis Aleeah lah yang memegang gelar sebagai calon istrinya.
“Jadi gimana? Kamu tetap mau bantu saya pura pura?” tanya Johnny akhirnya menyudahi kesaling diam diaman. Aleeah tidak langsung menjawab. Ia tampak memikirkan dulu jawaban yang akan ia keluarkan dari mulutnya.
“Bapak ada alasan buat engga?” tanya Aleeah setelah cukup lama.
“Ngga ada. Ini kemungkinan jadi kesempatan terakhir saya” jawab Johnny dengan yakin.
“Saya ikut bapak” balas Aleeah.