To Clear Everything

Johnny baru berusia 26 tahun ketika sang mama berkehandak bahwa dirinya harus menikah dengan perempuan pilihan sang mama. Padahal, 26 adalah usia dimana seharusnya Johnny menikmati manisnya hidup, setelah hampir 16 tahun memikul tanggung jawab sebagai anak tunggal dan merasakan kesendirian sepeninggalan sang papa. 16 tahun pula Johnny menyaksikan mamanya banting tulang berusaha mempertahankan SeoCompany yang dibangun mendiang kakek dan ayah Johnny, sendirian. Maka setelah Johnny dinyatakan lulus dari perguruan tingginya, bahkan dengan usia yang amat sangat muda, 22 tahun, ia naik tahta menjadi seorang wakil direktur dengan posisi utama dipegang sang mama.

Hidup Johnny sebenarnya dapat dikatakan beruntung walaupun ketika 10 tahun ia harus ditinggal sang ayah untuk selama lamanya. Ibu Johnny benar benar membagi waktu mana bekerja mana menjadi ibu agar Johnny tidak merasa sendiri. Inilah juga yang menbuat Johnny membuka mata dan selalu menururti perkataan mamanya serta menyayangi sang mama dengan sepenuh hatinya. *Tinggal mama, kalo bukan gue siapa lagi. *

Hak istimewa yang didapat Johnny ini membuatnya menyandang gelar The Only Child dari masyarakat karena memang ia adalah anak tunggal kaya raya yang jika dilihat hidupnya enak enak saja. Padahal selama dua tahun belakangan, dirinya dikungkung rasa ketakutan akan trauma masa kecilnya serta ketakutan akan kehilangan sang mama.

Sore itu, selepas bekerja, ponsel Johnny dinyalakan karena ada satu pesan masuk. Dari sang mama rupanya. Namun setelah melihat isi dari chat tersebut, dirinya mendadak malas. Pasalnya, si mama mengingatkan Johnny untuk segera pergi karena telah ditunggu oleh mama dan perempuan yang akan didapuk menjadi calon istri Johnny.

Wajahnya berubah menjadi malas. Dilemparkannya ponsel pintarnya ini ke sofa tempatnya sekarang merebahkan badan. Tak lama sebuah pesan masuk lagi menginterupsi kegiatannya. Johnny sebenarnya tau pesan itu pasti dari mamanya lagi, ingin rasanya ia mengabaikan pesan tersebut namun niat itu ia urungkan karena mau bagaimanapun juga ibu ini pasti akan terus menganggu waktu istirahat Johnny.

“Kesini jo, jangan malu malu in mama. Seenggaknya ketemu dulu, baru kalo nolak boleh.”

Johnny kemudian mengganti pakaiannya dengan pakaian lebih nyaman lain yang ia sengaja siapkan di kantornya dan berlalu menuju tempat perjanjian sang ibu.

Dirinya kini sedang berdiri menunggu lampu hijau berganti merah karena hendak menyebrang ke sebrang jalan. Mobilnya ia parkirkan di bangunan lain karena tempat sang mama dan gadis calon istrinya bertemu sudah penuh. Dilihatnya Johnny seorang wanita berdiri di ujung trotoar yang sibuk menoleh ke kanan ke kiri menunggu anak semata wayangnya tiba. Johnny tersenyum melihat sang mama, selalu merasa tidak enakan.

Brukkkk

Sedetik kemudian tiba tiba sebuah mobil menghantam pimpinan utama SeoCompany itu. Di depan mata kepala Johnny sendiri. Tanpa melihat ke kanan ke kiripun Johnny langsung berlari menghampiri sang mama. Darah berceceran dimana mana. Suara teriakan menggema. Namun anehnya, sang mama malah terlihat tidur dengan biasa.

“Ma” “Mama” panggil Johnny dengan memangku kepala sang ibu.

“Ma, mama!” teriaknya berusaha menyadarkan. “Ma mama bangun, ma!” usaha kesekian Johnny sembari menggoyang goyangkan daksa sang ibu.

“Ma, bangun!” “Ma, Johnny udah punya pacar, Johnny nikah sekarang tapi mama bangun” “Ma, mamaa!!” teriaknya lagi tapi nihil tak ada balasan dari sang ibu. Setelahnya yang tersisa adalah rasa takut dan penyesalan. Bagaimana jika Tuhan mengambil orang tua satu satunya yang ia punya?

Harusnya gue turutin aja kata mama. Harusnya gue nikah aja. Pa, maaf Johnny ngga berguna. Maaf Johnny ngga bisa banggain mama papa. Pa jangan ambil mama dulu. Jangan bawa mama pergi pa. Johnny ngga tau sendirian. Tuhan tolong.