We Back
Shannon buru buru menyebrang jalan menghampiri adiknya. Sementara Jaehyun, pandangannya dialihkan oleh sebuah mobil yang ia yakini, ia kenal benar dengan pemilik gerobak besi tersebut.
“Mas” Teriak Shannon di ujung jalan, sudah bersama keluarganya.
Jaehyun menoleh ke arah istrinya lalu mengangguk. Tanda ia akan segera menyusul. Tetapi pandangannya dialihkan kembali ke mobil hitam tidak asing ini. Semakin penasaran. Jaehyun mendekat. Seorang lelaki di balik kemudi membuka kaca matanya. Tatapan mereka bertemu.
Lo ngapain yut?
“Sumpah Jae gue udah ngga kuat”
Huekkkk
Kata Yuta dengan mata sayu dan dan bau mobil yang tidak enak seperti orang baru saja muntah. Tunggu, tidak seperti, ia memang meninggalkan beberapa jejak bekas muntah dalam mobilnya.
“Ck, tunggu bentar” Ucap Jaehyun kepada Yuta lalu memalingkan badannya pada sang istri di belakangnya.
“Parah banget ya?” Tanya Shannon.
“Kamu bisa pulang sendiri ngga shan? Kalo ngga tinggalin aja mobilnya disini kamu aku pesenin online aja” Ucap Jaehyun sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Kebingungan.
“Bisa bisa bisa, siniin, aku bisa, udah kamu urusin dulu si yuta mas kasian, tepar banget keliatannya” Balas Shannon sambil celingukan mengintip Yuta di dalam mobilnya.
“Hati hati shan, kalo ada apa apa kabarin” Balas Jaehyun lalu mencium kening sang istri sambil menyerahkan kunci mobil. Setelahnya ia segera berbalik badan dan menuju jok kemudi untuk mengambil alih permabukan duniawi ini.
Di dalam mobil, telah terkapar Yuta tak berdaya, di jok samping kemudi. Dengan rambut yang acak acakan dan kaca mata menanggal di kepalanya untuk menutupi matanya yang sayu.
“Lo tu masih aja yut, masih aja. Ngapain punya maskapai sendiri kalo gabisa terbang” Ucap Jaehyun yang sudah melajukan mobil milik sang sahabat sambil pandangannya sesekali ke jalan sesekali ke samping memastikan bahwa temannya ini masih hidup.
“Ck, ngga gitu. Lo bayangin aja flight pagi pagi, gue belom sarapan belom apa. Bangun langsung terbang. Gue ngga mabok ya, gue cuman masuk angin” Bela Yuta tak terima.
“Mabok ya mabok aja jangan pake alasan masuk angin. Lo terbang jam 2 siang juga tetep aja muntah” Balas Jaehyun.
“Ck jangan ngomel Jae. Pusing gue”
“Lo juga kenapa sendirian anjing? Biasanya minta jemput juga ngapain sendirian? Sok sokan”
“Masih jam 7 pagi tai. Gue tau juga pasti masih pada bangun. Yakali”
“Ngrepotin ya ngrepotin aja babi. Ngapain pake sungkan sungkan segala si yut. Mana maksain nyetir sendiri. Ini tadi kalo gue ngga nyusulin ilora kayanya lo beneran terbang ke rumah Allah”
“Iyee iyee ah” Tutup Yuta akhirnya. Dengan maksud agar Jaehyun tidak lagi mengomel padanya. Lalu ia menarik kembali kaca matanya dan mulai menutup mata.
Angin yang masuk ke mobil akibat kaca cendela yang memang sengaja dibuka agar aroma mabuk ini hilang, membuat Yuta terlelap. Sudah setengah jalan dua sahabat ini saling diam. Satunya karna memang masih lelah dan mabuk satu lagi tidak ingin menganggu.
“Anjing, bau apaan ni. Jae? Serius?” tanya Jungwoo ketika membuka pintu mobil Yuta di jok belakang.
“Buruan U ah” Ucap Jaehyun. Jungwoo lalu menutup hidungnya dengan baju bagian atasnya dan menuruti kata Jaehyun, masuk ke dalam mobil.
“Kenapa dah ni anak?” Tanya Jungwoo sambil memajukan dirinya agar dapat menyentuh jidat Yuta. Mobil sudah kembali melaju.
“Panas Jae” Ucapnya pada Jaehyun.
“Ck yut yut” Balas Jaehyun memandang Yuta. Lalu beralih ke jalan lagi dan menancap gas agar segera sampai ke kediaman sang sahabat.
“Berat banget berat banget. Jae arghhhh” Ucap Jungwoo sambil meringis di depan apartment Yuta. Membopong temannya yang sudah tidak sadarkan diri ini.
“Sabar ini, arghh, sussh banget mencet astaga yut, passwordnya” Balas Jaehyun yang juga tak lupa sama meringisnya dengan Jungwoo menahan beban Yuta.
Klikk
Pintu apartment terbuka. Ada perasaan lega yang dirasakan Jaehyun dan Jungwoo. Jungwoo kemudian masuk terlebih dahulu untuk menerima Yuta secara bergantian dengan Jaehyun karena pasalnya pintu apartment ini tidak akan muat apabila tiga orang laki laki dewasa masuk secara bersama sama.
“Sepatunya bentar sepatunya” Ucap Jungwoo lalu ia membungkukkan badan untuk melepas sepatu sang sahabat. Dengan posisi seperti ini, Jungwoo secara otomatis membelakangi ruang tamu.
“Bantuin. Diem aja lo” Ucap Jaehyun entah kepada siapa di depan sana, di belakang Jungwoo. Merasa bukan dirinya yang sedang diajak biacara. Jungwoo pun menoleh. Dilihatnya seorang yang selama ini Jungwoo rindukan. Jungwoo takuti, sekaligus seorang teman yang sudah sangat lama tidak bersua. Tatapan mereka bertemu.
Johnny sedang berdiri menatap ketiga sahabatnya dari ruang tamu milik Yuta. Menatap lurus tanpa ekspresi. Dirinya dibuat terkejut akan kehadiran satu sosok yang sudah begitu lama tidak ia jumpai.
“Jo, astaga” Bentak Jaehyun. Johnny tidak menjawab. Seperti sadar dari lamunannya, ia lalu segera mengambil alih Yuta dan membopongnya sendirian ke kamar. Jungwoo terdiam. Ia menundukkan kepalanya.
“Huftttt, kebas tangan gue” Ucap Jaehyun sendirian lalu berjalan masuk melewati Jungwoo, dengan maksud akan duduk di ruang tamu untuk sekedar menyelonjorkan kaki dan tangannya.
“U, masuk sini ngapain lo nganyer depan pintu gitu” Ucap Jaehyun menyadari sikap Jungwoo yang canggung ini. Jaehyun tau pertemuan Jungwoo dengan Johnny ini memang sangat tidak terduga. Tetapi ini memang ada dalam rencana Jaehyun pagi itu.
“Buburnya gimana?” Tanya Jo kepada Jaehyun di dapur. Tipikal orang Indonesia, apapun sakitnya, teh panas duluan obatnya.
Johnny sedang sibuk membuat teh sedangkan Jaehyun memanaskan air untuk memgkompres Yuta. Sementara Jungwoo hanya berdiri canggung dikejauhan. Kepalanya menunduk melihat entah apa di bawah sana.
“Kenapa lagi si wibu?” Tanya seorang suara dari arah pintu depan sambil melepas sepatunya asal dan membawa sebuah kantong plastik berisi sarapan.
“Ck, asal banget semua” Ucap seorang lagi yang masih memakai sepatunya dan membenarkan sepatu sepatu berserakan lain di lantai memakai kakinya. Pandangannya fokus ke bawah.
Mendengar ada yang datang, badan Jungwoo reflek melihat siapa dan bagaimana orang orang ini bisa masuk tanpa permisi ke apartment seseorang. Berjalanlahlah ia beberapa langkah hingga lagi lagi tatapannya bertemu dengan tatapan milik orang lain. Jungwoo diam terpaku, tak berbeda dengan seseorang di seberangnya yang membawa sekresek sarapan. Taeyong. Langkah Taeyong untuk lebih masuk ke apartment juga terhenti akibat seseorang yang ia lihat saat ini. Kaget. Mereka saling menatap dalam diam.
Bughhh
“Lo ngapain berdiri, anjing-” Suara milik Doyoung yang juga terhenti karena sosok lain yang ia dapati sedang berdiri menatap ke arahnya juga.
Johnny dan Jaehyun yang sadar akan kehadiran sosok lain di ruangan itu akhirnya memilih menghentikan aktifitasnya, lalu mereka berdua sama sama mengintip apa yang terjadi dari dapur. Kelimanya diam. Tidak bersuara sedikutpun.
Taeyong lalu menurunkan kreseknya dan berjalan cepat ke arah Jungwoo. Masih diam.
Bughh
Ia menambrakkan dirinya ke Jungwoo. Memeluk sosok teman yang sudah sangat lama tidak ia jumpai. Menghirup wangi bayi dari temannya yang dulu setiap hari selalu memenuhi penciumannya.
Taeyong mengeratkan pelukannya. Johnny membalikkan badannya. Kepalanya ia tengadahkan ke atas. Menahan air mata yang meronta ronta minta diloloskan. Jaehyun tersenyum menghembuskan nafasnya sedikit kasar. Doyoyng masih setia, diam di depan pintu dengan pandangan lega yang sangat teduh.
“Yong, gue-” Buka Jungwoo. Tangannya bebas ke bawah, tidak membalas pelukan Taeyong. Canggung. Jantungnya berdegup kencang.
“Diem. Udah lo diem aja. Gue udah tau semuanya U. Lo cuman harus maafin diri lo sendiri. Kita udah nggapapa” Ucap Taeyong. Jungwoo kemudian menundukkan kepalanya, menyandarkannya di bahu Taeyong. Sedetik kemudian ia membalas pelukan Taeyong. Menyalurkan rasa rindu akan sahabatnya ini. Meminta maaf lewat pelukan. Jungwoo meneteskan air matanya.
Jaehyun tersenyum. Ia kemudian meletakkan tutup panci dan menghampiri dua temannya. Memeluk mereka dari samping. Sambil sesekali tangannya mengusap punggung Jungwoo yang kini pundaknya sudah bergetar setengah mati menahan air mata yang akan jatuh. Tidak, bahkan sudah jatuh.
Perasaanya lega. Merasa diterima kembali oleh masa lalunya. Lega. Tidak pernah sekalipun dipikiran oleh Jungwoo bahwa dirinya akan dimaafkan oleh orang orang yang mimpinya sudah ia putuskan ditengah jalan. Perasaan menyesal, perasaan bersalah itu muncul kembali. Tangis Jungwoo semakin pecah.
Melihat itu, Doyoung tak mau kalah, ia juga ikut memeluk ketiga sahabatnya dengan mata berkaca kaca. Begitu pula dengan Johnny yang air matanya sudah lebih dulu jatuh ketimbang Jungwoo. Mereka ber5 saling memeluk. Saling memberitahukan bahwa semua sudah baik baik saja. Saling berbicara bahwa semua sudah dimaafkan. Saling menerima. Saling kembali. Hingga beberapa lama.
“U, gue emang suka boxing tapi gue ngga akan gebukin lo kok. Jangan takut” Ucap Johnny. Lalu ia membuka pelukannya, memberikan ruang kepada yang lain untuk ikut saling melepas.
“Anjing Jo” Ucap Doyoung kepada Johnny. Yang lain terkekeh.
“Gue? Gue kenapa lo biarin njing? Gue mau peluk juga” Ucap Yuta keluar dari kamarnya. Secara otomatis, seluruh atensi berpindah ke arahnya.
“Njing, ngga. Lo bau Yut” Balas Doyoung sambil melengos pergi takut takut apabila Yuta memelukknya secara paksa.
“Mending lo mandi” Balas Jungwoo yang juga melengos pergi, diikuti yang lain.
“Anak anjing” Balas Yuta kesal.
“Ngrepotin” Ucap Taeyong.
“Bajulo masukin mesin cuci Yut, tai bau banget huekkk” Tambah Johnny.
“Yut buruan ah jangan kaya bocah” Imbuh Jaehyun.
Lalu Yuta berbalik arah kembali ke kamar tanpa bicara dan membersihkan dirinya. Pagi itu kemudian dilanjutkan dengan bercengkramanya kembali 6 orang teman yang sudah lama tidak berbicara, sudah lama tidak kembali, sudah lama tidak bersua. Pagi itu Jungwoo kembali. Roomate Jaehyun kembali. Teman Doyoung kembali. Sahabat Taeyong kembali. Pawang Yuta kembali. Si penakut bagi Johnny kembali. Pagi itu, segala luka sudah diterima, segala maaf telah diucap. Pagi itu mereka hanya, kembali.