Will Be Forever Papas Children
Ilora memeluk keponakannya dengan hangat. Lalu mengambil daksa kecil Jodi dan mengendongnya sambil sedikit diayun ayunkan guna menyalurkan ketenangan. Sementara Kino berusaha menghibur balita satu tahun dalam gendongan gadisnya itu dengan mengajaknya berbicara. Tangisnya sudah tidak sekencang tadi tetapi isakan masih ia sisakan disana.
Tak lama, Shannon keluar dari ruangan dokter membawa seorang anak perempuan dengan suara tangis yang masih menggelegar di udara. Ia tenangkan anaknya dalam dekapan hangat sambil mengusap punggung kecil milik Samara. Mendengar saudaranya menangis, air mata Jodi menjadi ikut ikutan ditumpahkan. Entah apa yang membuatnya kembali meneteskan air mata. Namun nampaknya, isak keras Samara sampai pada hati nurani Jodi. Dan disanalah mereka. Menangis dalam dekapan imo dan mamanya. Menikmati sisa rasa nyeri di langan kiri masing masing.
“Yahhh kok jadi ikut nangis yang ini?” sapa seorang ibu lain dengan anak yang juga sedikit menangis di gendongan suaminya. Menyapa Jodi dan Samara.
“Ahahahha iyaaaa ngga tega liat adiknya nangis” balas Shannon tetap dengan memeluk serta mengusap usap punggung Samara sembari sesekali berkata it's ok it's ok nggapapa it's ok. Namun keduanya tak juga kunjung berhenti.
“Kembar ya mbak?” tanya sang ibu lagi.
“Kembar mbak hehe” balas Shannon.
“Laki lo panggil deh mbak asli ini gue malu diliatin” ucap Ilora setelahnya. Shannon juga frustasi. Imunisasi sebelumnya, ia tak pernah sebingung ini. Selalu ada Jeno, Bunda atau Mama yang menemani. Jaehyun tidak pernah ikut andil dalam kegiatan seperti ini. Tidak tega alasannya. Dulu, ketika anaknya belum bisa berkata. Ketika anaknya belum paham mana papa dan mana mama, Shannon bisa dengan mudah menenangkan mereka. Memperlihatkan gambar jerapah pada dinding rumah sakit tempat mereka disuntik, atau semudah memberikannya casing hp bergambar foto mereka sendiri lalu baik Samara maupun Jodi akan ter-distrak dan berhenti menangis dengan sendirinya.
Alasan yang Jaehyun buat dengan kata kata tidak tega bukan sekedar alasan belaka. Laki laki 27 tahun ini bahkan pernah sekali menangis tersedu sedu dihadapan banyak orang, tat kala anaknya mendapat imunisasi untuk yang pertama kali. Bahkan hari hari setelah imunisasi terjadi, baik Jodi maupun Samara mengalami demam tinggi. Bukan masakah direpotkannya dirinya karena anaknya sakit, tetapi karena pertanyaan dalam dirinya sendiri, mengapa imunisasi pada bayi harus melalui jarum suntik? Mengapa efek samping imunisasi pada bayi sehebat ini? Belum adakah inovasi yang mempermudah bayi dalam menjalani imunisasi mereka? Bukankah teknologi sudah semakin mutahir? Mengapa seolah olah tidak ada satu orangpun yang menaruh simpati pada lengan lengan kecil milik para bayi? Seperti itulah kira kira oerasaan Jaehyun ketika anaknya anakn mendapatkan imunisasi.
Namun berbeda dengan hari ini. Satu tahun delapan belas bulan adalah usia yang cukup bagi si kembar untuk tau dan membedakan mana ayah mana bunda. Mana Imo mana Paman Kino. Mana Nicho mana Mas Noah. Di usia mereka sebenarnya Jodi dan Samara sudah paham jika mereka diajak untuk berbicara namun kembali lagi, percakapan macam apa yang dapat dilakukan dengan seorang balita? Maka dalam ingatan mereka, hari ini mereka pergi berempat dengan mama dan papa, dan seperti biasanya ketika sedang chaos seperti ini, Samara akan mencari cari cinta pertamanya.
“Papaaaaaa” katanya dengan suara teriakan kencang sekali.
“Ikutttttt upppp” timpuk Jodi meminta dirinya agar juga berada pada dekapan sang ibunda. Maka dengan segala keterbiasaan yang pernah tercipta. Shannom kesampingkan anak perempuannya pada bahu kanan dan menerima Jodi dari dekapan sang adik dengan bahu kiri. Suara isakan mereka belum juga mereda.
“Iyaaaaa sabar yaaaaa, sebentar yaaaaa” balas Shannon dengan keringat yang agaknya mulai muncul di kedua pelipisnya. Lalu dengan tatapan memohon ia menatap Kino dan meminta tolong.
“No toling panggilin abangmu dong suruh naik cepet. Tolong” katanya. Kinopun bergegas turun melalui lift dan menuju ke sumber perintah yang Shannon berikan. Jung Jaehyun.
Beberapa menit kemudian munculah seorang laki laki berusia hampir 27 tahun, datang dengan menaiki lift terlihat berjalan ke arah Shannon dengan membuang nafasnya panjang seolah bersiap menghadapi badai besar.
“Nah itu ituuu siapa ituuu, papaaaaa” ucap Shannon kepada kedua anaknya. Lalu baik Jodi maupun Samara dengan sekuat tenaga mereka meronta minta diturunkan yang kemudian berlari menghampiri sang penyelamat dunia.
“Aduhhhh” kata Jaehyun ketika kedua anaknya menabrakan badan mereka ke daksanya. Ternyata si papa telah lebih dulu mensejajarkan tinggi badan dengan berjongkok dan membuka tangan lebar lebar. Siap menerima daksa kecil dua orang anak kembarnya.
“Allahuakbar” ucap Jaehyun seraya berdiri dan mengangkat dua buah hatinya. Memang benar seperti sulap namun bukan sihir. Tangis Jodi dan Samara mereda dengan sendirinya. Eksistensi Jaehyun membuat keadaan kacau sebelumnya menjadi amat sangat terkendali. Bagi Jodi dan Samara, sang papa hanya perlu ada di dunia. Hanya perlu ada. Tidak perlu berbuat apa apa mereka sudah amat sangat bahagia. Sejurus kemudian Jaehyun bawa anaknya yang sudah mengalungkan tangan ke lehernya dengan posisi yang sama seperti yang dilakukan Shannon. Satu dapat bahu kanan dan satu bahu kirim, ia bawa mendekat ke sang puan.
Melihat tingkah konyol keponakannya, baik Ilora maupun Kino sama sama tertawa. Shannon kemudian menolehkan kepalanya ke sumber suara dan ikut terkekeh.
“Gue tu yang ngeluarin” kata Shannon kembali menaruh atensi ke tiga orang yang sudah ia maknai sebagai dunia.
“Manja banget kalo ada bapaknya emang” balas Ilora.
“Begitu. Papanya kan emang selalu menormalisasi nangis keras kerasan ya begitu. Padahal imunisasi doang lo. Biasanya juga ngga gini” lanjut Shannon.
“Apa apaan? Orang emang sakit yaa?” balas Jaehyun tidak terima. Agaknya sang anak sudah tidak menangis atau terisak. Mereka hanya menciumi aroma tubuh sang papa. Menaruh kepala ke pundak Jaehyun dan diam menikmati tenangnya degup jangtung ayah mereka.
“See? Makanya anaknya selalu manja. Biasanya juga ngga nangis sebegininya” bela Shannon kembali.
“Ya tapi ini buktinya diem” balas Jaehyun sama. Tidak terima.
“Yi tipi ini biktinyi diim” tiru Shannon. Ilora dan Kino hanya tertawa mendegar baku ejek kakak dan ipar mereka. Yang hanya dibalas pelototan mata oleh Jaehyun.
“Bang lo emang selalu gak tegaan begini ya denger anak nangis?” tanya Kino akhirnya.
“Engga. Kalo nangisnya berantem atau apa gue nggapapa. Jatoh nangis gue nggapapa. Lah ini nangisnya kaya direncanakan gitu sengaja disuntik biar nangis, ngga tega gue” jelas Jaehyun panjang lebar.
“Ya maklum kamu ngga tega. Jangankan sama suntik sama obat aja takut” ejek Shannon.
“Apa apaan?” tanya Jaehyun yang terdengar lebih seperti pembelaan.
“Dia minum obat aja ngga bisa coba. Kudu dialusin dulu kalo bentuk bentuk ngga bisa” buka Shannon kepada dua adiknya yang sontak mengundang tawa dari Kino dan Ilora.
“Serius?” tanya Kino di tengah tengah tawa mereka. Jaehyun hanya memasang wajah kesal sembari menatap sinis ke ketiga orang dewasa di hadapannya.
“Ayo sini satu sama mama” ucap Shannon akhirnya meminta satu buah hatinya.
“Amaauuuuu” balas Jodi dengan mengeratkan pelukannya ke leher sang papa. “Gamauuuu”
“Kasian papa nak. Ayo dek yok sama mama yok” minta Shannon lagi. Samara tidak menjawab. Sama seperti kakaknya, ia juga turut mengeratkan pelukan ke leher sang papa.
“Biarin biarin” tenang Jaehyun. Sejurus kemudian mereka meninggalkan depan ruangan imunisasi dan melenyapkan diri menggunakan lift untuk mencapai dasar bangunan tinggi ini dengan tetap dua anak dalam dekapan Jaehyun.
Ketika lift terbuka berlarilah Jodi ke segela arah dengan jemari Shannon berada pada genggamannya. Sementara Samara masih menikmati wangi tubuh sang ayah. Dituntunnya oleh Shannon anak lelaki yang hari ini mengenakan celana pendek serta topi dan baju polos berwarna hitam sama seperti suaminya hingga sampai ke depan mobil mereka.
“Makasi ya no. Makasih dek. Langsung pulang jangan main lagi” kata Shannon kepada adik dan kekasih adiknya.
“Cium dulu cium cium cium” balas Ilora sembari mulai menyerang pipi Jodi dan Samara.
“Makasih dulu ke imo” “Makasih sama paman juga ayo” ucap Jaehyun kepada kedua anaknya.
“Makasih dulu gimana makasih?” lanjut Jaehyun.
“Masiii imooo” kata Samara yang mulai diletakkan dalam car seat miliknya.
“MASIII IMOOOOOO” teriak Jodi dari car seat sebelahnya.
“Ma amaaaaa” balas Ilora riang sementara Kino hanya melihat interaksi bibi dan keponakan di depannya. Sejurus kemudian mobil Shannon dan Jaehyun meninggalkan parkiran rumah sakit dengan backsound The More We Get Together di dalamnya.
Mbak, kakak, you made it. Batin Ilora dalam hati.