You Have Me Too
Jaehyun menutup pintu mobilnya. Lalu menyerahkan sekresek pesanan sang puan kepada empunya. Shannon tersenyum riang.
“Yang ada dinonya mana?” Tanya Shannon kepada sang pria. Jaehyun menatap aneh ke arahnya.
“Oiyaaa ngga ada” Jawab Shannon sendiri. Lalu ia membuka permen yupi dan mulai melahapnya. Jaehyun masih diam memperhatikan istrinya.
“Cape ya J?” Tanya Shannon disela sela makannya. Pandangannya masih pada yupi, sementara Jaehyun masih menatapnya. Diam.
“Aku tau kamu cape. Kamu ngga marah kan, kamu cuman cape” Lanjut Shannon. Jaehyun masih tetap diam. Shannon mendongak menatap lawan bicaranya, ya walaupun Jaehyun masih diam saja.
“Cape ya ngurus 2 anak? Mana satunya emang bukan tanggung jawab kamu. Mana masih harus ngurusin aku juga. Cape ya?” Tanya Shannon, sambil dimulutnya masih ada permen yang perlu dikunyah. Jaehyun masih menatapnya.
Kantung mata yang menghitam, rambut yang sedikit panjang, wajah datar. Sebenarnya siapapun yang melihat Jaehyun sekarang pasti dapat menebak bahwa hari hari ini adalah hari hari terberatnya. Setelah memenjarakan istrinya di rumah demi keselamatan sang anak, maka semua tanggung jawab Shannon, Jaehyun ambil alih.
Tak terkecuali urusan kantor. Mengurus kantor bukanlah hal yang mudah. Sebenarnya membawahi satu perusahaan saja sudah membuat Jaehyun kadang kadang ingin resign dari kehidupan, namun dengan sombongnya ia mengambil alih satu perusahaan lagi. Tak tanggung tanggung 2 tanggung jawab besar Jaehyun pikul sendirian.
Shannon menyelesaikan urusan mulutnya lalu mengubah posisi duduknya menjadi sepenuhnya menghadap Jaehyun. Satu kakinya naik ke jok dan satu lagi tetap di bawah. Kemudia Shannon merentangkan kedua tangan, membukanya lebar lebar. Jaehyun masih diam menatap sang istri. Kebingungan.
“Ehmm” Deham Shannon sambil menepuk dada sebelah kanannya dan sedikit mengangguk, mengisyaratkan sang suami agar masuk kedekapannya karena Jaehyun masih saja diam tidak mengerti.
“Ngapain?” Tanya Jaehyun tersenyum menatap sang istri.
“Sini” Jawab Shannon sambil menganggukan kepalanya.
Dibalas tawa oleh Jaehyun.
“Ck, sini buruan. Aku ngga memberi kesempatan kedua ya, aku bukan gosokan ale ale bisa dicoba lagi” Balas Shannon mendengar tawa Jaehyun dengan tetap merentangkan tangannya.
Jaehyun lalu diam. Menatap istrinya dengan tersenyun lalu ikut membuka tangannya lebar lebar dan memeluk daksa kecil istrinya, menenggelamkan wajahnya di leher sang puan. Jaehyun memejamkan mata. Mencoba menyamankan diri dan menghirup aroma tubuh sang istri dalam dalam nyaman
Shannon tersenyum. Diusapnya punggung kokoh sang suami.
Terdengar suara hembusan nafas, milik Shannon.
“You did great J, you did well paps. Thank you” Ucap Shannon di tengah tengah pelukan mereka.
“Bahuku emang ngga sekuat punyamu J, tapi kalo buat nyender kamu sama Queen kokoh kok ngga gampang mleyot” Lanjut Shannon. Jaehyun masih diam dan malah mengeratkan pelukannya.
“Aku ngga akan minta maaf karena kamu yang nawarin. Konsekuensinya ini, cape. Tapi kamu punya aku J, aku mungkin gabisa bantuin atau ngga bisa selesaiin masalah kamu, tapi aku bisa dengerin semua cerita kamu, sambatan kamu, aku bisa. Im all ears for you” Lanjut Shannon.
“Kamu mungkin lupa aku dulu sendirian. Aku tanggung semua sendirian. Kalo cuman dengerin cerita kamu aja aku bisa J, kamu ngga ngrepotin kok hehe” Akhir Shannon. Jaehyun lalu melepas pelukannya dan menatap sang istri dalam dalam.
“Ishhhh dewasa banget istri aku” Jawab Jaehyun sambil mengacak acak rambut Shannon.
“You have me too. Aku istri kamu kan? Cerita semua ke aku ya? Jangan diemin aku, gasuka” Balas Shannon. Jaehyun tersenyum.
“Iyaaa bumil ah mulai” Balas Jaehyun. Lalu ia menatap perut buncit Shannon.
“Jangan dimarahin anak aku” Ucap Shannon menyadari tatapan sang suami. Lalu ia menutup perutnya dengan kedua tangannya.
“Orang anak aku juga” Balas Jaehyun sembari menyentuh tangan Shannon mencoba untuk menyingkirkannya.
“Ihh gamau. Jangan dimarahin. Salah siapa juga ga pernah ngajakin ngobrol?” Ucap Shannon menangkis tangan Jaehyun.
“Iya ini mau ngobrol berdua Shan”
“Jangan dimarahin tapi ya? Nak nanti kalo papa marah bilang mama biar mama yang pukul” Ucap Shannon kepada sang suami lalu berbicara pada perutnya.
“Hahaha” Tawa Jaehyun pecah. Lalu ia sedikit menunduk, mensejajarkan kepalanya dengan perut sang istri.
“Knock knock, ada orang ngga? Hey jawab ini anak aku apa anak ayam si kok diem aja diajak bicara” Ucap Jaehyun kepada perut istrinya. Dengan sedikit mengusap perut yang belum terlalu buncit itu.
“Ihh kan, udah jangan kalo ngatain mah gausah” Balas sang empu. Jaehyun hanya mendongak menatap kilat sang istri sebelum tatapannya beralih lagi kepada perut.
“Maaf ya papa jarang ngajak kamu diskusi. Nanti kita diskusi lagi deh, mau ngomongin apa? Capital loss? Inflasi? Makro ekonomi? Apa mikro aja? Mau yang mana? Apa mau apa nanti kita ngobrol ya. Tapi janji bulan depan gabole marah lagi, papa juga mau liat kamu”
Kata Jaehyun kepada perut Shannon. Sang puan hanya tersenyun mendengar perkataan lelakinya.
“Gimana?” Tanya Jaehyun kepada Shannon.
“Mau belajar saham kata dia” Balas Shannon tersenyum.
“Oke nanti papa ajarin”
Shannon hanya tersenyum lalu mengusap pelan rambut sang pria. Jaehyun mengembalikan tinggi tubuh normalnya. Menatap sang istri.
“Maaf ya aku diemin kamu. Kamu pasti wondering banget aku kenapa. Aku cuman cape aja Shan, nggs gau gimana ngilanginnya. You got the 100 point tho. Aku nggs mau repotin kamu” Ucap Jaehyun kepada istrinya.
“Kamu ngga ngrepotin. Kamu ngga ngebebanin. Kita bagi ya J, sama sama, kaya kata kamu. Ok?” Balas Shannon. Jaehyun mengangguk. Lalu dibawanya kereta besi ini untuk kembali menuju runah mereka berdua. Baru setengah satu siang namun Jaehyun memutuskan untuk meninggalkan kantornya.
“Kok dilepas dasinya? Ngga ada ya ngga ada bolos. Balik ayo” Ucap Shannon di perjalanan.
“Cape Shan” Balas Jaehyun memelas.
“Ayok balik J kasian Taeyong nanti keteteran”
“Cape, katanya bilang. Aku cape. Bolos sehari ya?” Ucap Jaehyun memelas sambil sesekali menatap sang istri lalu kembali lagi ke jalan.
Shannon hanya menghembuskan nafasnya. Tidak ada gunanya pikirnya. Menyuruh Jaehyun kembali ke kantor sama dengan berbicara pada dirinya sendiri. Tidak ada di dengar. Mereka akan sama sama melalukan keinginannya walaupun sudah meminta pendapat sekitar. Siang itu dibiarkannya sang pria untuk absen dari rutinitas duniawinya.
You know? When you have someone who hug you without 'why' your belly probably change to the black and blue, because butterflies hit that harder
Jaehyun merasa bersyukur. Tanpa harus ia bercerita panjang lebar. Tanpa harus ia jelaskan. Tanpa harus menggunakan urat dan emosinya, ia memiliki seseorang yang bersedia meminjamkan bahu untuknya. Memang benar tidak sekokoh miliknya, tidak selebar bahunya, tapi nyaman. Bahu itu mulai dari sekarang miliknya. Mulai dari sekarang pula, obat untuk keluh kesah Jaehyun adalah istri dan anaknya.