You To The Rescue
Hujan deras mengguyur kota dimana Shannon berada. Suara gemuruh guntur dan kilatan kilatan petir saling beradu. Seakan merebutkan piala juara pertama siapa yang paling banyak menyeru.
Jaehyun gusar dalam perjalanannya. Bukan karena ketakutan akan pesawat yang berpotensi jatuh dan menewaskannya, melainkan rasa tidak sabar ingin segera bersua dengan seseorang yang sekarang sudah dapat ia pastikan tidak tahu bahwa kepulangannya dimajukan serta bersama manusia yang eksistensinya belum ada di dunia.
Dengan sengaja Jaehyun tidak memberitahu istrinya bahwa ia pulang lebih awal, dengan dalih kejutan. Maka malam itu, setelah seluruh kegiatannya ia selesaikan dan atas bantuan Taeil mengatur ulang jadwalnya, Jaehyun memilih menukar tiket penerbangan pulangnya lebih awal demi memeluk anak dan istrinya.
Shannon sedang berbaring di ranjangnya, membuka jendela kamar lebar lebar, mematikan ac dan menikmati udara dingin yang sengaja ia biarkan memeluk dirinya, meringkuk, mendengarkan suara jatuhnya hujan dengan lampu remang remang. Sendirian.
Pikirannya melanglang buana ke mana saja, berandai andai, bertnya tanya, membayang bayangkan, tidak berhenti. Pikirannya berlarian kesana kemari tidak jelas, ia hanya berfikir tanpa tujuan, hanya tidak ingin mengistirahatkan otaknya. Nyaman. Sendirian, hujan hujan, tengah malam, bergelut dengan pikiran. Nyaman. Sudah lama Shannon tidak merasakan solitude seperti ini. Apalagi sejak 10 bulan lalu ia memutuskan untuk menerima pinangan bapak dari jabang bayinya.
Cklekkk
Daun pintu diturunkan, menampilkan sesosok orang yang seharusnya tidak berada di rumah malam ini. Shannon menoleh, sepersekian detik ia hanya mencoba menggunakan otaknya untuk mencerna, nyatakah? Betulankah? Bukankah seharusnya masih besok? Bagaimana bisa dan lain sebagainya.
Jaehyun sepertinya mengerti maksud sang istri. Ia kemudian membuka tangannya lebar lebar, mengintruksikan perempuan dihadapannya saat ini untuk menghambur ke dalam pelukannya. Namun lagi lagi sang puan masih diam memperhatikan.
“It's me” Buka Jaehyun akhirnya. Mendengar suara tersebut Shannon menjadi yakin bahwa apa yang dilihatnya ini memang nyata. Laki laki itu benar benar suaminya. Otaknya lalu seakan mendapatkan secercah cahaya, benar, untuk kelas Jaehyun pulang lebih awal memang bukan masalah besar. Ia kemudian tersenyum dan bangkit dari ranjangnya, lalu buru buru menabrakan daksa kecilnya ke daksa sang suami yang telah setia menanti.
Tidak ada suara diantara mereka, tidak ada hi, tidak ada kecupan, tidak ada tangisan, tidak ada tawa, tidak ada suara. Keduanya hanya sibuk melepas rindu yang kata Johnny 'lebay, 2 hari kaya 2 tahun aja' saling diam dan menghirup aroma satu sama lain dalam dalam. Shannon memejamkan matanya, merasa nyaman dalam dekapan daksa suaminya walaupun kedatangan Jaehyun malam ini menganggu kesendirianya.
Begitu pula dengan Jaehyun. Berpisah dari Shannon yang notabennya baru satu hari membuat waktunya seakan berhenti bergerak. 24 jam ini serasa 24 bulan. Lama sekali. Pekerjaan keluar kota seperti ini sebenarnya merupakan hal yang menyenangkan bagi Jaehyun. Dulu, ia bahkan dengan sengaja mengolor waktunya untuk membolos bekerja. Dengan sengaja, ia meminta Taeil untuk menambah waktu perjalannya selama 2 hingga 3 hari, yang ia gunakan untuk sekedar rebahan di hotel atau melancong tak tentu arah tujuan.
Namun setelah menikah, ini pertama kalinya Jaehyun ingin segera menjamah rumah. Kuasa Shannon dan anaknya. Seperti gravitasi, selalu menarik. Malam itu setelah selamatnya pesawat dari badai besar. Ia adukan waktunya yang terasa seperi dua tahun kepada empunya. Ia tumpahkan segala kerinduan. Ia pulangkan bibirnya ke dahi yang seharusnya, ia tempatnya tubuhnya kepelukan yang semestinya.
“Is he ok?” Tanya Jaehyun membuka pelukannya setelah waktu yang cukup lama.
“Want to talk?” Tanya Shannon kepada sang suami. Dibalas anggukan oleh Jaehyun. Lalu ia mensejajarkan dirinya dengan perut sang istri. Mengusapnya perlahan. Shannon diam menatap ke bawah.
“Hi boy. Papas back. Queen cant be use, right? So, what you want? Muhammad Ibnu?” Tanya Jaehyun pada anaknya. Dibalas tawa dari sang ibu.
“Jawab nak. Kalo ngga mau Queen jawab. Nanti protes pas udah gede hehe, btw papa tadi langsung pulang soalnya mau ketemu kamu banget. Mau kasih tau semuanya jagoan papa 4 bulan lagi lahir” Lanjut sang suami. Shannon kini hanya cengat cengir mendengar celoteh ngalor ngidul suaminya. Tangannya mulai ke kepala Jaehyun, mengusap lembut rambut hitam sang suami.
“Sehat sehat ya nak ya, nanti kita ketemu, kamu mau apa aja papa beliin. Makasih yaa udah milih papa sama mama buat jadi orang tua kamu. Nanti kita bakal banyak berantemnya. Nanti kamu mungkin kena marah papa gara gara ga nurut. Nanti kamu mungkin kena omel mama karena pulang sekolah malah rebahan pake seragam. Nanti kamu mungkin pengen menghilang aja dari bumi karena tekanan. Tapi kamu harus tau ya, papa mama sayang kamu, kalo cape papa mama ada. Cerita semuanya ke papa mama ya nak. See you soon jagoan neon” Lanjut Jaehyun panjang lebar kepada manusia yang bahkan belum lahir ke dunia. Shannon meneteskan air matanya. Isakannya ia tahan sebisa mungkin agar tidak menganggu temu kangen ayah dan anak ini satu ini.
“Nangis lagi si mama” Ucap Jaehyun ketika mendapati wajah sang istri sudah penuh dengan air mata. Terharu.
“Aku kira kamu ganti. Dari cowo mau ke cewe grgr reaksi kamu dichat kaya begitu. Aku udah nyiapin semuanya buat kasih tau kamu tapi ngga jadi, aku takut kamu kecewa” Balas Shannon. Jaehyun tertawa.
“Kan aku udah bilang shan, apapun aku bakalan sayang. Pas tau dia cowo aku seneng banget sampe ngga tau mesti bales gimana. Akhirnya ini, aku pulang aja”
“Serius?”
“Iya sayang. Hahaha jangan nangis, astaga gampang banget nangis ya hamil gini” Balas Jaehyun menarik tangan Shannon untuk masuk kedekapannya. Shannon hanya menenggelamkan wajahnya ke dada bidang sang suami.
Tok tok
Suara pintu kamar diketuk. Walaupun tidak ditutup tapi tetap diketuk. Keduanya menoleh ke sumber suara. Menampakkan Jungwoo berdiri di ambang pintu.
“Lo kenapa lagi?” Tanya Jungwoo menyadari Shannon yang masih meninggalkan bekas bekas air mata di wajahnya.
“Bacot” Balas Shannon. Jaehyun menoleh tajam ke istrinya, sang empu hanya mengendikkan bahu.
“Kenapa u?” Tanya Jaehyun.
“Gue balik ya?”
“Balik?” Tanya Jaehyun memastikan.
“Ke apart? Malem malem gini bang? Ujan tau. Udah lo nginep sini lagi aja” Balas Shannon sembari mendekat ke abangnya. Lalu Lia muncul mengendong anaknya yang sudah tertidur bersama sebuah tas yang diduga berisi perbekalan keluarga Kim.
“Li, nginep sini lagi aja” Ucap Shannon melihat sahabatnya.
“Jaehyun kan udah balik na” Balas Lia.
“Iya emng kenapa si. Lo berdua nginep sini seminggu juga gue kasih. Udah pulangnya besok” Balas Jaehyun menghampiri ketiganya.
“Li anak lo taro kamar lagi deh li kasian” Lanjut Jaehyun sembari mendorong kedua temannya ini menuju kamar mereka.
“Nggapapa ni Jae?” Tanya Jungwoo memastikan.
“GAPAPA” Teriak Shannon dari dapan kamarnya.