raellee

Shannon membawa mobilnya menuju rumah Bundanya. Lagi, ia menyiapkan hati dan memikirkan kemungkinan kemungkinan untuk menjawab pertanyaan bundanya.


“Mba, ngapain lo, gue aja yang ke apart, ngapain lo kesini” Tanya Ilora begitu tau kakaknya datang.

“Bunda mana?” Tanya Shannon

“Hai pa” Sapa Shannon begitu tau seorang laki laki yang sudah menjadi suami bundanya selama hampir 10 tahun itu sedang duduk di taman dengan kopi dan koran. Klise. Choi Siwon, suami Bundanya, Im Yoona. Lelaki itu tidak lebih dari seorang yang harus Shannon hormati karena bersedia menjaga bundanya. Bersedia meminjamkan bahu, memeluk, menenangkan bundanya disaat saat kalut. Laki laki yang dengan sepenuh hatinya memberikan dan mendedikasikan diri untuk mengayomi, melindungi, menjadi tempat bersandar untuk Shannon dan keluarganya tak lebih dari seseorang yang haarus Shannon hormati.

Bahkan pada seorang pahlawanpun, Shannon menjaga jarak. Baginya hanya ada satu ayah, Lee Donghae. Suami bunda boleh berubah, tapi ayah tidak boleh diganti. Sebrengsek apapun ayah, ayah tetaplah ayah, begitu kira kira isi pikiran Shannon. Maka, untuk Siwon, Shannon selalu memperlakukannya dengan baik, dengan formalitas formalitas bagaimana seharusnya seorang anak berperilaku kepada orang tuanya. Kasihan kekuarga ini.

“Tumbenan pulang” Balas sang papa yang lalu dibalas pelukan oleh Shannon.

“Kangen papa” Ucap Shannon

“Kangen kok ngga pernah pulang” Sahut sang bunda. Shannon menoleh. Okee, war dimulai, pikirnya. Lalu ia mendekati bundanya di dapur. Ilora memilih bergabung dengan papa di taman, sambil sesekali keduanya mencuri curi dengar.

“Sarapan belum mbak?” Tanya Bunda.

“Udah, dimasakin Lia.” Jawab Shannon sembari duduk. Bunda lalu menyodorkan handphonenya . Shannon mengerti, sudah ditebak kemana arah pembicaraan ini.

“Maaf bunda udah kasar sama kamu. Maaf bunda ngorbanin kamu mbak. Kalo sekarang emang mau mundur, mundur. Bunda yang urus semuanya” Ucap sang ibu.

“Shannon mau nikah sama Jaehyun bun” Balas Shannon.

“Bunda ngga bercanda”

“Shannon serius. Shannon udah bicara banyak sama Jaehyun, kita sama sama setuju, kita terima bun”

“Nikah mbak. Ini nikah, jangan bercandaan. Jangan ada kontrak kontrakan. Sekali seumur hidup aja. Bunda ngga mau kamu sama gagalnya kaya bunda” Ucap sang bunda.

Kenapa ngga dari dulu? Kenapa baru sekarang? Aku udah kasi tunjuk titik lemahku ke orang lain dan bunda baru nyuruh aku buat mundur? Bunda juga baru sadar bunda gagal? Bunda yang kasih aku ketakutan ini bun isi fikiran Shannon yang ia pilih untuk dipendam saja dari pada mengchaoskan suasana.

“Iya bun, aku udah bicara baik baik sama Jaehyun. Kita setuju. Ngga ada kontrak kontrakan”

“Serius kamu begitu?”

“Bunda liat aku lagi bercanda?” Jawab Shannon yang lalu dibalas pelukan oleh sang bunda.

“Besok ketemu ya?”

“Iya bun.” Shannon mengiyakan. Sudah tidak ada lagi harapan baginya. Shannon menyerah akan penolakannya karena ia tahu, Jaehyun memahaminya. Jaehyun akan mengerti perihal ketakutannya. Apa yang mereka bicarakan berdua semalam menjadi pegangan bagi Shannon, setidaknya Jaehyun dapat dipercaya.

Sudah sekitar 30 menit Jaehyun memainkan handphone nya untuk sekedar melihat lihat timeline twitter, menscroll instagram sampai mengcrosscheck pekerjaan kantornya yang ia tinggalkan hari ini.

Shannon menoleh ke arah Jaehyun. Shannon sadar mobil yang ia tumpangi sudah tidak bergerak.

“Kok lo ngga bangunin gue si” Tanya Shannon tiba tiba dengan membenarkan rambutnya yang sudah acak acakan dan segera menoleh ke arah Noah.

“Ternyata bukan cuman Noah aja Shan. Lo juga kebo banget” Jawab Jaehyun.

“Tadi siapa yang bilang tidur aja?”

“Manner aja si”

“Dih, kok bisa si ada orang kaya lo, hidup lagi”

“Jangan mati dulu, kita belom nikah” Jawab Jaehyun santai tetap dengan pendangan yang fokus kepada handphonenya . Shannon diam, pipinya terasa panas dan ia yakin sekarang telingganya memerah. Bagaimana bisa seorang Jung Jaehyun menjadi sangat santai menyebut kata 'nikah' padahal beberapa waktu yang lalu menangis tersedu sedu merasa bahwa dirinya tidak pantas? Sepersekian detik Shannon membayangkan dirinya benar benar menjadi seorang istri. Aww malu banget pikirnya.

“Mau disini aja?” Merasa tidak mendapat jawaban, akhirnya Jaehyun bertanya kembali.

Shannon menghela nafasnya. Lalu ia menoleh ke arah Noah. Membayangkan beban yang akan digendongnya sampai ke unit nanti. Yaa, seorang anak berusia lima tahun dan sebuah carseat.

“Makasih ya J” Balas Shannon dengan memungut tas miliknya dan tas milik Noah yang berisi keperluannya, seperti baju ganti, mainan, air putih, dll. Lalu segera Shannon turun dari mobil dan membuka pintu milik Noah, memindahkan anak itu kegendongannya. Sementara itu, Jaehyun masih diam, mencerna maksud perkataan Shannon, kebingungan. makasih? maksudnya?

“J, bisa tolong lepasin carseatnya ngga?” Minta Shannon.

“Sini”

“Ini tolong lepasin”

“Siniin bocahnya”

“Gue bisa kok, udah lo balik aja udah malem juga ni, jam 11”

“Sini Shan” Jaehyun mengangkat paksa tubuh Noah dari pelukan imonya. Lalu Shannon segera melepas carseat dari mobil.

“Sini” Ucap Jaehyun lagi.

“Maruk banget lo, udah bawa anak masi mau bawa ginian” Jawab Shannon.

“Ngaca, kalo mau ngomong tu ngaca dulu”


“Shan taro mana ni?” Tanya Jaehyun mengangkat sedikit Noah digendongannya.

“Kamar gue, yang itu” Jawab Shannon dengan menunjuk pintu kamarnya.

Setelah Jaehyun meletakkan Noah di ranjang, ia lalu berdiri dan memperhatikan detail kamar Shannon. Menoleh kesana kemari.

“Kenapa?” Tanya Shannon yang ternyata sudah berada di ambang pintu.

“Rapi juga kamar lo”

“Ngremehin gue lo? “

“Engga Shan, serius, rapi tapi bukan rapi karna ngga pernah diberantakin. Bukan rapi yang berdebu gitu. Rapi tapi ada sentuhan manusianya gitu, hidup gitu”

“Lo pikir gue bukan manusia? Setannya kan lo”

“Apaan? Kok gue? “

“Kan ngga pernah kesurupan”

“Ngga gitu konsepnya” Jawab Jaehyun mengikuti Shannon keluar dari kamar. Membiarkan Noah tertidur dengan nyaman.

“Lo ngga nunggu diusir dulu kan baru balik?” Tanya Shannon

“Allahu, iya ini mau balik astaga” Jaehyun mengecek handphone kunci mobil dan dompetnya. Memastikan tidak ada yang tertinggal. Shannon masih rebahan di sofa miliknya.

“Gue balik Shan” Ucap Jaehyun. Shannon lalu bangun

“Udah lo disitu aja, ngga usah nganter, mandi dulu bersih bersih baru tidur. Jangan lupa matiin lampu lampu” Ucap Jaehyun sambil melangkah pergi.

“J” Panggil Shannon. Yang dipanggil menoleh.

“Thanks ya” Ucap Shannon. Jaehyun tersenyum dan pergi menghilang.

Setelah pintu apartnya tertutup Shannon kembali merebahkan dirinya dinatas sofa. Apartnya kini menjadi sangat sepi. “Ada robot penghapus make up ngga si”

Setelah seharian menghabiskan waktu. Tiga anak manusia ini dihampiri rasa lelah berlebihan. Yang ada dalam bayangan Jaehyun ketika mereka pergi ke kebun binatang adalah berjalan jalan santai, melihat lihat binatang yang ada.

Namun, kenyataannya berbalik 180 derajat. Noah menjadi begitu aktif berlari kesana kemari, melihat ini melihat itu. Apabila diberikan persentase, mungkin Noah tidak pernah berada di bawah 80%. Energinya selalu ada dan menyerap habis energi dua orang yang lebih tua darinya. Jujur saja, hari ini Shannon dan Jaehyun kwalahan.


“Akhirnya tidur juga tu bocil” Ucap Jaehyun. Mereka saat ini sedang di perjalanan pulang, sekitar pukul setengah 8 malam.

“Cape ngga J?” Tanya Shannon.

“Figure it out. Pake nanya. Ngaca lo sekarang, udah kaya zombie kekurangan darah, pucet banget”

“Hahaha, gue baru kali ini juga si liat Noah seaktif itu, biasanya kalo jalan dia selalu sama bapaknya, jadi gue santai santai aja. Lah ini sama gue, jadi harus urusin sendiri” Jawab Shannon.

“Tapi lucu gitu anaknya”

“Punya anak repot ya J?” Tanya Shannon.

“Tiba tiba banget. Kalo lo ngukur punya anak repot apa engga cuman dari hari ini aja kayanya ngga masuk Shan. Gue yakin ada yang lebih repot lagi dari ini” Jawab Jaehyun dengan tetap fokus menyetir.

“Oke, minggirin dulu mobilnya” Ucap Shannon tiba tiba.

“Kenapa? Pee?”

“Nurut aja kenapa si” Jawab Shannon. Akhirnya Jaehyun menurut dan meminggirkan mobilnya.

“Look at me. Denger baik baik. Gue mau kasi tau lo sesuatu. Ini kesempatan terakhir lo buat lari. Jangan pikirin gue sama Noah, kita bisa pulang sendiri. Kalo lo bertahan, kita urus besok nikahnya. Kalo lo lari, gue ngga akan salahin lo J, lo berhak buat milih.” Ucap Shannon tiba tiba. Suasana menjadi hening seketika. Jaehyun menatap mata Shannon lekat lekat, mencari maksud perkataanya.

“So tell me”

“Permadi yang lo liat sebenernya ngga kaya gitu. Banyak air mata, banyak kehancuran yang ngga dikasi liatin ke public. Gue salah satu kehancurannya. Waktu itu umur gue 8 tahun.” Shannon mulai bercerita. Jaehyun diam.

“Gue liat sendiri gimana kerasnya pernikahan. Lo pasti mikir kenapa gue dingin banget di awal. Karna emang gue ngga mau nikah J. Gue nolak banget buat nikah. Gue takut. Gue masih 8 tahun, ilora 4 tahun pas gue liat bunda tiap malem, abis nidurin gue sama ilora, keluar kamar, tidur di ruang tamu nunggu ayah pulang. Selama dua tahun berturut turut.”

“Bunda sama ayah nikah dengan syarat. Bunda harus pergi dari rumah dan ninggalin marga Permadi. Syarat itu dikasih sama ayah karna ayah ngga mau diremehin. Itu juga kenapa nama gue sama Ilora ngga ada Permadinya. Pride ayah tinggi banget. Sebagai seorang laki laki menurut ayah dia harus ada di atas bunda dalam hal apapun. Akhirnya bunda setuju, bunda ninggalin Permadi dengan segala dunianya dan pilih pindah sama ayah. Opa oma gue ngga bisa apa apa. Bunda anak satu satunya.” Jaehyun masih diam, memcoba memahami dan mengerti arah pembicaraan Shannon.

“Selama 8 tahun gue hidup biasa aja. Cukup. Makan sekola gue cukup. Ayah orang mesin. Kerjanya pindah pindah. Sampe suatu hari ayah ngga pulang. Bunda coba tanya kabar ke temen temen ayah, ke siapapun ngga ada yang tau ayah dimana. Selama dua tahun itu bunda kerja serabutan buat hidupin gue sama ilora. Bunda bertahan sama ayah, bertahan di rumah yang ngga seberapa dibandingin sama apa yang opa oma bisa kasi buat bunda. Tapi bunda bertahan. 2 tahun menurut bunda cukup buat nunggu. Akhirnya bunda bawa gue sama ilora pulang ke tempat opa. Bisa lo bayangin ngga gimana senengnya opa sama oma gue, ngeliat cucu sama anaknya yang udah lama banget ngga ketemu. Bahkan gue aja ngga tau kalo gue masi punya opa sama oma.”

“Gue punya kamar sendiri, gue mau apapun dikasi. Bener bener semuanya. Waktu itu bunda juga mulai ngga ada waktu. Sibuk urus perusahaan, keluar negri terus ini itu. Gue cuman berdua sama Ilora. Kita ditempat asing, walaupun punya kakek sendiri tapi ya lo paham kan, itu sesuatu yang baru buat anak 8 tahun waktu itu. Gue jagain Ilora. Gue jagain dia sendirian. Gue mulai ngalah sama dia, gue mulai ngga mau nangis depan dia. Gue mulai selalu senyum depan dia karena dia ngga punya siapa siapa. Cuman ada gue disana. Gue mulai sadar. Apapun yang gue lakuin, Ilora ikutin.” Lanjut Shannon.

“Terus tiba tiba ayah balik out of nowhere , minta gue Ilora Bunda buat balik. Bunda nolak, selain udah urus perusahaan Bunda juga mau ngurus opa sama oma. Akhirnya ayah yang ngalah, ayah ngalah dengan mau dikasi perusahaan buat diurusin sama opa. Gue kira pas ayah balik keadaan juga jadi balik kaya awal. Ternyata engga. Bunda masih sibuk ngga ada waktu. Ayah yang kacau karna emang bukan passion ayah. Mereka berantem terus tiap ketemu. Depan gue sama Ilora. Habis itu ayah ninggalin gue lagi dengan alasan Bunda udah ngga sayang sama dia karena ngga mau balik. Padahal gue liat, ayah yang ngga mau berusaha terlihat pantes buat Bunda. Dari sana gue udah punya pikiran buat ngga mau nikah. Gue takut, gue bakal jadi bunda sama ayah part 2.” Jelas Shannon.

Jaehyun masih diam.

“Gue ngga tau nikah itu apa, gue ngga tau cinta bentuknya kaya gimana. Gue cuman punya fikiran, kalo gue beneran nikah sama orang suatu saat nanti. Berarti gue udah tau cinta itu apa. Karna pas gue tanya ke Lia, dia bilang lo harus nikah sama orang yang lo cinta. Tapi sejak bunda bilang bisa ngga bisa gue harus nikah sama lo. Gue jadi mikir. Cinta emang beneran ngga ada J. Karna buat nikahpun gue dipaksa. Gue ngga tau nanti kalo beneran nikah sama lo gue gimana. Kita berhasil apa engga gue ngga tau. Gue takut. Ini kesempatan terakhir lo, kalo lo mau lari silahkan. Gue ngga tahan. ” Akhir Shannon. Jaehyun menarik tangan Shannon. Membawa daksa kecil itu menuju pelukannya.

“Berat ya Shan?” Tanya Jaehyun.

“Makasih ya udah mau bertahan. Makasih udah ada sampe sekarang” Ucap Jaehyun tulus. Shannon diam.

“Udah kan? Sekarang giliran gue” Ucap Jaehyun. Noah masih tertidur.

“Kalo gue bisa lari, gue lari dari pertama kali tau kita dijodohin.” Mulai Jaehyun.

“Kalo lo mikir lo ngga pantes buat gue karna masa lalu lo dan ketakutan lo. Lo salah. Gue yang lebih ngga pantes buat lo. Gue pembunuh Shan.” Ucap Jaehyun.

“Maksd lo?” Tanya Shannon.

“Gue pembunuh. Dulu seumuran lo, gue juga punya adek seumuran Ilora. Gedean adek gue dikit. Namanya Ghea. Abigail Ghea Cantika. Dari kecil Ghea ini jarang banget di rumah. Bolak balik keluar negri terus. Dan gue ngga tau dia bolak balik karena apa. Ternyata dia sakit. Kanker. Bolak balik keluar negri buat berobat. Mama papa gue ngga pernah kasih tau gue sebenernya adek gue kanapa. Tiap kali ditanya mereka selalu diem. Mungkin maksud mereka biar gue ngga takut. Tapi itu salah. Salah besar.” Ucap Jaehyun.

“Papa mama lebih punya banyak waktu buat Ghea dari pada buat gue. Anak kecil seumuran itu bisa apa Shan? Ngerti apa dia kalo ngga dikasi tau duluan? Gue mulai protes ke nyokap bokap mau ikut, mau main sama Ghea sampe akhirnya gue kesel banget sama Ghea karna dia punya banyak waktu sama papa mama dari pada papa mama sama gue.

“Ghea sering banget nangis. Lagi mainan tiba tiba nangis, makan tiba tiba nangis terus papa mama dateng buat peluk. Dan gue dibiarin, gue dibiarin Shan. Gue masi 9 tahun.” Ucap Jaehyun sambil menahan air matanya.

“Berangkat dari sana gue mikir kalo Ghea bisanya cuman nyusahin papa mama. Papa mama harus ganti gantian nenggokin kamar dia 2 jam sekali bahkan di malam hari. Sampe suatu pagi, Ghea mau berangkat gue bilang gini ke Ghea 'mau kemana lagi? Kamu bisa ngga si jangan nyusahin papa sama mama. Kakak juga pengen sama papa mama. Kamu mending pergi aja ngga usah balik lagi'. Bayangin gue bilang gitu ke adek gue sendiri Shan. Dia lagi sakit. Gue suruh dia pergi ngga usah balik lagi.” Jaehyun mulai menangis.

“Ghea ngga bilang apa apa. Dia cuman senyum ke gue Shan. Terus kasih gue tas kecil isi kertas sama dinosaurus. Pas Ghea udah berangkat gue masih biasa aja, gue main, gue biasa aja lah pokoknya. Terus mama nelvon, kata dia Ghea udah ngga ada. Ghea meninggal Shan” Jaehyun menangis tersedu sedu. Shannon mengambil tangan Jaehyun, mencoba memberi ketenangan disana.

“Gue tau banget arti kata meninggal, gue paham banget meninggal itu apa karna nenek lebih dulu meninggal karena penyakit yang sama. Gue lari ke kamar Ghea, gue liat tas yang dia kasi. Lo tau ngga tulisannya apa?” Tanya Jaehyun

'Kakak, Ghea sakit banget. Kakak benci kan ditinggal di rumah sendiri? Ghea mau pergi kak, Ghea tau nanti kakak seneng. Tapi nanti kalo kakak inget Ghea, kakak nangis ya buat Ghea, Ghea kangen kakak'

“Adek gue 5 tahun nulis begitu Shan. Gue jahat banget. Gue bunuh adek gue sendiri. Gue bunuh dia dipikiran gue bahkan pas dia masih hidup, masih bisa ngapa ngapain.” Tangis Jaehyun semakin pecah tatkala Shannon memeluknya, mencoba menyalurkan kekuatan disana. Ditepuk tepuknya punggung calon suaminya itu.

“Engga, engga, bukan salah lo” Shannon ikut menangis. Ia tau apa yang dirasakan oleh Jaehyun karena Shannon juga seorang kakak. Setelah cukup mereda...

“Ternyata waktu itu mama hamil Jeno. 7 bulan setelah Ghea meninggal Jeno lahir. Mama masih terpukul banget. Papa berantakan kehilangan Ghea. Cuman ada gue disana. Jeno hampir jadi Ghea ke 2 gara gara ngga keurus. Gue minta ke mama buat urusin Jeno, gue janji bakal nurut, bakal jadi anak yang baik buat papa mama tapi Jeno harus dijaga.” Lanjut Jaehyun.

“Sampe disini Shan. Janji gue pas gue umur 9 tahun sampe disini. Perjodohan ini masuk ke janji gue bakal jadi anak yang nurut, anak yang baik buat papa mama. Maaf lo jadi keseret kesini Shan.“Ucap Jaehyun.

Shannon menyeka matanya. Ia tersenyum ke arah Jaehyun.

“Besok diurus ya J, kita ketemu sama keluarga, ya? ” Tanya Shannon. Jaehyun mengangguk.

Malam itu mereka membuka semuanya. Malam itu mereka menumpahkan semuanya. Ketakutan, penyesalan, amarah, yang tidak pernah bisa diungkapkan sebelumya. Malam itu Jaehyun tau, mengapa Shannon tidak pernah bergantung kepada orang lain, mengapa Shannon berdiri dikakinya sendiri, mengapa Shannon menahan semua perasaanya, mengapa Shannon selalu tidak percaya. Bukannya tidak mau, Shannon mau, namun dirinya sudah terlanjur kecewa. Hatinya dilubangi oleh cinta pertamanya sendiri. Ayah.

Malam itu juga Shannon mengerti. Mengapa Jaehyun begitu dewasa, mengapa Jaehyun selalu tersenyum, mengapa Jaehyun selalu memperhatikan sekelilingnya. Bahkan Shannon memahami mengapa Jaehyun bersusah payah menjelaskan fakta fakta kepada anak kecil. Jaehyun mencoba untuk peka. Jaehyun mencoba untuk tidak menyesal kembali. Jaehyun mencoba menebus 'dosanya'.

Malam itu keduanya memilih untuk bertahan, tidak ada yang lari, saling menggenggam dan memguatkan.

Shannon terlihat putus asa dan menghela nafasnya kasar.

“Kenapa? Ngga enak?” Tanya Jaehyun

“Enak kok”

“Terus kenapa? Kesel gitu muka lo”

“Ilora mau kesini, gue ngga sanggup kalo harus urus dua bayi”

“Lo kenapa panggil si Sailor Ilora si Shan?”

“Panggilan kesayangan aja si, dari kecil gitu manggilnya”

“Ilora dari mana? Sailor Adelaide kan?”

“saILOR Adelaide”

“Anjir, unik banget. Nona juga dari sana? “

“Kok lo tau gue dipanggil Nona? ” Tanya Shannon. Lalu Jaehyun hanya membalas dengan mengarahkan dagunya pada anak kecil yang sedang asik bernyanyi

“Dino A B C, dino A B C, sing dinosaurs a to z”

“shanNON Adeline”

“Unik banget si”

“Ayah yang kasih. Lo mau jalan kemana gitu ngga J? Serius gue mau menghindari dari Ilora”

“How about zoo?” Tanya Jaehyun.

“Sounds good” Jawab Noah

“Noah mau?” Tanya Shannon.

“Why not?” Jawab Noah bersemangat.


Ketiganya kini sudah berada di dalam mobil Jaehyun.

“Huftt, emang harus bawa itu ya? Dudukan itu ya? Gabisa pangku lo aja?” Tanya Jaehyun kepada Shannon yang sibuk memasang seatbelt di sebelahnya.

“Car seat, namanya car seat. Harus pake biar aman. Sebenernya Noah udah bisa duduk sendiri tapi lebih nyaman kalo pake car seat, kebiasaan juga” Jelas Shannon.

“Imo, snack?” Tanya Shannon

“Iya nanti mampir dulu beli jajan, ya. Udah nyaman belom No? Enak ngga duduknya?” Ucap Shannon.

“One hundred percent yes” Jawab Noah. Tak terasa bibir Jaehyun terangkat ke atas. Hatinya menghangat. Shannon, perempuan yang selalu blak blakan dan terkesan dingin ini ternyata bisa hangat juga di dekat anak kecil. Sekilas ia membayangkan, bagaimana gambaran masa depannya nanti. Shannon mungkin akan menjadi ibu yang tegas kepada anak anaknya.

“Kalo mau pipis bilang ya No, jangan ngompol” Ucap Jaehyun

“Siap om” Jawab Noah. Perjalanan dimulai, setelag keluar dari basement, mereka lalu menuju ke sebuah mini market untuk membeli makanan seperti permintaan Noah tadi.

Selesai dengan perbekalan, mereka melanjutkan perjalanan. Noah sudah tertidur selama 20 menit perjalanan pertama dengan snack terbuka dipelukannya. Shannon menikmati perjalanan dengan melihat lihat keluar jendela, sementara Jaehyun dibuat fokus menyetir. Like a family, really.

“Kalo ngantuk tidur aja Shan” Ucap Jaehyun memecah keheningan.

“Lo kalo ngantuk bilang aja, nanti gantian” Balas Shannon.

“Ngga ngantuk kok gue”

“Btw J, lo bolos ya hari ini?”

“Siapa yang bolos? Itu perusahaan punya gue, gue yang ngabsen”

“Ya tapi tetep aja, emang nggapapa lo tinggal tinggal seenaknya?”

“Lo juga ninggalin kantor sekarang”

“Ya juga si”

“Gapapa Shan, ada Taeyong, dia handle semuanya kalo gue ngga di kantor”

“Sekretaris lo waktu itu ya? “

“Bukan, itu Taeil. Ada lagi, kepercayaan gue”

“Kaya agama aja kepercayaan”

“Ini kalo nyalain lagu bakal ganggu Noah ngga si?” Tanya Jaehyun.

“Ngga, Noah ni tipe kebo banget, kalo udah tidur ada apapun juga ngga bakal bangun. Ekstra banget ngebanguninnya”

Lalu Jaehyun menyalakan audionya, menyetel volume tidak terlalu keras agar tidak membangunkan Noah bagaimanapun juga. Shannon tiba tiba menoleh ke arah Jaehyun.

“Oke juga selera lo”

“Hahahha ngerti lo”

“Heyy siapa yg ngga tau”

“Stumbled around the block a thousand times you missed every call that ive try, so now im giving up” Keduanya bernyanyi, menikmati lagu dan jalanan yang cukup lenggang mengingat hari ini adalah hari kerja.

Tinggg terdengar suara bel apartment Shannon. Seorang anak lelaki terlihat sibuk menyeret kursi dari ruang makan ke sebelah pintu untuk melihat siapa yang datang.

“Om siapa?” tanya anak laki laki itu

“Hallo dek, Om Jaehyun, tolong bukain dong pintunya” Balas Jaehyun.

“Om baik apa jahat?”

“Haaaa? Ohh Om baik kok”

“Mana buktinya?” Tanya Noah. Jaehyun lalu mengangkat kresek ditangannya berisi donat.

“Oke om lolos, sebentar” Terbukalah pintu apartment Shannon.

“No, Noah, diman-” Ucapan Shannon terpotong tatkala otaknya mencerna siapa yang ia lihat sekarang, seseorang yang seharusnya tidak berada disana. Shannon baru selesai mandi ketika Jaehyun benar benar baru saja melewati pintu apartment untuk masuk. Mata mereka bertemu.

“Imo nona, Om Jaehyun, baik, bawa donat” Lapor Noah pada imo (tante) nya.

Keadaan masih hening. Nampaknya waktu benar benar berhenti. Ini adalah kali pertama Jaehyun melihat Shannon. Tidak. Tidak hanya Shannon. Ini kali pertama Jaehyun melihat seorang wanita hanya berlapiskan bathrobe dengan penampakan kaki yang masih basah serta rambut terbungkus handuk.

Keduanya diam.

“Imo” Panggil Noah kembali. Buru buru Jaehyun berbalik badan dan Shannon segera berlari ke kamarnya.

“Noah kalo ada tamu tunggu imo dulu, jangan langsung dibuka. Allahuakbar” teriak Shannon dari dalam kamar. Noah menatap Jaehyun, lalu keduanya sama sama mengendikkan bahu.


Ketiganya kini duduk di ruang tamu apartment Shannon yang sudah sedikit berantakan karena mainan Noah berserakan disetiap penjuru ruangan. Masih hening, baik Shannon maupun Jaehyun, keduanya diam.

“Om Jaehyun siapa?” Tanya Noah sambil memakan donat.

“Om? Suaminya imo” Jawab Jaehyun. Shannon membelalakan matanya, terkejut mendengar jawaban Jaehyun.

“Apa itu suami?” Tanya Noah kembali.

“Noah punya papa ngga?” Tanya Jaehyun

“Punya”

“Siapa namanya?”

“Jungwoo, Kim Jungwoo”

“Kim Jungwoo kan papanya Noah, Kim Jungwoo itu suaminya mama” Jelas Jaehyun.

“Jadi papa itu suaminya mama?” Tanya Noah lagi

“Seratus”

“Noahnya imo sama om mana?” Tanya Noah lagi.

“Hah? Apa si No?” Sahut Shannon.

“Belom dibikin” Jawab Jaehyun. Jaehyun paham apa yang dimaksud oleh Noah. Ketika mamanya memiliki suami alias si papa mereka berdua memiliki Noah. Ketika imo memiliki suami maka Noahnya mana? Sampai sini paham?

“Kenapa belom?” Tanya Noah lagi.

“Udah jangan dilanjutin, dia itu emang courius banget J” Sahut Shannon.

“Karena bikinnya ngga gampang. Lama. Noah dulu juga gitu, papa sama mama harus nunggu 9 bulan dulu baru Noah jadi” Jelas Jaehyun, melanjutkan.

“9 bulan lama ya?”

“Lama, lama banget”

“Om Jaehyun nanti kalo Noahnya imo udah jadi kasi tau Noah ya? Nanti mau main”

“Sip bos, beresin dulu ini, cemong” Jawab Jaehyun.

Sepanjang percakapan dua lelaki itu Shannon hanya diam. Ia mengamati interaksi antara lelaki dewasa dan balita. Hatinya menghangat. Tidak pernah sekalipun ia berfikir bahwa Jaehyun akan sesabar itu, setelaten itu dengan anak kecil. Apalagi Noah adalah tipikal anak yang sangat ingin tau, ia akan menanyakan apapun sampai ia puas dengan jawaban yang diberikan.


“Imo, screen time please?”

“Fifteen minutes?”

“Twenty”

“Fifteen or not at all”

“Cool” Jawab Noah akhirnya. Disusul Shannon mulai menyalakan tv dan menghubungkannya dengan siaran televisi milik anak anak di hpnya.

Setelah urusannya dengan Noah selesai, Shannon memghampiri Jaehyun yang sedang duduk di tempat makan yang hanya berada di belakang ruang tv.

“Lo kenapa kesini pagi pagi?” Tanya Shannon akhirnya. Percakapan orang dewasa pun dimulai.

“Ya lo ngga masuk kerja, gue kirimin sarapan”

“Mana? Ngga nyampe sini”

“Gue kirimnya ke kantor, lo ngga masuk elah”

“Ya bawain ke sini dong, malah bawa donat aneh banget pagi pagi donat”

“Emang ada peraturannya pagi pagi ngga boleh makan donat?”

“Freak” Jawab Shannon.

“Lo ngga masak Shan?” Tanya Jaehyun.

“Gue ngga bisa masak”

“Yaudah sini gue masakin” Jaehyun mengambil alih dapur, memasukkan beras ke magic com lalu mulai melihat lihat apa yang bisa diolah dari isi kulkas Shannon.

“Lo ngga masak begini, terus bocil lo kasi makan apa?” Tanya Jaehyun tetapi masih tetap sibuk.

“Bawa bekal dia”

“Anak siapa si?”

“Anak Lia. Dititipin ke gue dua harian. Mertuanya kambuh, sakit dari lama” Jawab Shannon.

“Sering ya lo dititipin gini?”

“Lumayan, biar gue istirahat juga kalo kata Lia.”

“Tapi kok dia mau ya sama lo”

“Ngremehin gue lo”

“Ya ngga, lo ajak galak cuek gini”

“Btw, kok lo jelasin nya gitu si ke Noah?” Tanya Shannon.

“Gitu gimana?”

“Ya kok lo kasi fakta gitu”

“Ya emang harus di kasi fakta Shan, mumpung masi kecil, kalo mau kasi tau apa apa yang bener, jadi nanti dia gedenya ngerti, jgn dicekokin pake pernyataan anak bikinnya dari tepung bla bla bla, nanti kebawa sampe gede” Jelas Jaehyun. Shannon diam.

“You would be a great dad” Ucap Shannon.

“I wish, so what? Ready?”

“Lo ngga lagi ngelamar gue kan? “

“Mau dilamar?” Goda Jaehyun

“NOOOO. Seriously it sounds like propose tho”

“Oke minta dilamar”

Plakkk

Sebuah tangan menempel sempurna dilengan Jaehyun

“Sakit.”

“Stop stop stop, mobil lo parkirin situ aja J” Ucap Shannon.

“Disitu? Punya Bang Didit?” Tanya Jaehyun.

“Kok lo tau yang jualan Bang Didit?”

“Gue sering kesini tau Shan”

“Serius?”

“Kagetan banget si lo, narkoba ya? Ngaku”

“Dih, serius lo? “

“Iya Shannon.” Bang Didit adalah angkringan yang sering dikunjungi Shannon dan Jaehyun tatkala mereka bosan dengan kehidupan, jenuh dengan pekerjaan. Menurut mereka, sekedar duduk di pinggir jalan melihat beberapa kendaraan lewat, mendengarkan percakapan orang lain, dan merasakan udara malam adalah sebuah healing . Yang jadi pertanyaan mereka sekarang, mengapa mereka tidak pernah sekalipun kebetulan bertemu jika Bang Didit adalah sama sama tempat mereka melarikan diri.


“Valid si emang” Ucap Shannon

“Dibilangin, gue tu sering kesini, kalo sama gue aja Bang Didit bestie banget lah”

“Hahahha bestie”

“Lo aja ngga percaya pake nanya segala kenal gue apa engga. Btw Shan lo emang suka gt ya? “

“Gitu gimana? “

“Jalan sendiri, nonton sendiri, ngga punya temen lo ya?”

“Suka hehe, kaya apa ya J, kaya enak aja gitu. Temen gue satu dan satu satunya sekretaris gue. Si Lia, dulu kita sering jalan bareng, tapi sekarang ngga bisa, udah punya buntut dia.”

“Udah nikah?” Jaehyun kaget.

“Udah, anaknya umur 5 tahun. Suami Lia juga jadi temen gue si, tapi ngga deket banget. Dulu senior gue di paskib.”

“Baru tau gue.” Begitulah kira kira obrolan mereka, dengan duduk di teras sebuah toko dan sesekali menyesap milo panas.

“Btw Shan, lo emang banyak omong gini ya?” Tanya Jaehyun lagi.

“Gue kalo sama orang baru cenderung diem si, kaya awkward aja, apa coba yang mau diomongin.”

“Tapi lo nyerocos terus sama gue.” Skakmat. Baru sadar ya? Benar, Shannon juga tidak tau mengapa dirinya banyak bicara di dekat Jaehyun yang notabennya masih orang baru.

“Hmmmm”

“Shan, lo kalo mau kemana mana bilang aja, jangan sendirian, lo ketempat kaya gini malem malem ngga bawa mobil sendiri lagi. Gue tau lo bisa jaga diri, transportasi juga gampang, tapi jaga jaga aja Shan. Kalo mau kemana mana ngomong, nanti kalo ada waktu gue temenin.” Ucap Jaehyun. Shannon masih diam tidak bisa menjawab.

“Diem aja lo kaya ngga punya mulut.”

“Iyaaaaa, bawel lo.” Jawab Shannon akhirnya. Lalu malam mereka diisi dengan obrolan obrolan random, tentang segala hal. Pasalnya baik Shannon ataupun Jaehyun sebenarnya saling membutuhkan. Shannon dan Jaehyun membutuhkan seseorang untuk diajak bicara, diajak bercanda, diajak sekedar bertukar isi kepala, diajak melepaskan beban pekerjaan. Mereka menemukan orang itu disatu sama lain. Nyaman.


Jarum jam menunjukan pukul 2 malam. Tidak terasa memang. Kota besar seperti yang mereka tempati, dengan kendaraan lalu lalang 24 jam, membuat jam 2 malam terasa biasa saja.

“Ngga pulang lo?” Tanya Jaehyun ketika akan masuk ke mobilnya. Shannon hanya menatap Jaehyun dari dekat pintu mobil.

“Pulang” Jawab Shannon.

“Yaudah buruan”

“Gue bisa balik sendiri J”

“Masih aja gengsinya, buruan masuk, ini udah tengah malem banget, bahaya, buruan masuk. Jangan GR buruan. Besok kerja kan? Apa mau bolos aja lo? .” Akhirnya Shannon menurut dan membiarkan Jaehyun mengantarkannya pulang.

“Lo ngapain? ” Tanya Jaehyun.

“Mau nonton gue, lo ngapain?” Tanya Shannon kembali.

“Ya sama, mau nonton. Sendirian lo? “

“Kalo lo liat gue sama orang lain berarti lo indigo”

“Kok lo jalan kaki si”

“Males nyetir, cape, gojek aja”

“Ohh, nonton apa lo btw?” Shannon hanya menunjukan tiketnya. Avengers End Game C5.

“Shan, lo percaya takdir ngga?” Tanya Jaehyun tiba tiba.

“Percaya” Jawab Shannon

“I think i was made for you” Balas Jaehyun dengan juga menunjukkan tiket miliknya. Avengers End Game C4.


Keduanya kini sudah duduk di bangku penonton. Shannon memeluk sebuah box berisi popcorn serta Jaehyun membawa dua minuman cola. Klise sekali bukan? Film dimulai, mereka menikmati.

Lamat lamat terdengar suara isakan perempuan saat scene Natasha Romanoff terjun dari jurang untuk mendapatkan Soul Stone dan menyelamatkan Hawkeye.

“Shan” Panggil Jaehyun. Ya benar, tidak salah lagi. Perempuan yang sedang menangis adalah Shannon, gadis yang duduk di sampingnya. Gadis yang secara tidak sengaja memiliki bangku sebelahnya.

“Kasian banget Mba Nat coba Jae. Dia juga punya keluarga” Jawab Shannon masih menangis. Jaehyun sadar, Shannon datang dengan tidak ada persiapan apapun. Shannon dengan segala kesibukannya tidak memiliki waktu untuk melihat spoiler spoiler di internet sehingga tidak mempersiapkan apapun apa lagi hari ini adalah hari pertama film itu tayang di Indonesia.

Dengan sigap Jaehyun melepas jaketnya, memberikannya pada gadis 'tangguh' yang sedang terisak perihal 'dunia fantasi' yang sedang ia tonton.

“Kalo kena ingus cuci lagi sampe bersih” Kata Jaehyun.

“Thanks” Jawab Shannon.


“Huftttttt” Helaan nafas Shannon begitu lampu bioskop dinyalakan, menandakan film telah selesai namun ia masih duduk disana.

“Sejak kapan lo suka film kaya begini” Tanya Jaehyun tiba tiba. Shannon masih sibuk mengusap sisa air mata dengan jaket milik lelaki di sebelahnya.

“Dari dulu, dari awal, dari kecil”

“Yang bener dong jawabnya, dari kapan”

“Dari kecil”

“Serius?”

“Iya, gue dulu pas kecil nonton Hulk sama Oma”

“Oma lo nonton hulk? “

“Iya oma”

“Emang, aneh, aneh semua”

“Dari Hulk ke Spiderman, dulu doi masi sama Sony terus gabung ke Marvel, sumpah seneng bgt gue, walaupun sukaan gue tetep Andrew Garfield”

“Kenapa?”

“Kenapa Andrew? Ganteng sendiri”

“Sama gue ganteng siapa? ” Tanya Jaehyun tiba tiba

“Yakin lo nanya begitu? Dude know your limit”

“Emang kaga bisa ya lu nyenening orang dikit”

“Gantengan Andrew lah, gila aja. Tapi lo juga ganteng.” Deg, lagi lagi kupu kupu, nampaknya sangat senang menyerang Jaehyun.

“Seenggaknya lo ngga buta” Balas Jaehyun, mencoba mengkontrol dirinya agar tidak terlihat terlalu senang dengan jawaban Shannon yang tidak ia duga.

“Btw ini kapan si keluarnya, dari tadi banget padahal” Tanya Shannon.

“Kayanya ngga ada deh Shan creditnya. Judulnya aja End Game”

“Ya tapi sapa tau bisa dibalikin lagi, masa Nat, Tony, sama Capt ngga ada lagi abis ini, nonton apa gue” Jawab Shannon dengan sedikit terbata bata, menahan air mata yang ingin terjun lagi mengingat scene scene film.

“Yaelah Shan film doang”

“Tetep aja.” Jawab Shannon kesal yang dibalas dengan tawa Jaehyun dan acakan rambut di kepala Shannon yang juga dilakukan oleh Jaehyun. Deg, kali ini giliran Shannon yang mendapat serangan, sudah lama tidak dirasakannya gelitikan seperti ini.

“Btw lo tim siapa?” Tanya Jaehyun

“Capt lah, Capt gila aja, ngga ada obatnya”

“Kalo ini kaya kita ngge bertakdir Shan, beda soalnya”

“Tony juga keren, tapi tetep Capt hehe” Jawab Shannon. Jaehyun kembali mengacak acak rambut Shannon. Gemas. Bagaimana bisa seseorang yang beberapa waktu lalu menangis tersedu sedu sekarang tersenyum seperti tidak terjadi apa apa. Gemas.

“Wuihh anak papa, inget rumah” Sapa Yunoh, Papa Jaehyun.

“Heheh apa kabar pa?” Balas Jaehyun

“Parah banget kamu kak, kabar papa sendiri sampe ngga tau” Sahut Mama. Jaehyun hanya diam dan tersenyum

“Kak, kakak, mana?” Tanya seorang remaja laki laki turun dari lantai atas menghampiri keluarganya di ruang makan.

“Jajan apalagi kamu cil?” Tanya Papa

“Siapa yang bocil? Papa kali” Jawah Jeno, adik Jaehyun. Usianya 19 tahun, semester pertama Universitas Neo jurusan Manajemen Bisnis.

“Udah belom si kak?” Tanyanya lagi pada kakaknya.

“Diem, nanti aja” Jawab Jaehyun

“Apa kak? ” Tanya mama

“Mainan biasa” Jawab Jaehyun

“Awas ya beli motor lagi, awas dua duanya mama sunat lagi, mau ditaro dimana lagi, full semua bagasi isinya motor kalian berdua. Bela beki bela beli dipake engga” Omel Mama

“Hahahah” Papa hanya tertawa

“Ma, temen aku motornya sampe ruang tamu, sampe dapur, sampe masuk rumah mamanya diem aja” Jawab Jeno santai.

“Ya kan itu karna ngga ada tempat parkirnya dek, jadi masuk rumah” Jawab Papa menjelaskan.

“Kita kan belom sampe masuk rumah ya dek, jadi gapp beli lagi” Canda Jaehyun

“Yoi, sohib kita” Balas Jeno

“Give away anak ngga ada syaratnya” Jawab Mama

“Jangan, ganteng begitu dua dua, aset kita itu ma” Jawab Papa

“Aset doang kak”

“Kakak aset, kamu beban” Jawab Jaehyun

“Engga, aku likuiditas aja” Jawab Jeno

“Dih hahaha apan coba” Jawab Jaehyun

“Flexing, akuntansi aku A kak”

“Pinter banget adek gue”

“Yaudah lo makan aja dulu, gue mah udah, mama ni selalu rempong, masak banyak banget masa” Ucap Jeno

“Maaa” Ucap Jaehyun mengarah pada Mamanya

“Cepuin aja teros, sana kamu anak kecil masuk, jam segini tidur harusnya” Jawab Mama

“Apasi orang baru jam 9” Jawab Jeno

“Tidur dek, tadi kan ngga tidur siang” Goda Papa

“JANGAN ANGGAP AKU ANAK KECIL PAMAN”

“HAHAHAHHA” Semua orang tertawa.


Jaehyun lalu menyantap makan malamnya. Mama terus menatap ke arah Jaehyun, Papa sibuk di depan tv tetapi dengan volume yang dikecilkan, agar tetap bisa mendengar percakapan Jaehyun dan Mama di dapur tak jauh dari tempat papa berada.

“Kenapa si ma?” Tanya Jaehyun akhirnya. “Engga, kamu pulang dan nggs mau ngomong apa apa kaya aneh aja buat Mama hehe, padahal Mama udah nyiapin mayeri debat kak” Jawab Mama

“Ma, serius ngga bisa calonnya diganti aja?” Tanya Jaehyun akhirnya

“Kenapa si kak? Cerita sama Mama kenapa? “

“Kakak udah usahain ma, tapi kayanya emang probabilitasnya 0”

“Yakan emang kaya begitu kak”

“Jahat banget Mama”

“Maksud Mama emang semua itu harus dipaksa dulu, terpaksa terpaksa terbiasa”

“Tapi Jaehyun ngga bisa Ma, Kakak ngga bisa liat Shannon kaya gitu”

“Oh, udah mulai Pa” Ucap Mama pada Papa

“Udah mulai mau ngelindungin ya kak?” Tanya Papa

“Mama ngga ada niat jahat sama Shannon, sama keluarganya kak. Perjodohan ini udah diatur bahkan sebelum kamu ada, sebelum Papa sama Mama ketemu. Semuanya udah diatur. Mama sama Papa cuman ngelaksanain aja, kamu yang jalanin. Kamu sendiri kan yang janji juga”

“Coba aku tanya, Mama punya wedding dream ngga dulu? “

“Punya lah”

“Mama punya wedding dream, aku yakin semua perempuan di dunia ini punya wedding dream ngga terkecuali Shannon ma. Mama liat sekarang coba, wedding dream dia hancur sejak perjodohan ini dimulai” Jelas Jaehyun.

“Terus gimana mau kamu? Dibatalin? Janji kamu gimana? Laki laki yang dipegang omongannya lo kak” Jawab Mama

“Kak, kamu belum kenal, kamu belum kenal Shannon. Coba dulu pelan pelan. Niat Papa sama Mama baik kak.” Jaehyun diam, memang benar kata orang tuanya, Jaehyun belum mengenal Shannon cukup dalam, masih terlalu awla untuk menyimpulkan.

Jaehyun lalu mengambil kunci mobil dan membawanya menuju kantor Shannon. Sepanjang jalan yang dia lakukan hanya tersenyum tidak jelas. Dirinya seneng, mendapatkan alasan untuk bisa bertembu kembali dengan Shannon padahal belum genap satu jam mereka berpisah.

Persetan dengan urusan kantor yang ia tinggal, rapat yang sedang berlangsung. Baginya kini yang dia inginkan hanya Shannon. Jaehyun juga tidak tahu mengapa dirinya seperti ini. Nampaknya pertemuan pertemuan dengan Shannon yang dapat dihitung, dan perlakuan Shannon hari ini membuat Jaehyun sedikit penasaran, siapa, bagaimana sebenarnya calon istrinya itu.


“Apa apaan kamu? Hah?” Suara itu meninggi, suara milik perempuan yang Shannon sayangi. Bundanya.

“Adek kamu balik, kamu sembunyiin. Perjodohan udah diatur kamu tolak.” Bunda marah. Di dalam ruangan Shannon telah duduk seorang gadis dengan rambut panjang dan seorang wanita paruh baya yang sedang meluapkan sekua emosinya.

“Bun, bunda tenang dulu, aku yang minta ke Mba Shan” Tenang Sailor kepada Bundanya.

“Diam, kamu tu emang bisanya bikin masalah. Pulang itu ke rumah. Ngapain kamu pulang ke Mbakmu ha? Ngapain Bunda tanya? Biar bisa bebas? Iyaa?”

“Bun, nanti aja di rumah, nanti aku pulang, jangan di sini” Jawab Shannon mencoba menenangkan.

“Nanti aku pulang, nanti nanti nanti. Omongan kamu itu ngga bisa dipegang mbak, nanti terus. Kamu itu tau adikmu salah ya dibenerin bukan malah ditutupin.”

“Bun, ini itu cuma masalah Ilora pulang aja, aku udah bilangin juga cepet balik ke rumah dia udah bilang iya, ngga segede itu sampe bunda harus marah marah kaya gini” Jawab Shannon masuk akal. Sailor hanya ditempatnya sementara, ia juga akan pulang ke rumah nanti, ia hanya tidak mau tidak bisa bebas di rumah, dan harus menemani Bundanya bertemu teman temannya untuk waktu yang lama.

“Ngga gede? Ngga gede gimana? Nikahan kamu coba jelasin, jelasin ke Bunda sampe mana progress nya. Opa sama Opanya Jaehyun udah bikin janji dari dulu, kamu tetep kekeh mau nolak. Semua orang udah tau walau belum diresmiin, kamu nikahnya sama Jaehyun. Kalo sampe gagal mau ditaro dimana muka keluarga kita?” Ucap Bunda panjang lebar.

Shannon akhirnya mengerti, Bunda menemuinya tidak hanya membawa masalah Ilora yang menginap di tempatnya. Namun masalah perjodohannya tempo hari masih menjadi topik yang patut diperdebatkan.

“Shannon kan udah bilang, Shannon ngga punya kuasa buat nolak, mau ngga mau tetep Shannon yang ditumbalin. Mau nolak kaya gimanapun juga Shan tetep berangkat” Jawab Shannon.

“Kamu ngga ikhlas banget ya mbak nyenengin Bunda sama Opa?”

“Bun, serius Bunda maunya aku gimana?” Tanya Shannon putus asa.

“Kamu terima semuanya, ikhlas, kalo alesan nolak ini cuman karena kamu ngga cinta nanti kamu juga cinta” Jawab bunda

“Hahahah cinta” Shannon tertawa, matanya memerah, ia ingin menumpahkan semua air matanya disana, tapi ia tahan. Tahan Shannon tahan, Ilora disana.

“Bunda tau apa soal cinta? Bunda aja gagal”

“Apa maksud kamu?” Tanya Bunda

“Bunda jangan sok sokan mau ngomongin cinta depan aku. Bunda aja gagal” Jawab Shannon.

Plakkk

Sebuah tangan menempel sempurna dipipi Shannon meninggalkan bekas merah disana.

“Bunda, bun ayo pulang, ayo aku pulang ke rumah” Ucap Sailor menghentikan Bundanya.

“Kurang ajar kamu” Ucap Bunda lalu berlalu pergi meninggalkan Shannon di ruangannya.

“Mbak, gue pulang ke bunda” Ucap Sailor lalu ikut berlalu pergi meninggalkan Shannon. Sailor tau kakaknya itu tidak mau menangis di depannya, ia pergi untuk memberi ruang kepada sang kakak agar dapat menumpahkan semua emosinya. Karena lagi lagi bagi Shannon mengekspresikan emosi dapat dilakukan dengan menangis.

Sailor bergegas keluar. Tidak pernah Sailor bayangkan mengenai apa yang ia lihat sekarang sesaat setelah keluar pintu ruangan Shannon. Seorang laki laki yang ia kenali terdiam disana, mencoba memahami apa yang sedang terjadi.

“Ra, gue ngga ada niat nguping tapi-”

“Kak, tolong temenin kakak gue please, i beg you” Ucap Sailor kepada Jaehyun. Iya, Jaehyun disana, mendengar segala prahara keluarga yang seharusnya tidak ia dengarkan.

Jaehyun segera masuk dan mencari sosok perempuan yang ia yakini sekarang sedang tersedu sedu menangis. Dan benar saja, seluruh ruangan Shannon diisi dengan suara isakan tangis seorang wanita. Shannon sedang bersimpuh dibalik sofa, menenggelamkan semua wajahnya pada tangan kecilnya, meluapkan semua kekesalan, amarah yang ia tahan sendiri.

“Shan” Sapa Jaehyun. Shannon mendongak, mencari sumber suara, didapatinya seorang laki laki sedang mencoba mensejajarkan tubuhkan dengan posisi Shannon saat ini, ia masih menangis. Ditariknya daksa Shannon menuju pelukannya, didekapnya erat tubuh manggil Shannon. Tangis Shannon semakin menjadi jadi.

Saat itu adalah pertama kalinya bagi Shannon. Ia menangis dihadapan orang lain, orang asing. Walaupun status Jaehyun saat ini adalah calon suaminya, tetapi tetap mereka belum cukup jauh untuk saling mengenal. Jaehyun tetap orang asing bagi Shannon. Dan sekali lagi, saat itu Shannon menangis dihadapan orang asing. Banya rasa yang Shannon rasakan saat itu tapi tidak bisa ia jelaskan. Hanya satu, hanya satu yang dapat ia ketahui secara pasti. Percaya, Shannon merasa yakin dan percaya kepada Jaehyun. Untuk pertama kalinya, Shannon memilih mempercayai orang lain.

#First Tears

Jaehyun lalu mengambil kunci mobil dan membawanya menuju kantor Shannon. Sepanjang jalan yang dia lakukan hanya tersenyum tidak jelas. Dirinya seneng, mendapatkan alasan untuk bisa bertembu kembali dengan Shannon padahal belum genap satu jam mereka berpisah.

Persetan dengan urusan kantor yang ia tinggal, rapat yang sedang berlangsung. Baginya kini yang dia inginkan hanya Shannon. Jaehyun juga tidak tahu mengapa dirinya seperti ini. Nampaknya pertemuan pertemuan dengan Shannon yang dapat dihitung, dan perlakuan Shannon hari ini membuat Jaehyun sedikit penasaran, siapa, bagaimana sebenarnya calon istrinya itu.


“Apa apaan kamu? Hah?” Suara itu meninggi, suara milik perempuan yang Shannon sayangi. Bundanya.

“Adek kamu balik, kamu sembunyiin. Perjodohan udah diatur kamu tolak.” Bunda marah. Di dalam ruangan Shannon telah duduk seorang gadis dengan rambut panjang dan seorang wanita paruh baya yang sedang meluapkan sekua emosinya.

“Bun, bunda tenang dulu, aku yang minta ke Mba Shan” Tenang Sailor kepada Bundanya.

“Diam, kamu tu emang bisanya bikin masalah. Pulang itu ke rumah. Ngapain kamu pulang ke Mbakmu ha? Ngapain Bunda tanya? Biar bisa bebas? Iyaa?”

“Bun, nanti aja di rumah, nanti aku pulang, jangan di sini” Jawab Shannon mencoba menenangkan.

“Nanti aku pulang, nanti nanti nanti. Omongan kamu itu ngga bisa dipegang mbak, nanti terus. Kamu itu tau adikmu salah ya dibenerin bukan malah ditutupin.”

“Bun, ini itu cuma masalah Ilora pulang aja, aku udah bilangin juga cepet balik ke rumah dia udah bilang iya, ngga segede itu sampe bunda harus marah marah kaya gini” Jawab Shannon masuk akal. Sailor hanya ditempatnya sementara, ia juga akan pulang ke rumah nanti, ia hanya tidak mau tidak bisa bebas di rumah, dan harus menemani Bundanya bertemu teman temannya untuk waktu yang lama.

“Ngga gede? Ngga gede gimana? Nikahan kamu coba jelasin, jelasin ke Bunda sampe mana progress nya. Opa sama Opanya Jaehyun udah bikin janji dari dulu, kamu tetep kekeh mau nolak. Semua orang udah tau walau belum diresmiin, kamu nikahnya sama Jaehyun. Kalo sampe gagal mau ditaro dimana muka keluarga kita?” Ucap Bunda panjang lebar.

Shannon akhirnya mengerti, Bunda menemuinya tidak hanya membawa masalah Ilora yang menginap di tempatnya. Namun masalah perjodohannya tempo hari masih menjadi topik yang patut diperdebatkan.

“Shannon kan udah bilang, Shannon ngga punya kuasa buat nolak, mau ngga mau tetep Shannon yang ditumbalin. Mau nolak kaya gimanapun juga Shan tetep berangkat” Jawab Shannon.

“Kamu ngga ikhlas banget ya mbak nyenengin Bunda sama Opa?”

“Bun, serius Bunda maunya aku gimana?” Tanya Shannon putus asa.

“Kamu terima semuanya, ikhlas, kalo alesan nolak ini cuman karena kamu ngga cinta nanti kamu juga cinta” Jawab bunda

“Hahahah cinta” Shannon tertawa, matanya memerah, ia ingin menumpahkan semua air matanya disana, tapi ia tahan. Tahan Shannon tahan, Ilora disana.

“Bunda tau apa soal cinta? Bunda aja gagal”

“Apa maksud kamu?” Tanya Bunda

“Bunda jangan sok sokan mau ngomongin cinta depan aku. Bunda aja gagal” Jawab Shannon.

Plakkk

Sebuah tangan menempel sempurna dipipi Shannon meninggalkan bekas merah disana.

“Bunda, bun ayo pulang, ayo aku pulang ke rumah” Ucap Sailor menghentikan Bundanya.

“Kurang ajar kamu” Ucap Bunda lalu berlalu pergi meninggalkan Shannon di ruangannya.

“Mbak, gue pulang ke bunda” Ucap Sailor lalu ikut berlalu pergi meninggalkan Shannon. Sailor tau kakaknya itu tidak mau menangis di depannya, ia pergi untuk memberi ruang kepada sang kakak agar dapat menumpahkan semua emosinya. Karena lagi lagi bagi Shannon mengekspresikan emosi dapat dilakukan dengan menangis.

Sailor bergegas keluar. Tidak pernah Sailor bayangkan mengenai apa yang ia lihat sekarang sesaat setelah keluar pintu ruangan Shannon. Seorang laki laki yang ia kenali terdiam disana, mencoba memahami apa yang sedang terjadi.

“Ra, gue ngga ada niat nguping tapi-”

“Kak, tolong temenin kakak gue please, i beg you” Ucap Sailor kepada Jaehyun. Iya, Jaehyun disana, mendengar segala prahara keluarga yang seharusnya tidak ia dengarkan.

Jaehyun segera masuk dan mencari sosok perempuan yang ia yakini sekarang sedang tersedu sedu menangis. Dan benar saja, seluruh ruangan Shannon diisi dengan suara isakan tangis seorang wanita. Shannon sedang bersimpuh dibalik sofa, menenggelamkan semua wajahnya pada tangan kecilnya, meluapkan semua kekesalan, amarah yang ia tahan sendiri.

“Shan” Sapa Jaehyun. Shannon mendongak, mencari sumber suara, didapatinya seorang laki laki sedang mencoba mensejajarkan tubuhkan dengan posisi Shannon saat ini, ia masih menangis. Ditariknya daksa Shannon menuju pelukannya, didekapnya erah tubuh manggil Shannon. Tangis Shannon semakin menjadi jadi.

Saat itu adalah pertama kalinya bagi Shannon. Ia menangis dihadapan orang lain, orang asing. Walaupun status Jaehyun saat ini adalah calon suaminya, tetapi tetap mereka belum cukup jauh untuk saling mengenal. Jaehyun tetap orang asing bagi Shannon. Dan sekali lagi, saat itu Shannon menangis dihadapan orang asing. Banya rasa yang Shannon rasakan saat itu tapu tidak bisa ia jelaskan. Hanya satu, hanya satu yang dapat ia ketahui secara pasti. Percaya, Shannon merasa yakin dan percaya kepada Jaehyun. Untuk pertama kalinya, Shannon memilih mempercayai orang lain.