raellee

“Ini kapan selesainya YaAllah gue udah gedek banget sama kertas” Ucap Shannon pada dirinya sendiri. Pasalnya, hari ini, sejak pagi ia berkutit dengan dokumen dokumen kantor dan tak terasa sudah memakan waktu 14 jam. Kantornya pun berangsur angsur sepi. Lia sudah lebih dulu pulang karena harus mengurus anak dan suaminya, begitupun karyawannya yang lain.

Sebenarnya 14 jam bukanlah waktu yang lama bagi Shannon karena ia bahkan pernah tidak pulang dan tidak tidur hanya untuk mengurus pekerjaannya.

Disanalah ia sekarang, sedang memasang kembali kaca matanya, memakai sandal rumah senyaman mungkin, mencepol rambutnya asal dan sedang terduduk di kursi direktur utama.

Krekkkk

Pintu terbuka. Seorang lelaki yang sudah sangat familiar wajahnya bagi Shannon sedang berdiri dengan satu tangan masuk ke saku dan satu lagi mengangkat tinggi paper bag, sedang menatap Shannon.

Shannon tersenyum dan berhambur menghampirinya.

“Kok disini?” Tanya Shannon masih dengan senyumannya.

“Lupa ya lo punya suami? Gue belom makan dari balik kantor, di rumah ngga ada apa apa, mana ngga ngabarin lagi” Omel Jaehyun.

“Ohiya, sumpah lupa, maaf. Apa ni? AAAA MEKDI” Teriak Shannon senang. Lalu ia merampas paper tag yang dibawa Jaehyun dan membawanya ke sofa tamu. Jaehyun tersenyum melihat tingkah istrinya.

“Dihh ngrampas. Buat siapa coba? Orang bukan buat lo” Ucap Jaehyun. Shannon menghentikan kegiatannya membuka isi paper bag. Pandangannya sedikit kecewa lalu ia menatap Jaehyun.

“Serius?”

“Hahaha, makan” Jawab Jaehyun akhirnya. Shannon tersenyum kegirangan lalu mulai melahap satu persatu makan malamnya.

“Kalo mau ngapa2in tu ngomong dulu Shan” Buka Jaehyun disela sela makan mereka.

“Maaf, sumpah gue lupa”

“Lupa punya suami?”

“Lupa kalo udah semalem ini”

“Dih apaan, orang lo ngetwit 14 jam kok”

“Hehe sorry J, lupa kalo ada lo. Sorry” Ucap Shannon akhirnya.

“Dosa lo”

“Jangan, serius lupa” Ucap Shannon.

“Lagian juga kenapa ngga masak sendiri coba. Manja banget pake acara nunggu” Ucap Shannon.

Jaehyun menghela nafasnya.

“Siapa yang bilang mau masakin siapa? Yang ngga ngabarin sampe bikin orang nunggu siapa?” Tanya Jaehyun.

“Ya harusnya lo tau gue lembur kalo sampe jam segini belom balik. Fleksibel dikit lah, masak sendiri” Balas Shannon.

“Ya tapi kan etikamya lo ngomong dulu Shan. J gue lembur ya, jangan nungguin”

“Ya kan gue lupa”

“Oke gue terima kelupaan lo, gue terima ketidak fleksibelan gue. Tapi apa susahnya ngabarin doang? Ngetwit aja bisa, masa imess suami sendiri gabisa” Skakmat Shan. Shannon diam, dia sedikit kesal. Apa yang dikatakan Jaehyun memang benar, dirinya memang salah namun enggan meninta maaf.

“Paham ngga sampe sini?” Tanya Jaehyun lagi.

“Iyaa” Jawab Shannon kesal.

“Terus?”

“Terus apaan?”

“Ya apa? Abis bikin salah ngomong apa? Iya doang” Tanya Jaehyun. Shannon menundukkan kepalanya, kesal.

“Maaf”

“Ngga ikhlas ngga usah”

“Banyak mau lo” Ucap Shannon

“Nah kan, lo yang salah lo yang marah” Ucap Jaehyun. Shannon masih diam, gengsinya besar. Jaehyun hanya melanjutkan makan dalam diam.

“Sorry J” Ucap Shannon akhirnya.

“Basi. Males”

“Sorry serius”

“Serius basi”

“Dih kok marah”

“Suka suka gue, gue bener”

“J sorry” Ucap Shannon memelas. Ia menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Jaehyun. Jaehyun masih diam dan tetap menikmati makanannya.

“J serius sorry, iya gue yang salah. Lo mau apa deh gue turtin, tapi maafin gue”

“Bener?”

“Bener”

“Honeymoon kita minggu depan”

Bagaikan sebuah tamparan. Shannon diam mematung, mencerna kata kata Jaehyun. “Honeymoon”

Pajero hitam itu kembali melaju membelah jalanan siang. Jaehyun agaknya sudah sedikit tenang. Shannon masih khawatir.

“So, bang uwu is your roommate right?” Tanya Shannon.

“Hmm” Jawab Jaehyun, pandangannya masih berada di depan.

“Terus udah bikin tim tapi bang uwu balik ke Indo terus gabalik sana lagi?”

“Iyaa”

“Bahkan pas graduation juga bang uwu ngga dateng?”

“Heem”

“Dan lo gabisa hubungin bang uwu sama sekali?”

“Bang bang bang terus. Lo gue suruh panggil mas ngga mau, tapi panggil orang lain bang” Jawab Jaehyun. Sedikit kesal.

“Dih, emosi” Jawah Shannon.

“Tapi Jae, lo udah coba denger alesan dia ngga balik ke sana?”

“Katanya dia gabisa ninggalin anaknya sama Lia”

“Tapi ninggalin lo saman temen lo sama project segede itu?”

“Kenyataanya”

“Berentiin dulu mobilnya Jae” Ucap Shannon tiba tiba.

Dejavu terakhir kali Shannon berkata seperti itu mereka menangis berdua. Apakah mereka akan menangis lagi? Gatau authornya juga ,-

“Ngapain?” Tanya Jaehyun sewot.

“Buruan, nanya mulu kaya costumers service” Jawab Shannon. Lalu mobil menepi dan berhenti.

“Oke listen. Ini yang terjadi sama Lia waktu itu. Gue harusnya ngga cerita ini karena ini tugasnya bang uwu. Gue cuman mau lo tau, semua orang berhak buat dapet kesempatan kedua Jae. Maksud gue pas lo tau ini, lo mau denger penjelasanm bang uwu Jae. Gue tau lo marah karna lo mau balik lagi sama dia kan? Lo mau temenan lagi sama bang uwu kan? Kalo ngga ngapain lo susah susah emosi” Ucap Shannon menatap mata Jaehyun dalam dalam.

“Lia waktu itu kacau. Kuliahnya berantakan. Mentalnya ngga sehat. Nangus terus. Nangis mulu tiap hari. Dia ngga tau harus ngomong apa sama orang tuanya. Bang Uwu udah balik ke Aussie. Lia juga ngga bilang kalo dia hamil waktu itu. Dia bener bener kacau Jae, gue liat sendiri” Mulai Shannon.

“Akhirnya gue yang bilang. Gue yang kontek bang uwu malem malem, gue cerita keadaan Lia. Bang uwu balik buat liat Lia, awalnya, tapi pas udah tau udah ke dokter bang uwu gabisa. Dia yang ngebuat Lia kaya gitu jadi dia ngerasa Lia tanggung jawabnya. Dia relain semuanya, buat Lia sama anaknya. Orang tuanya, kuliahnya, masa mudanya, bahkan lo dan temen temen dia. Semuanya Jae, buat Lia sama Noah.”

“Gue bahkan mau berantem sama bang uwu. Dia bikin Lia lepasin kuliahnya. Sebenrnya ya nggapapa kuliah lagi hamil kan, tapi sanksi sosial kejam. Gue mau berantem, gue marah besar, tapi kata Lia jangan. Udah gapapa, Lia cinta bang uwu, Lia sayang anaknya”

“Kehidupan awal mereka nikah susah banget Jae. Bang uwu belom ada ijasah, Lia juga gabisa ngapa2in, kerja serabutan apapun deh bang uwu kerjain. Terus sama papa dikasi kerja di kantor dia karna ya papa tau bang uwu temen gue, tau sifatnya, cuman kurang ijasah aja. Long story short Noah bisa ditinggal, Lia gue tarik kerja, kehidupan mereka membaik.” Jelas Shannon.

“Dari Lia gue tau. Orang tua pasti kasih apapun ke anaknya. Relain apapun buat anaknya Jae. Maksud gue lo ngga bisa bilang bang uwu egois karena nyatanya gue liat dia kesusahan. Dia juga berjuang dua kali lipat disini. Sama aja Jae. Sama aja kaya lo, susah. Bedanya emang iya ini salah dia. ” Tutup Shannon akhirnya.

Jaehyun diam. Menyesali perbuatannya. Mengapa ia melakukan semua itu. Mengapa ia tidak berfikir sedikit lebih jauh.

“Semua bermula dari bang uwu kan Jae? Yang ninggalin lo, yang bikin hamil Lia, ya walaupun prosesnya mereka sama sama sadar. Sekarang pikirin lagi. Dia juga kesusahan Jae, pas ninggalin lo gue tau dia pasti sedih juga. Mimpinya ber 5 kan?” Yakin Shannon. Jaehyun masih diam.

“Can i hug you?” Tanya Jaehyun pelan. Shannon tersenyum dan membuka tangamnya lebar lebar.

“Kasih dia buat jelasin semuanya ya. Gue tau lo udah maafin tapi masi belum bisa lupain sakitnya. Lo bisa kok Jae” Ucap Shannon disela sela pelukan mereka.

“Udah dong, sesek” Ucap Shannon.

“Bentarrrrrr”

“Kenapa lagi?”

“Bentar, malu gue”

“Dih hahah”

“So, what about you?” Tanya Jaehyun melepas.

“What you mean?”

“Siap juga ngasi semuanya buat anak?”

“Anak siapa?”

“Ya anak kita” Jawab Jaehyun enteng.

“Ohh, mau dipukul ya?”

“Serius Shan. Ngga mau punya anak? “

“Ahh gatau, udah ayok pulang, sore” Jawab Shannon.

Menghindar lagi dan lagi. Okeyyyy

Jaehyun menginjak pedal gas sekuat yang ia bisa. Monilnya berlaju sekencang kencangnya.

“Jae, if you want a die, please be alone” Ucap Shannon di jok samping. Meremas pakaiannya sendiri. Ketakutan. Pasalnya mobil yang sedang ia tumpangi ini memang melaju dengan kecepatan diatas rata rata.

“I told you, be alone” Ucap Shannon mulai meninggikan suaranya. Berharap Jaehyun dapat mendengar dan memperlambat laju kendaraan besi ini.

“Jaehyun stop” Teriak Shannon akhirnya.

Citttttttt

Suara gesekan ban mobil dan aspal Dapat Shannon dengar. Mobil ini kini sedang menepi, bannya mengeluarkan asap. Jalanan tergores. Menandakan begitu besar gaya gesek yang terjadi beberapa saat tadi.

Brakk

Jaehyun memukul setirnya kencang. Lalu meremas rambutnya. Frustasi. Shannon memandang Jaehyun aneh. Tidak pernah ia melihat suaminya sekacau ini.

“Lo kenapa?!” Bentak Shannon. Jaehyun masih diposisinya.

“Jae lo kenapa?” Teriaknya lagi.

“Lo bisa diem ngga? Turun kalo gabisa” Ucap Jaehyun kapada perempuan disebelahnya. Lalu ia membuang muka ke arah jendela. Shannon mematung. Kaget dengan perkataan Jaehyun. Selama hampir 3 bulan menikah. Belum pernah sekalipun ia dibentak seperti ini.

“Jae lo kenapa?“Tanya Shannon kembali. Intonasinya sedikit berkurang dari sebelumnya. Shannon menyadari ada sesuatu yang terjadi.

“Jae please let me know, what happened?” Tanya Shannon kesekian kalinya, ia menarik wajah suaminya dengan kedua tangan, membuat netra Jaehyun bertemu dengan milik sang puan.

Merah. Mata Jaehyun merah. Menahan emosi disana.

“Let me know, what happened?” Tanya Shannon lagi.

“Jungwoo bilang dia ngga nyesel. Jungwoo bilang dia ngga nyesel hancurin mimpi gue Shan. Jungwoo bilang dia ngga nyesel hancurin mimpi temen temennya” Ucap Jaehyun menahan segala air mata. Shannon masih diam, melepaskan wajah yang ia pegang, mencoba mencari penjelasan lebih panjang.

“Jungwoo, suami Lia, papanya Noah. Temen lo itu, temen lo itu temen gue Shan. Dia hancurin mimpi gue sama anak anak” Ucap Jaehyun.

“Gue ngga tau Jae, gue ngga paham” Ucap Shannon.

“Jungwoo pernah jadi roomate gue di Aussie. Kita punya mimpi, kita punya cita cita Shan. Gue, dia, Johnny, Doyoung, Yuta, Taeyong. Kita punya mimpi sama sama” Ucap Jaehyun nadanya sedikit naik. Emosi.

“Pride gue tinggi Shan. Pride kita tinggi. Kita laki laki, anak orang bernama. Orang tua kita bukan sembarangan. Kita ngga mau hidup numpang nama orang tua” Muali Jaehyun.

“Kita mau bangun punya kita sendiri. Ber 5. Kita siapin semuanya. Kita siap. Hacktaton hal kecil buat kita. Tapi Jungwoo pergi. Pergi gitu aja ngga ada kabar. Semua kunci dia yang pegang. Keteteran Shan. Kita coba backup posisi dia tapi tetep gabisa. Kita dikeluarin, investasi dicabut, kita harus balikin, mana kita gabisa kerja gara gara itu. Image kita udah gabisa dipercaya Shan. 22 tahun tau apa gue? Gue sama temen temen terlantar di negara orang” Jelas Jaehyun.

“Gue gagal buktiin ke papa mama kalo gue bisa. Gue gagal berdiri di kaki gue sendiri. Gue gagal Shan” Jaehyun mulai meloloskan air matanya. Mengingat kenangan pedih sekitar 4 tahun lalu yang ia jalani bersama 3 orang temannya.

Shannon memeluk daksa sang pria kuat kuat. Punggungnya ditepuk tepuk.

“Berat ya J, pasti” Ucap Shannon.

“Gue gagal gara gara dia, dan lo tau dia bilang apa? Dia ngga nyesel Shan. Dia ngga nyesel” Tegas Jaehyun. Shannon memeluknya kembali. Mencoba menyalurkan ketenangan.

Dari sana Shannon tau. Hidup Jaehyun tak kalah mengenaskannya dari miliknya. Mimpi, cita cita, pride, masa muda. Sama saja. Dari sana Shannon tau. Jaehyun juga pernah rapuh.

“Ma, nanti ada imo juga ya?” Tanya Noah pada mamanya di jok depan dan papanya yang sedang fokus ke jalanan. Biasanya Jungwoo akan menanggapi atau membuat suasana menjadi cair. Tapi sejak menerima pesan dari Shannon 2 hari yang lalu ia menjadi banyak diam.

“Ada No” Jawab sang mama.

“Om Jaehyun?”

“Ada sayang”

“Yeayyy, nanti mau main”

“Iya Noah” Jawab mamanya lagi.

“Kenapa si yang?” Tanya Lia pada suaminya.

“Kenapa?” Tanya Jungwoo balik.

“Ya kenapa diem aja dari kemaren lo. Banyak pikiran? Kenapa?”

“Engga, nggapapa” Jawab Jungwoo singkat. Lalu dirinya diam lagi.


“Jeno Ilora jadi ikut?” Tanya Jaehyun. Pandangannya fokus pada jalan.

“Ngga, ngga diajakin nanti rame banget”

“Oke” Jawabnya lagi. Sama perti Jungwoo, 2 hari ini Jaehyun lebih banyak diamnya. Shannon juga tidak mau terlalu mencampuri urusan suaminya. Shannon asumsikan Jaehyun sedang banyak beban pikiran kantor.


“Imoo, imoo ada semut liat” Teriak Noah kepada bibinya. Kini mereka telah menggelar matras, mengeluarkan bekal di sebuah taman yang cukup ramai mengingat ini adalah hari minggu.

“No, jangan lari lari mama cape” Ucap Lia kepada anaknya.

“Yang anakmu, aduh, ngos ngosan, padahal gitu aja” Ucap Lia pada suaminya.

“Sama gue aja. Noah ayo sama Imo” Teriak Shannon seraya bangkit dari duduknya dan mengejar Noah yang sudah asik berlarian kesana kemari.

“Yakan, apa mama bilang kan” Ucap Lia menyusul. Menyaksikan anaknya yang jatuh di rumput tetapi tidak menangis.

Kini hanya tersisa dua manusia. Para suami yang sedari tadi menyimpan suara. Sejak pertemuan keduanya pagi ini, mereka hanya saling sapa lalu kembali diam. Tidak ada percakapan bahkan kontak mata. Jaehyun dan Jungwoo.

Jungwoo terkekeh. Telah diterima olehnya sebuah Coca-Cola uluran dari teman lamanya. Jaehyun.

“Masi suka kan?” Tanya Jaehyun kepada Jungwoo. Tatapnya mengarah kedepan.

“Masih” Jungwoo juga tak mengalihkan pandangannya untuk melihat Jaehyun.

“Gimana kabar?” Tanya Jaehyun.

“Baik” Jawab Jungwoo.

“Bahagia banget ya lo” Jawab Jaehyun. Hening kembali.

“Anak anak gimana kabarnya?” Tanya Jungwoo

“Baik. Jo pegang punya papanya, doy juga, yuta juga, taeyong masih sama gue” Jawab Jaehyun. Jungwoo diam, ia hanya mengangguk angguk.

“Ngga kangen anak anak lo?” Tanya Jaehyun.

“Masih boleh gue ketemu mereka?”

“Abis ninggalin dan hampir bikin kita gabisa dapet kerja? Bahkan bikin kaya orang ga punya harapan buat hidup? Harusnya ngga bisa” Jawab Jaehyun. Jungwoo diam. Jaehyun diam. Hening. Hanya ada suara suara orang lain yang kebetulan juga sedang berada disana.

“Sorry Jae” Ucap Jungwoo akhirnya.

“Ngapain? Harusnya lo bilang itu dari dulu”

“Gue ngga tau harus gimana lagi saat itu” Jawab Jungwoo.

“Yang ada dipikiran gue cuman gimana Lia sama anak gue bisa hidup, layak, cukup, bahagia. Gue ngorbanin orang orang penting dihidup gue buat orang penting lainnya. Sorry” Jelas Jungwoo.

“Lo bisa ngomong dari awal wu. Ngga tiba tiba ngga ada kabar gitu. Kita ber 4 keteteran ngisi posisi lo” Ucap Jaehyun, kini ia memalingkan pandangannya ke arah Jungwoo.

“Gue ngerasa gue pengecut banget pas bikin Lia jadi kaya gitu. Gue ngerasa gue harus tanggung jawab sama itu Jae. Lia hamil anak gue. Gue gabisa ninggalin dia sendirian. Sorry karena gue malah ninggalin kalian. Tapi gue ngga nyesel Jae.” Jawab Jungwoo.

Jaehyun menatap mata Jungwoo dalam dalam. Mencoba memahami maksud perkataannya. Gue ngga nyesel Jae sedikit terdengar seperti omongan orang gila untuk Jaehyun. Pasalnya Jungwoo, Jaehyun, Johnny, Yuta dan Taeyong telah berjanji untuk memulai stratup mereka sendiri. Namun tiba tiba Jungwoo izin pamit kembali ke tanah air dan tidak pernah menampakkan diri lagi.

Jaehyun dan teman temannya di Australia hancur. Investor telah di dapat, persiapan dilakukan, tetapi teman mereka tidak kembali. Jungwoo merupakan kunci dari keberhasilan project mereka kala itu. Tapi Jungwoo pergi. Bahkan Jaehyun dan kawan kawannya hampir tidak bisa bekerja dan harus mengembalikan uang investor yang telah ia terima.

“Semoga lo sehat, bahagia terus Wu” Ucap Jaehyun bangkit. Jungwoo masih diam, terduduk. Mencerna kembali kata katanya.

“Udah Noah duduk aja sini, makan aja sama sama jangan lari larian kotor.” Ucap Lia. Noah tengah digandeng olehnya dan Shannon kembali menuju matras. Shannon melihat suaminya beranjak lalu bertanya

“Kemana tu?” Tanya Shannon pada Jungwoo. Tidak ada jawaban. Jungwoo hanya menggendikkan bahunya. Shannon lalu menyambar tas dan berlari mengejar sang suami.

“Langsung ngantor?” Tanya Jaehyun begitu mereka masuk rumah mereka sendiri pagi ini.

“Ya gimana kan kemaren diringgal”

“Oh yaudah” Jawabnya singkat. Mereka sudah mandi, sudah sarapan, hanya tinggal berganti pakaian. Shannon lalu lagsung melengos begitu saja melesat ke atas menuju kamarnya. Jaehyun masih di bawah, duduk sebentar di sofa sambil memainkan hpnya.

Krekk pintu kamar Shannon terbuka. Lalu tak lama ia keluar dari kamarnya dan mengetuk pintu kamar Jaehyun lalu tanpa ada balasan ia segera masuk. Jaehyun masih duduk di sofa menatap ke atas keheranan.

“Bajunya yang itu udah gue siapin. Buruan ganti terus berangkat. Jangan mentang mentang bos, ngantor seenak jidat sendiri” Kata Shannon lalu langsung masuk kembali ke kamarnya. Jaehyun tersenyum, lalu bangkit dan segera melakukan aktifitasnya.


“Bener kan?” Tanya Taeyong tiba tiba kepada Jaehyun.

“Anjg kaget. Ngetuk pintu dulu kek. Main masuk aja”

“Kelamaan. Bener kan? Si Jungwoo kan?” Tanya Taeyong sembari menyerahkan beberapa berkas kepada Jaehyun lalu langsung duduk di sofa.

“Gatau. Belom nanya”

“Lah gimana si kan udah dibilangin tadi Jae, lu mah”

“Nyiapin mental dulu tai. Ngga sabaran banget lo”

“Ya gimana kita semua butuh penjelasan Jae. Ditinggalin gitu aja pas udah ada project, bahkan graduation aja ngga dateng. Bener bener ilang”

“Masih dendam lo yong?”

“Ya lo pikir aja sendiri, kita ber 4 hampir kena blacklist dari dunia perbisnisan kaya gini gara gara dia”

“Jungwoo pasti punya alesan yong, sabar dulu. Udah lo siapin mental aja dulu”

“Jangan lo belain terus” Ucap Taeyong sedikit emosi.

“Gue kangen banget sama dia. Sama kita ber5, tapi brengseknya kaga bisa dilupain sat” Ucap Taeyong

“Nanti gue tanya” Tutup Jaehyun akhirnya.

Shannon kini hanya dapat meringkuk di atas ranjang milik adiknya sambil memukul mukul punggungnya. Dapat ia dengar suara bunda, papa, ilora dan juga jaehyun dengan berbincang bincang di bawah ditutup dengan perginya bunda beserta keluarga ke puncak.

Papa memang selalu memilih untuk berangkat malam, guna menghindari kemacetan dan juga dapat langsung beristirahat agar kegiatan besoknya dapat berjalan dengan lancar.

“Tidur sini?” Tanya sebuah kepala yang menyempil dari balik pintu. Jaehyun.

“Hmm” balas Shannon.

“Kenapa?”

“Apanya?”

“Kenapa mukanya ditekuk gitu?” Tanya Jaehyun menyadari ulat tidak mengenakkan dari wajah istrinya yang tetapi meringkuk di atas ranjang.

“Gapapa”

“Serius kenapa?”

“Gapapa ah” Bentak Shannon.

“Okey okeyy” Jawab Jaehyun lalu menutup pintu dan menghilang dari peradaban.

Jarum jam menunjuk sekitar 12.30 dini hari. Shannon belum juga tidur. Ia putuskan ke dapur untuk mengambil sedikit air.

“Ngapain?” Tanya Shannon ketika mendapati suaminya sedang duduk di maja makan dengan tablet dan kaca mata dengan penerangan seadanya.

“Ngapain belom tidur?” Jawab Jaehyun.

“Ditanya tu dijawab. Ngapain? “

“Ngecek kerjaan. Lo ngapain?”

“Minum” jawab Shannon singkat sambil masih terus memukul mukul punggungnya.

“Kenapa punggung lo?”

“Sakit” Jawabnya masih singkat

“Kenapa si Shan? Kesel banget” Tanya Jaehyun. Shannon tidak menjawab dan menatap ke arahnya. Matanya berkaca kaca. Hening beberapa saat.

“Bunda sama Ilora malah pergi masa” Jawab Shannon akhirnya, suaranya bergetar. Menahan tangis.

“Ya lo diajakin juga ngga pernah mau kata bunda”

“Ya kenapa harus sekarang, gue lagi pms, punggung gue udah kaya mau copot malah ditinggal” Ucap Shannon akhirnya. Kesal. Air matanya lolos setetes.

“Sini gue bantuin. Gue harus apa Shan? Gue harus gimana biar punggung lo enakan?” Tanya Jaehyun sabar.

“Usep usepin” Jawab Shannon.

Shan?


“Emang harus begini?” Tanya Jaehyun.

“Iya” Jawab Shannon singkat.

Kini keduanya sudah berada di kamar Shannon. Shannon membelakangi Jaehyun sehingga Jaehyun dapat mengusap punggung Shannon dengan tangan kirinya, sementara tangan kanan ia gunakan untuk mengikuti pergerakan tablet pekerjaanya.

“Lo kan tingga sendiri. Kalo sakit begini siapa yg ngusep ngusep?” Tanya Jaehyun.

“Ilora, tapi pas dia ke Aussie, Lia”

“Lo tidur bertiga?” Tanya Jaehyun kaget.

“Lia gue suruh ke unit. Orang cuman beda lantai aja, dodol”

“Ya kan gatau. Lia ke unit tiap bulan?” Tanya Jaehyun lagi. Tangannya masih setiap di punggung Shannon.

“Engga, biasanya gue cuman marah marah aja, jerawatan, gitu gitu. Sakit punggung gini tu ngga tiap bulan J, ngga tiap mens”

“Mama biasa sakitnya di perut tu Shan”

“Yakan gue bukan mama lo”

“Ya maksudnya ndoro, cewe cewe biasa kan di perut bukan di punggung. Ya tapi wajar si, lo kan ngga biasa”

“Mulut dijaga. Emang beda beda Jae, ada yang sakit perut, delepan namanya, ada yang pegel pegel, ada yang jerawatan, ada yang insom, panas, banyak deh”

“Lo juga semua itu?”

“Ngga,ngga semua, gatau gue gaperna delepan dari awal halangan. Tapi ya gini punggung gue kaya mau copot, pegel banget”

“Mau ngga sakit lagi ngga?”

“Impossible dude”

“Serius gue tau caranya”

“Gimana?”

“Hamil anak gue”

Plakkk

Shannon bangun dan memukul lengan Jaehyun.

“Lo kalo ngomong ngga pernah bismillah dulu ya?” Bentak Shannon. Jaehyun masih meringis kesakitan.

“Ya emang lo ngga mau punya anak? Sensi banget Ya Tuhan”

“Diem lo” Bentak Shannon dengan membaringkan kembali tubuhnya dan kembali memukul mukul punggung dengan tangannya sendiri. Dengan segera Jaehyun mengambil alih.

“Lo emang beneran ngga mau punya anak Shan?” Tanya Jaehyun. Hening beberapa saat.

“Lo mau?” Tanya Shannon.

“Ya mau”

“Yaudah”

“Ya lo mau ngga?”

“Ngga tau.”

“Kok ngga tau?”

“Jae please gue ngantuk”

“Okey okeyy, good night”

“Too” Tutup Shannon akhirnya. Sebenarnya ia ingin membicarakan perihal anak ini dengan Jaehyun dari awal. Tetapi menurutnya tidak etis. Karena mereka belum terlalu mengenal dan Shannon tidak mau dicap sebagai cewek agresif karena sudah membahas masalah anak di awal pertemuan.

Malam ini pun begitu. Waktunya tidak pas. Shannon sedang tidak ingin berbicara terlalu banyak. Punggungnya pegal.

“Shan? Sleep?” Tanya Jaehyun setelah beberapa waktu. Tidak ada jawaban, deruan nafas pelan dan teratur terdengar di telingganya.

“Oke, good night” Ucap Jaehyun lalu mencium pelipis Shannon. Tangannya kebas, tetapi tetap ia gunakan untuk mengusap punggung Shannon dan sesekali memukul kecil. Tangan Jaehyun menggantung di pinggang Shannon secara tidak sengaja. Secara tidak sengaja, di tengah tengah tidur mereka. Jaehyun memeluk istrinya.

“Bunda, bunnn. Anakmu pulang nih” Teriak Ilora begitu melihat kakaknya masuk rumah.

“Teriak teriak mulu kaya di kebun binatang” Jawab sang kakak.

“Lah ini binatangnya dateng”

“Kurang ajar. Bunda mana?” Tanya Shannon.

“Ya makannya ini diteriakin” Jawab sang adik. Jaehyun hanya tertawa melihat interaksi dua kakak beradik ini.

“Udah sehat? Katanya lagi sakit” Tanya sang Bunda kepada Jaehyun. Bunda baru masuk dari pintu samping, lengkap dengan pakaian berkebunnya.

“Ngga kok bun. Cuman kurang tidur aja”

“Ohhh, wajar. Shannon mana?” Tanya sang Bunda.

“Kulkas bunda kosong banget abis ini pasti, nanti kita makan apa coba? Kan bener kan, mbak lo ya, yang itu punya gue. ” Ucap Ilora kepada kakaknya, yang ternyata sudah melipir ke dapur karena hanya sarapan sedikit dan mencomot kue tart berukuran mini.

“Apasih orang makan dikit. Lo tiap hari makan tinggal makan juga jangan ngerasa jadi yang paling sengsara. Yang masak bunda” Balas Shannon, nada bicaranya sedikit meninggi lantaran perutnya setengah keroncongan.

“Wiss, gelud teros” Ucap sang bunda menghampiri kedua putrinya, disusul Jaehyun di belakang.

“Ini kalo mbaknya ngga bisa diajak main rungsing ke bunda, mba suruh main bun, tanyain mba di rumah ngga, bun ada kakak ngga mau main sama mba. Giliran udah berdua gelud aja gaweannya” Omel sang bunda menirukan nada bicara Ilora.

“Main aja ke rumah Ra, dia paling pagi kantor, sore udah pulang kok, jarang keluar juga” Jawab Jaehyun sambil mengarahkan dagunya ke arah Shannon.

“Ngga. Pulang kantor cape, mau tidur” Jawab Shannon.

“Dih” Ucap Ilora kesal. Lalu ia meninggalkan dapur begitu saja.

“Bayi, kemana lo?” Teriak Shannon. Tidak ada jawaban. Shannon melanjutkan makannya.

“Maklumin ya Jae, mereka emang begitu. Ilora juga apa apa mbak nona, ini itu mba nona, omongan nona lebih didengerin dari pada bunda”

“Iya bun” Jawab Jaehyun sambil tersenyum. Ia sadar, sebenarnya Ilora cemburu kepadanya. Pasalnya sebelum menikah, Shannon memang menjadi 911 untuk Ilora bahkan sejak mereka kecil. Setelah memiliki Jaehyun sebagai suami ditambah pekerjaan kantornya yang semakin hari semakin menjadi jadi, mau tidak mau Shannon menjadi sangat jarang ada waktu bahkan hanya untuk bertemu dengan ilora.

“Nonton ngga?” Tanya Shannon kepada adiknya yang sekarang sedang menutup tubuhnya dengan selimut di kamar.

“Sama suami lo aja”

“Dihh, cemburu”

“Gak”

“Buruan gue ngga nanya 2 kali ya”

“The Nun?”

“Lagi? Astaga”

“Yaudah”

“Buruan ganti” Ucap Shannon akhirnya mengiyakan yang kemudian disusul oleh senyuman lebar Ilora dan beranjak untuk berganti pakaian.


“Allahulaila haila huwal khayul khayum”

“Lo udah nonton ini berapa kali si dek”

“Banyak, tapi tetep aja nakutin. Anjg, liat pas digerek tu tetep aja nyeremin mbak. Masa ada hantu di gereja” Jawab Ilora. Kini keduanya sedang duduk di banku paling atas. Hanya berdua. Shannon menyewa seluruh teater untuk dia dan adiknya.

“Ini ni, ini pintu masuk chapter selanjutnya ni pasti, ditengkuk mbak tu liat tu”

“Ga lo kasi tau gue juga udah apal hufttt”

“Kasian lo ganteng ganteng ketempelan siluman ular”

“Ketempelan lo juga ngga mau dia”

“Syaland, gue cantik”

“Cantik tapi ga punya cowo”

“Lo juga nikahnya dijodohin ya lo”

“Li jigi nikihnyi dijidihin yi li”

“Nye nye nyee”

Lalu setelahnya mereka kembali ke rumah. Seharian bersama Ilora sebenarnya adalah healing time untuk Shannon. Nonton, makan, lalu pulang adalah rutinitas yang biasa mereka jalani sebelum Ilora harus pergi ke negeri kangguru untuk melanjutkan pendidikannya. Namun ketika ia kembali, ia juga akan melakukan hal itu bersama kakaknya.

Di mobil.

“Mbak. Lo cinta ngga sama suami lo?” Tanya Ilora tiba tiba.

“Random banget”

“Jawab aja”

“Kenapa si”

“Gapapa. Lo masih bisa kok cerita cerita ke gue. Apapun” Ucap Ilora seakan tahu kakaknya sedang mencoba membereskan luka luka lama.

“Lo tau bukan cuma lo mbak. Gue juga. Tapi kalo gue liat lo berhasil, kayanya gue bisa percaya sama cinta” Ucap Ilora akhirnya.

Gue ngga tau dek. Gue ngga tau udah cinta, apa masih biasa aja, apa cuman suka, apa gimana gue juga ngga tau. Gue cuman yakin sekarang gue lagi berusaha buat inget lagi gimana rasanya sayang sama orang lain selain lo, bunda, lia, papa

“Berat banget temanya ya ibu ibu”

“Syaland.”

Sebenarnya ada sedikit perasaan lega dalam diri Shannon ketika tamu setiap bulannya datang pagi ini. Bagaimanapun juga, Ghea merupakan satu dari banyaknya bagian hidup Jaehyun. Ghea satu satunya orang yang membuat Jaehyun berjanji dan Jaehyun tidak pernah main main akan ucapannya.

Shannon belum seyakin itu. Shannon belum seberani itu untuk menaruh kembali hatinya, kepercayaannya, waktu, cintanya kepada orang lain. Shannon lagi lagi takut apabila Jaehyun menaruh harapan tinggi kepadanya karena ia sudah mau bertemu dengan Ghea.

Ghea, kesanannya nanti dulu ya. Maaf labil. Takut banget. Kakakmu nyeremin

Setelah menyelesaikan pekerjaannya di dapur, Shannon pun naik menuju kamar suaminya membawa mortir, air, dan bubur yang telah ia masak sejak tadi.

Jaehyun tersenyum ketika istrinya membuka pintu, membawa nampan. Lalu tiba tiba ulat wajahnya berubah tatkala mendapati sebuah benda putih ikut rombongan nampan yang Shannon bawa.

“Shan, Tuhan kasih gue wajah tampan, kaya, image gagah berani. Tapi Dia juga kasih gue ade yang ngga tau diri” Ucap Jaehyun memelas ketika ia sadar bahwa benda putih tersebut adalah sebuah mortir yang selalu ia gunakan untuk menghancurkan obatnya.

“Lo serius ngga bisa minum obat?”

“Bukan ngga bisa, takut aja”

“Sama aja. Ini makan dulu” Ucap Shannon menyodorkan buburnya. Tidak percaya diri dengan hasil tangannya tapi yaudah lah trobos ae.

“Suapin”

“Seriously?” Tanya Shannon dan Jaehyun hanya mengangguk.

Setelah semua bubur telah mengosongkan mangkok lalu Shannon mulai menghaluskan obat milik Jaehyun.

“Enak” Ucap Jaehyun. Shannon sengaja tidak bertanya karena ia belum siap dengan review asli dari mulut suaminya.

“Bohong dosa”

“Seriusan. Lo aslinya bisa masak kan?”

“Dibilangin gue tu bisa, cuman ngga mau aja”

“Mauin dong mulai sekarang”

“Dih, merintah”

“Seriusan Shan. Gue liat lo punya bakat”

“Makasi. Ni obatnya” Shannon tersenyum. Mungkin seperti perasaan bundanya ketika ia berkata bahwa masakannya enak. Lalu berakhir dengan 2 minggu berturut turut memakan masakan yang sama :)

Jaehyun selesai dengan obat.

“Pait banget, permennya mana?”

“Astaga, pake permen juga?” Tanya Shannon keheranan

“Ya ngga ada J-”

Cupp Jaehyun mengecup bibir merah Shannon.

“Gantinya permen” Ucap Jaehyun. Shannon terpaku, otaknya masih mencerna apa yang baru saja terjadi.

“Seneng banget si mukul orang” Kata Jaehyun yang sekarang menahan tangan Shannon yang akan memukulnya dengan lesung pipi di wajahnya.

“Berani ya lo”

“Shapes of protection”

“Protection apaan?”

“Dari pada nanti diduluin cowo lain, mending buat suami sendiri dulu kan ?”

“Nuduh gue selingkuh lo?”

“Sapa bilang?”

“Ya terus cowo lain siapa?”

“Anak kita”

Deg


Jaehyun kini terus tersenyum memandang istrinya yang berbaring di ranjang bersamanya. Walau sudah mengantuk tapi Shannon tetap nekat scrolling timeline.

“Udahan Shan” Ucap Jaehyun.

“Mau tidur” Ucapnya lagi

“Yaudah merem”

“Peluk”

“Sumpah lo manja banget J”

“Dih, yaudah”

“Btw J, kapan kita ke tempat Ghea?” Tanya Shannon. Jaehyun lalu membalikkan badanya menjadi menatap langit langit kamar.

“Besok mau?”

“Lo masih sakit”

“Besok sembuh kalo malem ini lo peluk gue”

“We'll see” Jawab Shannon enteng. Mereka sama sama menatap langit langit. Hening sejenak.

“Kalo masi ada Ghea sekarang kaya gimana ya J?” Celetuk Shannon tiba tiba. Jaehyun bergerak, mencari posisi nyamannya.

“Baru lulus. Gue yakin kalo masih ada tu anak sekarang lagi bertengkar sama mama teriak teriakan pake urat sampe ototnya di leher keluar semua” Jawab Jaehyun. Shannon menoleh.

“Mama pasti ngeyel banget minta Ghea ikut urusin bisnis tapi Ghea juga ngeyel nglamar kerja sana sini buat jadi arkeolog”

“Arkeolog?” Tanya Shannon.

“Heem. Ghea suka banget sama dinosaurs, dari kecil. Gue yakin si dia juga kalo kuliah ga mau ambil bisnis kaya gue sama Jeno” Ucap Jaehyun.

Shannon tiba tiba memeluk Jaehyun dari samping.

“Sorry”

“It's ok. Ngga lo tanya pun gue selalu kepikiran. Kalo masi ada Ghea juga lo kayanya sekarang ngga ada disini Shan” Lanjut Jaehyun.

“What you mean?”

“Ghea pasti ngomel ngomel ke lo karna mau ambil kakaknya dari dia wkwk. Rebutan dah tu berdua”

“Hahah make sense. Jeno juga pas mau akad kita, chat juga”

“Lah serius ? Ilora juga”

“Serius? Kenapa adek gue tsundere abiez si”

“Hahahah” tawa mereka berdua.

“Btw J, bunda minta gue balik. Tapi gue bilang tanya lo dulu. Emang udah lama banget si ngga balik”

“Yaudah besok dari Ghea langsung ke bunda aja”

“Lo yakin banget deh kalo besok udah mendingan”

“We'll see”

“K”

“Lo emang suka peluk peluk orang gini ya? ” Tanya Jaehyun.

“Ngga suka. Tapi biar lo cepet sembuh aja” Jawab Shannon. Malu.

“Hahah oke, good night” Balas Jaehyun yang juga membalas pelukan Shannon dan memberikan good night kissnya.

“Good night, get well fast, J.”

Begitulah kira kira kehidupan rumah tangga Shannon dan Jaehyun selama dua bulan terakhir. Ya, tidak terasa mereka telah hidup sebagai seorang suami dan istri selama dua bulan. Hingga tiba tiba siang ini, Shannon dengan cepat membawa mobilnya menuju kantor Jaehyun setelah menerima telvon dari seseorang.

“Jaehyun mana? Kenapa bisa gini yong?” Tanya Shannon ketika ia melihat suaminya sedang tertidur dengan infus dan berbaring di atas sofa. Panik.

“Ambruk tiba tiba pas meeting tadi. Jangan panik dulu. Udah ditanganin dokter kok. Kata dia Jaehyun kekurangan gizi Shan plus akhir2ini hectic banget di kantor kan. Ini dia jarang makan di rumah apa gimana?” Jelas Taeyong. Shannon diam. Ia memang tau bahwa Jaehyun sering pulang larut malam akhir akhir ini, tetapi tidak terlalu Shannon hiraukan karena toh Jaehyun terlihat baik baik saja dan masih selalu melakukan tugasnya. Memasak untuk Shannon.

“Ini obat sama vitaminnya Shan. Dari dokter juga kok, dokter pribadi suami lo, jadi aman” Jelas Taeyong. Lagi, Shannon hanya diam. Ia bahkan tidak tahu suaminya ini memiliki dokter pribadi.

“Oh iya makasi yong. Btw lo bisa bantu gue bawa J ke mobil ngga? Gue angkut pulang aja ya?” Tanya Shannon.

“Oh oke” Jawab Taeyong yang kemudian ditinggal Shannon. Taeyong kebingungan

Suruh bantu tapi malah ninggal, gimana si, sebenernya yang punya suami siapa?


“Bisa nyetir ngga?” Tanya Jaehyun dalam mobil.

“Bisa”

“Oke, drive safe” Balas Jaehyun lalu ia memejamkan matanya lagi. Kepalanya nyut nyutan. Sepanjang perjalanan keduanya diam seribu bahasa. Jaehyun yang memang sedang tidak mood berbicara karena menahan rasa sakitnya dan Shannon, yang entah kenapa.

20 menit kemudian keduanya sudah sampai di rumah. Tanpa dibantu oleh Shannon, Jaehyun keluar dari mobil sendiri dan langsung menuju ke kamarnya. Shannon yang melihat itu lantas mengikuti Jaehyun dan memperhatikannya.

Jaehyun melepas sepatunya. Membuka kancing tangannya, melonggarkan dasi, meneguk air lalu membaringkan diri. Shannon melihat itu semua dengan masih berdiri di depan kamar Jaehyun yang sekarang pintunya memang tidak ditutup. Sadar sedang diperhatikan, akhirnya Jaehyun membuka obrolan.

“Kenapa Shan?”

“Lo kenapa?” Tanya Shannon, suaranya bergetar.

“Apaa? Ga kedengeran. Lo ngapain nganyer disitu, masuk sini” Ucap Jaehyun. Menurut, Shannon masuk dan berdiri di samping ranjang Jaehyun.

“Kenapa?” Tanya Jaehyun lagi dengan mejamkan matanya. Tidak ada jawaban. Hanya ada suara isakan disana.

“Shan?” Jaehyun membuka matanya, ia saksikan seorang wanita yang telah sah menjadi istrinya itu kini sedang diselimuti air mata diseluruh wajahnya. Shannon lalu membalikkan diri dan berjongkok. Memeluk kedua lututnya. Menangis.

“Shan? Kenapa?” Tanya Jaehyun bangkit dengan sekuat tenaga.

“Shan, astaga berat banget, sini” Jaehyun menarik tangan Shannon. Dibawanya sang puan untuk duduk di atas ranjang dan berbincang perihal air mata yang tiba tiba lolos tanpa sebab.

“Kenapa?” Tanya Jaehyun lagi sambil sedikit membungkuk untuk mencari mata Shannon. Shannon masih terisak dan menundukan kepalanya.

“Gue takut. Lo kenapa sakit? Lo kenapa? Kalo lo kenapa napa beneran gimana?” Jawab dan tanya Shannon akhirnya membuka suara.

“Haa?”

“Gue takut lo kenapa napa, lo kenapa sakit? Gue ngga becus ya jadi istri? Gue bahkan ngga pernah urusin lo. Maaf” Ucap Shannon sambil menangis.

Perasaan amat bersalah menyelimuti dirinya. Shannon sadar selama dua bulan terakhir ini dia memang selalu dijaga dan dirawat oleh Jaehyun. Namun ia tidak pernah merawat dan menjaga Jaehyun. Shannon merasa seperti mendapatkan seorang ibu ketika ia menikah. Pulang ke rumah yang sudah menyala lampunya. Lapar sudah ada yang memasak. Lelah sudah ada bahu yang bisa dipinjam sebentar. Namun ia sadar ia tidak melakukan apapun untuk Jaehyun. Ia hanya bersih bersih rumah dan memberikan semua bebannya untuk dibagi dengan Jaehyun, tapi tidak pernah menerima beban milik Jaehyun. Shannon tidak pernah perduli.

Jaehyun tidak menjawab. Ia menarik daksa istrinya ke dekapannya. Diusapnya rambut halus milik Shannon. Ditepuk tepuk punggungnya sehingga Shannon merasa sedikit lega.

“Hehe, nggapapa Shan. Gue seneng lo udah mau bergantung ke gue. Gue nggapapa”

“Bohong. Lo sakit”

“Nanti sembuh”

“Sekarang gue yang masak. Gue yang siapin baju baju lo. Gue yang ambil alih ini rumah. Semuanya. Lo kerja aja” Jawab Shannon.

“Emang bisa? Setengah setengah sama gue”

“Gamau. Pokonya gue urusin lo” Jawab Shannon.

“Hahhaha iyaa, bawel” Jawab Jaehyun dengan mencubit pipi Shannon. Gemas.

“Tapi nanti kalo gue tanya jawab ya J”

“Iyaaa” Jawab Jaehyun kembali.

“Btw jobdesk istri apa aja si? Selain itu tadi?” tanya Shannon.

“Bikin anak sama suami?” Jawab Jaehyun.

Plakk

Ya benar. Jaehyun kena pukul Shannon lagi

“Aww sakit. Gue lagi sakit Shan tega lo” Ucap Jaehyun sambil merebahkan dirinya.

“Maaf” Jawab Shannon. Suaranya mulai bergetar lagi.

“Lah, nangis lagi, sini” Ucap Jaehyun sambil menarik tangan Shannon sehingga sang puan jatuh dan ikut merebahkan diri.

Jaehyun menatap mata Shannon lekat lekat. Begitu pula dengan Shannon. Keduanya diam. Tenggelam dalam pikiran mereka masing masing.

“Shan, gue boleh jagain lo ngga?” Tanya Jaehyun. Kini tangannya sudah naik ke kepala Shannon. Mencoba merapikan anak anak rambut.

“Gue boleh jagain lo ngga? Lo banyak takutnya” Ucapnya kembali.

Shannon masih diam.

Lo ketakutan terbesar gue, J

Beribu pikiran tiba tiba menghampiri Shannon. Ia sangat ingin mengiyakan pertanyaan Jaehyun. Tetapi tiba tiba reka adegan dimana bunda dan ayahnya bertengkar, reka adegan dimana ia menjaga Ilora sendirian muncul dikapalanya. Takut, rasa itu muncul kembali.

But if you never try you never know

“Boleh” Jawab Shannon akhirnya. Sore itu Shannon dengan sengaja menyelam lebih dalam ke ketakutannya. Berbekal rasa percaya, ia dengan sengaja menghancurkan tembok pertahananya.

Cuppp

Jaehyun mencium kening Shannon. Memeluknya erat seakan tidak ada yang boleh mengambil Shannon saat ini. Matanya terpejam, mencoba menikmati denyutan di kepalanya. Shannon membalas pelukannya.

“J, belom ganti baju”

“Gapapa”

“Nanti kusut”

“Tinggal setrika”

“J, gue masi pake makeup”

“Nanti kan mandi”

“J, lo denger suara jantung gue ngga?”

Jaehyun tersenyum.

“Punya gue lebih keras” Jawab Jaehyun.

Jantung mereka bekerja dua kali lipat dari biasanya. Beribu ribu kupu kupu sedang menghajar habus habisan organ dalam perut mereka. Sore itu mereka menautkan rasa dan tertidur berdua, menikmati, menyesali, memperbaiki apa yang mereka punya.