raellee

Keluarga kecil sedang melakukan sarapan pagi ala ala sinteron Indonesia. Bedanya tidak ada denting piring yang beradu dengan tenang. Walau sudah bisa makan sendiri dan tanpa bantuan orang lain. Baik Jodi maupun Samara masih sama sama sering mencecerkan makanan mereka.

Jaehyun duduk di samping kanan istrinya. Sementara samping kanannya lagi Samara. Sementara Jodi si merasa sudah besar duduk di samping kiri sang mama. Jika dilihat dari urutan paling kiri maka Samara, disusul sang papa, Shannon, dan si kakak tertua, Jodi.

Setelan kerjanya sudah on point dibawa oleh daksa tegap miliknya. Jas sudah dipakai, jam tangan telah dikenakan, dasi terpasang rapi. Sementara Shannon masih dengan pakaian rumahnya namun sudah mandi. Kegiatan pagi mereka sudah jauh berbeda sejak tiga tahun yang lalu ketika anak mereka lahir. Mulanya Shannon yang bangun pagi lalu menyiapkan sarapan dan kebutuhan sang suami serta miliknya untuk berangkat bekerja. Namun ketika Jodi dan Samara datang ke dunia. Pagi hari adalah milik Jaehyun.

Jaehyun bangun lalu mengurus kedua anaknya. Memvangunkan serta memandikan. Tidak ada yang bisa ia perbuat untuk meringankan beban sang istri pikirnya. Siang hari adalah milik Shannon seutuhnya, menjaga anak sembari bekerja bukanlah hal yang mudah. Jadi ketika ia bisa membantu, kenapa tidak. Sementara itu, Shannon akan mengambil waktunya untuk sekedar bermain hp sebentar lalu mandi dan menyiapkan perlengkapan sang suami. Karena miliknya fleksibel, bekerja dari rumah.

Kembali kepada Jodi Samara dan kedua orang tuanya.

“Pee” Kata Samara. Baik Jaehyun maupun Shannon buru buru menyelesaikan makanan dalam mulutnya dan berdiri. Jaehyun kemudian membuka jasnya. Namun kalah cepat dengan si mama.

“Yok, ayok” Kata Shannon mendahului sang suami sembari mengadahkan tangan pertanda meminta anak perempuannya untuk digendong. Samara menggeleng dengen cepat.

“Papa, sama papaa” Katanya.

“Aaaaaaaaa. Mam aaaa” Kata Jodi disebrang sana. Seketika itu Jaehyun memgambil alih piring si sulung. Berbeda dengan Samara, ia sudah benar benar tidak mau disuapi oleh siapapun bahkan ketika setengah makanannya sudah jatuh ke meja. Jodi, menjadi lebih manja dengan tetap meminta disuapi oleh sang mama, terutama.

“Mama, mama aaaa mam” Katanya sembari membuang muka uluran sendok dari Jaehyun.

“Pee papa pee” Rengek si kecil.

“Adek sama mama. Papa udah siap, ayo adek” Kata Shannon. Tegas.

“Aemmm!” Si sulung agaknya mulai kesal.

“Ga mauuuu” Kata Samara. Lalu Shannon membisikan sesuatu ke telinga sang anak. Entah magic word seperti apa yang kemudian berhasil membujuk sang anak perempuan. Samara kemudia membuka tangannya ke arah sang mama tanda minta diangkat.

Dengan cekatan Shannon mengangkat anak perempuannya yang tersenyum ria, lalu menghampiri si sulung danenyuapkan sesendok nasi lalu berlalu ke kamar mandi. Jaehyun tersenyum.

Keluarga kecil sedang melakukan sarapan pagi ala ala sinteron Indonesia. Bedanya tidak ada denting piring yang beradu dengan tenang. Walau sudah bisa makan sendiri dan tanpa bantuan orang lain. Baik Jodi maupun Samara masih sama sama sering mencecerkan makanan mereka.

Jaehyun duduk di samping kanan istrinya. Sementara samping kanannya lagi Samara. Sementara Jodi si merasa sudah besar duduk di samping kiri sang mama. Jika dilihat dari urutan paling kiri maka Samara, disusul sang papa, Shannon, dan si kakak tertua, Jodi.

Setelan kerjanya sudah on point dibawa oleh daksa tegap miliknya. Jas sudah dipakai, jam tangan telah dikenakan, dasi terpasang rapi. Sementara Shannon masih dengan pakaian rumahnya namun sudah mandi. Kegiatan pagi mereka sudah jauh berbeda sejak tiga tahun yang lalu ketika anak mereka lahir. Mulanya Shannon yang bangun pagi lalu menyiapkan sarapan dan kebutuhan sang suami serta miliknya untuk berangkat bekerja. Namun ketika Jodi dan Samara datang ke dunia. Pagi hari adalah milik Jaehyun.

Jaehyun bangun lalu mengurus kedua anaknya. Memvangunkan serta memandikan. Tidak ada yang bisa ia perbuat untuk meringankan beban sang istri pikirnya. Siang hari adalah milik Shannon seutuhnya, menjaga anak sembari bekerja bukanlah hal yang mudah. Jadi ketika ia bisa membantu, kenapa tidak. Sementara itu, Shannon akan mengambil waktunya untuk sekedar bermain hp sebentar lalu mandi dan menyiapkan perlengkapan sang suami. Karena miliknya fleksibel, bekerja dari rumah.

Kembali kepada Jodi Samara dan kedua orang tuanya.

“Pee” Kata Samara. Baik Jaehyun maupun Shannon buru buru menyelesaikan makanan dalam mulutnya dan berdiri. Jaehyun kemudian membuka jasnya. Namun kalah cepat dengan si mama.

“Yok, ayok” Kata Shannon mendahului sang suami sembari mengadahkan tangan pertanda meminta anak perempuannya untuk digendong. Samara menggeleng dengen cepat.

“Papa, sama papaa” Katanya.

“Aaaaaaaaa. Mam aaaa” Kata Jodi disebrang sana. Seketika itu Jaehyun memgambil alih piring si sulung. Berbeda dengan Samara, ia sudah benar benar tidak mau disuapi oleh siapapun bahkan ketika setengah makanannya sudah jatuh ke meja. Jodi, menjadi lebih manja dengan tetap meminta disuapi oleh sang mama, terutama.

“Mama, mama aaaa mam” Katanya sembari membuang muka uluran sendok dari Jaehyun.

“Pee papa pee” Rengek si kecil.

“Adek sama mama. Papa udah siap, ayo adek” Kata Shannon. Tegas.

“Aemmm!” Si sulung agaknya mulai kesal.

“Ga mauuuu” Kata Samara. Lalu Shannon membisikan sesuatu ke telinga sang anak. Entah magic word seperti apa yang kemudian berhasil membujuk sang anak perempuan. Samara kemudia membuka tangannya ke arah sang mama tanda minta diangkat.

Dengan cekatan Shannon mengangkat anak perempuannya yang tersenyum ria, lalu menghampiri si sulung danenyuapkan sesendok nasi lalu berlalu ke kamar mandi. Jaehyun tersenyum.

Shannon menarik rambut cepolnya pelan. Ia menutup matanya sejenak mencari ketenangan. Pakaiannya kini lusuh. Kemeja putih miliknya sudah kusut, bekas setrika tadi pagi sudah tidak terlihat lagi.

“Tidy up!” Teriak Jodi kepada adiknya. Samara malah asik tidur tiduran di lantai ruang bermain mereka sambil menghisap mainan berbentuk es krim dan membolak balikkan buku rusak yang tidak boleh ia dibuang. Sebenarnya juga tidak bisa membaca namun ia hanya melakukannya seperti sang mama membolak balik halaman apapun yang tercatat tulisan.

“Tidy up!!” Teriak Jodi lagi. Kini Samara bangkit lalu melemparkan mainan es krimnya ke wajah sang Kakak. Kena. Tangis Jodi pecah disana. Kedua tangan kecilnya pun ia bawa untuk menutup wajah basahnya. Shannon memejamkan mata sembari menarik nafasnya dalam dalam, mencoba menetralkan pikiran agar tidak meledak di hadapan dua anak tiga tahunnya.

“Cerewet!” Balas Samara berteriak tak kalah kencangnya. Wajahnya takut dan menahan tangis, air matanya sudah menggantung, sekali kedip jatuh. Jodi masih menangis dengan suara tertahan. Terisak namun tidak teriak teriak seperti anak kecil pada umumnya.

“Gimana ibu? Kalau oke besok ke kantor sebentar saja?” Kata seseorang di kejauhan sana. Tepatnya datang dari komputer Shannon di ruang kerja miliknya. Benar, tak lain dan bukan ia sedang melalukan zoom meet dengan pegawai kantornya. Semenjak memiliki anak. Shannon telah berkomitmen akan membesarkan mereka sendiri tanpa bantuan siapapun tak terkecuali suster. Mengandalkan WFH dan bantuan suaminya di pagi serta sore hari, Shannon berjanji akan membesarkan kedua anaknya sepenuh hati. Serta tak lupa tanggung jawabnya sebagai anak pertama di keluarga.

Huhhhhh

Shannon kemudian membuka matanya. Pikirannya belum sejernih semula namun sudah bisa digunakan untuk bergikir normal lagi. Tadinya, sejak insiden baku teriak antara si Kakak dan Adeknya, isi pikiran Shannon hanya bagaimana cara menghentikan kedua kekacauan ini.

“Adek. Adek ayo minta maaf” Kata Shannon dengan tetap berdiri di tempatnya. Tidak berniat mendekat kepada Jodi maupun Samara. Si anak hanya menatap kesal mamanya.

“Kalo salah gimana? Minta maaf sayang. Ayo minta maaf sama Kakak” Ulangnya.

“Gimana nanti pulangnya ngopi dulu ngga?” Suara Mark terdengar di kejauhan sana.

“Kakak” Panggil Shannon kepada putra sulungnya. Yang lebih dewasa memperlihatkan wajahnya. Seketika itu pula Shannon membelalakkan matanya. Dilihatkan darah segar mengucur dari kedua lubang hidung sang Kakak. Tidak berpikir macam macam ia bawa daksa kecil si sulung lalu berlari keluar ruangan. Didudukannya Jodi pada wastafel kamar mandi lalu membasuh wajah anak pertamanya dengan air yang mengalir.

Hati Shannon remuk seketika. Sepersekian detik ia melupakan bagaimana keadaan si anak perempuan. Bodo amatlah pikirannya. Yang ini lebih urgent dari si pelaku.

“Sakit kak? Sakit? Yang mana?” Katanya setelah darah berhenti dari hidung si sulung. Yang ditanya hanya menggelengkan kepala sambil sesekali menarik ingus yang akan keluar dari hidung kecilnya.

Samara tidak menangis. Ia menahan tangisnya sekuat mungkin. Ia tahu dirinya bersalah. Jaehyun selalu mengajari kedua anaknya ini untuk selalu bertanggung jawab tentang apapun yang mereka lakukan, sedini mungkin. Dalam otak Samara, bocah berusia tiga tahun ini, bertanggung jawab termasuk tidak menangis ketika ia berbuat salah karena dirinya lah si pelaku kenakalan.

“Adek. Minta maaf sama kakak” Kata Shannon kemudian menyadari kehadiran Samara diambang pintu. Ia sedang menatap kegiatan Mama dan Kakaknya. Samara tetap diam disana tidak menunjukkan gelagat apa apa selain bibirnya yang melengkung ke bawah, bukti tertahannya air mata.

“Samaraa” Panggil Shannon lagi. Samara kemudian melangkah maju. Kepalanya mendongak ke atas. Minta maaf termasuk tanggung jawab kata papa. Ia lalu mengulurkan tangannya ke arah sang Kakak.

“Salim” Katanya kemudian menyadari Jodi hanya menatap kesal dirinya.

“Ngga mau!” Teriak Jodi. Lalu ia meloncat ke bawah dan berlari ke luar kamar mandi meninggalkan Samara dan sang mama berdua saja. Sekali lagi, Samara hanya anak berusia tiga tahun. Sekuat apapun ia menahan air matanya tetap akan jatuh juga. Ia menangis dengan mulut terbuka lebar dan mata terpejam bahkan hampir tidak bersuara. Hati Shannon sakit lagi seketika. Ia meraih daksa kecil putrinya lalu memluknya erat sambil mengusap usap punggung mungil Samara.

“Adekkk” Panggil suara yang amat sangat ia cintai. Laki laki penolong yang selalu Samara puja puja. Papa. Jaehyun berdiri disana dengan mengandeng tangan anak laki lakinya. Di ambang pintu tempat Samara tadi berdiri.

Shannon sontak menolehkan kepalanya karena ia memunggungi pintu dan Samara menghadapnya. Keduanya menatap tepat ke sumber suara. Penyelamat datang. Tidak ada jawaban. Samara berlari ke arah sang Papa dan memeluk Jaehyun yang masih lengkap dengan setelan kerjanya. Si Papa juga kemudian berjongkok untuk menyamakan diri dengan tinggi kedua anaknya. Satu tangannya memeluk Samara sedangkan satu lagi mengandeng tangan Jodi. Ia kemudian menoleh ke sang mama. Shannon bardiri dan menaruh kedua tanggannya ke pinggang. Jaehyun tersenyum dibuatnya.


“Berarti siapa yang salah?” Tanya Jaehyun kepada kedua anaknya sambil berjalan di trotoar taman dekat rumah, dengan masing masing menyedot es krim di tangan mereka. Jodi si merasa sudah besar memilih untuk berjalan di depan. Sementara Samara si anak Papa tidak melepaskan genggaman ayahnya barang sedikitpun.

“Adek ngga mau tidy up” Kata Jodi berjalan mundur dengan menghadap ke si Papa. Jaehyun kemudian menghentikan langkahnya. Ia berjongkok untuk menangkap netra coklat Samara yang sama dengan miliknya. Jodi ikut mendekat.

“Adek ngga mau tidy up?” Tanya Jaehyun dengan lembut ke si anak perempuan.

“Ngantuk” Balasnya menatap sang Papa.

“Ini hmmmm ini” Jodi kemudian mendekat ke sang ayah. Mengadukan noda merah bekas darah akibat perbuatan Samara. Jaehyun mengusap hidung anak sulungnya.

“Adekkk, ayo mint maaf” Kata Jaehyun selanjutnya.

“Kan udah salim” Bela Samara seorang diri. Jaehyun sontak tertawa mendengar balasan anak perempuannya.

“Kakak. Tidy up! Tidy up!” Ucap Samara menirukan teriakan kakakknya beberapa waktu yang lalu. Jaehyun kemudian mengalihkan pandangannya ke arah sang kakak.

“Kakak ayo minta maaf dulu” Katanya kepada Jodi. Jodi menggelengkan kepalanya tegas. Ia merasa tidak melakukan kesalahan apa apa.

“Minta maaf sama adek. Ngga baik teriak teriak ya. Mama sama papa ngga pernah ngajarin teriak teriak kan? Hayoo” Balas Jaehyun lembut kepada anak laki lakinya. Jodi kemudian menatap Samara lekat lekat. Ada perasaan gengsi disana. Jodi merasa perkataan ayahnya benar. Orang tuanya tidak pernah sedikitpun berteriak di depan mereka. Namun lagi lagi, Jodi hanya anak berusia tiga tahun.

“Adek juga minta maaf sama kakak” Bujuk Jaehyun kepada Samara. Namun keduanya tetap diam saling memandang.

“Tadi udah salim” Bela Samara lagi.

“Tadi kan adek aja yang salim. Kakak belum saliman kan?” Tanya Jaehyun. Kemudian Jodi memindahkan pegangan es krin ke tangan kirinya. Tangan mungil kanannya ia gunakan untuk menjemput tangan kecil adiknya. Samara tersenyun lalu menyambar tangan kanan kakaknya. Baikan.

“Anak papa ini kalo begini. Kalo marah marah anak mama. Ngga boleh teriak teriak lagi ya, papa mama ngga pernah ngajarin begitu. Adek juga kalo ngantuk bilang, nap nap jangan diem aja Kakak ngga tau, ya?” Tanyanya kepada dua anaknya. Si anak mengangguk bersamaan. Lalu berbalik badan dan pulang dengan saling bergandeng tanga. Jaehyun tersenyum.

Gini aja mesti pake okol, shan shan.

“Awww sakit banget ma hiks” Kata Shannon kesakitan sembari menjauhkan Jodi dari pelukannya. Mama hanya ikut meringis melihat gelagat sakit menantunya.

“Ya emang gitu, pertama kali emang sakit gitu, kaya disilet ya?” Tanya Bunda sembari memberikan Shannon segelas air putih.

“Gapapa mba nanti juga terbiasa” Kata Ayah mengelap air mata Shannon yang jatuh akibat menahan perih di area putingnya karena Jodi harus mulai belajar mengasi kepadanya.

“Iiiiii sakit banget mbak?” Tanya Jisung melihat kakaknya yang menangis kesakitan yang lalu hanya dibalas anggukan oleh empunya. Baru Shannon rasakan sensasi mengasii untuk pertama kalinya. Ternyata lidah bayi amat sangat kasar.

“Gantian, gantian ini mau mim” Kata Ilora menyerahkan Samara kepada ibunya untuk bergantian belajar mengasi. Shannon seperti sudah tak sanggup melihat bayi lagi. Sakit sekali.

Ruangan VIP ini amat sangat besar untuk Shannon, Jaehyun, Jodi, dan Samara. Namun pagi ini setelah seluruh keluarga diberutahukan untuk datang. Kamar mewah ini mendadak menjadi amat sempit dan ramai.

“Hallooooooo” Kata Lia membuka pintu ruangan dengan menggendong Nicho dipelukannya dan Noah dituntun oleh Jungwoo.

“Noah sini Imo punya adek” Teriak Ilora bersemangat. Ilora masih perang dingin dengan sang ayah serta adik tirinya. Ia hanya melewati mereka tanpa berniat menyapa.

“Liatttt” Kata Noah bersemangat.

“Udah lama bun? Ayah, hallo om tante” Sapa Jungwoo kepada seluruh orang disana. Lalu ia bergabung bersama Ilora, Yuta dan Jeno yang sibuk bermain degan Jodi. Tidak, bukan bermain. Mereka hanya fokus melihat wajah bayi laki laki yang juga sibuk mengulat kesana kemari.

“Waduh nambah personil” Kata Jaehyun memasuki ruangan sembari membawa dua kresek putih besar berisi amunisi untuk tamu mereka ini. Serta di belakangnya ada Doyoung, Taeyong dan Johnny yang juga tak sabar melihat keponakan kembar mereka.

Makanan dibagikan. Ada yang sibuk berbincang ada yang sibuk berbicara ada yang sibuk menimang. Hectic sekali pikir Jaehyun. Sepersekian detik ia melupakan istrinya. Lalu buru buru dihampirinya sang puan yang hanya bisa berbaring sambil sedikit berdasar.

“Abis nangis?” Tanya Jaehyun. Shannon mengangguk. Kemudian ia memegang kedua dadanya menututpi sesuatu disana.

“Mas?” Kode Shannon kepada Jaehyun.

“Tembus lagi? Lancar banget asi kamu ya shan. Mau anaknya aja ngga? Dari pada ganti baju lagi baju kamu abis” Balas Jaehyun menawarkan. Yang kemudian dibalas dengan gelengan tegas oleh Shannon.

“Sakit tau. Sakit mereka berdua kalo nyusu” Balas Shannon kemudian.

“Masa? Kamu biasanya kalo sama aku engga tu, malah minta tambah” Balas Jaehyun jahil. Shannon sontak membelalakan kedua matanya. Menoleh ke kanan kiri mencoba melihat ada yang mendengar mereka atau tidak.

“Minta dislepet” Balasnya kemudian. Jaehyun lalu tertawa girang.

“Sini deh mas” Ajak Shannon kemudian menepuk tempat kosong disebelah ranjangnya. Jaehyun lalu mengambil duduk disana.

“Seru kayanya ya” Lanjut Shannon memeluk pinggang sang suami.

“Don't you want to stop the time? Just for a while?” Balas Jaehyun yang juga memeluk lengan sang istri. Keduanya duduk di ranjang rumah sakit. Melihat ke segala arah. Orang orang yang mereka sayangi berkumpul disini. Menyambut dua malaikat kecil mereka yang dalam mendapatkan perlu banyak adu otot. Rasanya tenang. Walau riuh tapi tenang.

Ada hal yang sudah selesai, ada hal yang tidak perlu diselesaikan. Biarkan mereka mengalir sebagimana mestinya. Biarkan bunda tetap menjadi protective, biarkan jeno tetap mengajak kedua keponakannya bersepeda, biarkan mama menikmati masa masa awal menjadi nenek, biarkan ayah memeluk kembali kehangatan, biarkan papa berganti status menjadi kakek, biarkan ilora tetap belum bisa memaafkan ayahnya, biarkan yuta tetap jatuh cinta sendirian, biarkan johnny menjadi paman dengan segala ekspetasinya, biarkan taeyong tetap bekerja, biarkan doyoung tetap pada pikiran kolotnya. Biarkan apa yang harus dibiarkan. Karena pada akhirnya, tidak semua muanya bisa kita selesaikan.

Kadang kadang ada beberapa hal dalam hidup yang memang sudah sepatutnya dibiarkan. Dibiarkan bersama lama lama saling suka. Dibiarkan mendekat lama lama mendekap.

“Shan, i love you” Kata Jaehyun menatap istrinya. Shannon mendongak.

“I love you more, J”

-yaudah, el.

Shannon tengah berdiri di hadapan 2 boxs bayi yang malam ini harus tidur dengan mereka. Wajahnya masih menelisik dimana letak lubang kecil hingga hidupnya berakhir seperti ini.

“Baik dokter, baik terima kasih banyak” Suara Jaehyun di luar ruangan sedang berbincang dengan Dokter Nug entah apa yang dibicarakan. Tetapi Shannon menangkap ada banyak nada suara bahagia dalam setiap kata yang keluar dari mulut Jaehyun.

Klekk

Pintu ditutup, perang dimulai.

“Sayangnya papa, sayangnya papaaa” Kata Jaehyun girang dengan nada suara yang lembut. Ia mendekat ke salah satu box bayi serta satu tangannya lagi mencoba menjangkau box bayi yang lainnya.

“Ini juga sayangnya papa” Kata Jaehyun sembari memegang pipi gembul sang istri setelah menyadari bahwa raut wajah Shannon masih sedikit kesal. Lalu tangannya buru buru ditangkis oleh sang puan.

“Aku masih marah ya” Kata Shannon menatap tajam suaminya.

“Shann, mamas, bukan salah kita?” Balas Jaehyun seolah merangkul kedua anaknya.

“Lo bercandain gue mulu ya J, lo semua” Balas Shannon tak kalah kesalnya sambil menunjuk kegita kesayangannya. Wajahnya benar benar merah. Ia merasa dibohongi dan dipermainkan bahkan dengan kedua anak yang sudah ia bawa 9 bulan lamanya. Merasa tidak adil lebih tepatnya. Mata Shannon kemudian ikut memerah menahan gelombang air yang akan terjun bebas di pipinya sambil menatap penuh haru ke arah dua bayi yang tertidur pulas di tempat mereka masing masing.

“Shan? Sayang?” Ucap Jaehyun lembut melihat gelagat sang istri. Pasalnya ia juga sama terketnya. Jaehyun ingin marah melihat Shannon menangis di hadapannya seperti ini. Tapi ia bingung kepada siapa dirinya harus meledak? Tidak ada yang bisa disalahkan.

“Mama?” Kata Jaehyun lirih. Shannon mendongakan pandangannya. Beralih menatap sang suami. Ia lalu memejamkan matanya sebentar sekedar memberi ruang agar apa yang tertahan bisa segera turun dan mengosongkan tempat karena di bawah sana masih banyak air mata yang ingin dikeluarkan.

“Anak aku ini, mas” Kata Shannon kemudian, sambil menutup wajah dengan kedua tangannya. Bahunya naik turun karena isakannya tak kunjung mereda. Jaehyun membawa daksa istrinya ke dalam dekapannya. Menepuk nepuk punggung sang istri menyalurkan ketenangan.

“Iyaa, anak kamu. Kamu yang keluarin tadi. Anak kita” Balas Jaehyun yang juga sedang menahan air mata.

“Aku dulu ngapain sampe langsung dikasi dua begini” Balas Shannon dengan suara tertahan di dada Jaehyun.

“Biar nanti enak tinggal keluarin dua lagi. Mau empat kan?” Balas Jaehyun mencoba bercanda.

“Ihhh” Balas Shannon sambil menepuk kesal dada bidang sang suami.

“Makasi mama yaaa, makasih udah mau bawa Jodi sama Samara kemana mana sembilan bulan. Makasih udah rawat mereka. Makasih udah tahan cape punggung tiap malem. Makasih udah mau lahirin mereka ke dunia.” Kata Jaehyun.

“Makasih ya Shan. Aku ngga tau mau bilang gimana lagi, makasi banyak sayang. Bangga sama kamu. Aku sayang kamu banget banget banget” Lanjut Jaehyun lalu menghujani wajah istrinya dengan kecupan.

“Makasih juga kamu udah mau sabar, turutin maunya aku ini itu. It's just start right? Mas? Ini awalnya. You ready?” Tanya Shannon membalas sang suami.

“To the infinity journey? As along as with you, hold my hand” Kata Jaehyun menatap lekat netra wanitanya. Senyum keduanya merekah disana. Awal yang baru dimulai.


Beberapa jam sebelum Jodi dan Samara

“Hah? Gimana dok?” Tanya Jaehyun kepada Dokter Nug. Dahinya berkerut. Tanda meminta penjelasan lebih mengenai pernyataan sang Dokter barusan.

“Seperti yang sudah saya kira Jae ternyata kehamilan Shannon ini kembar. Bukan gendernya yang berubah tapi memang benar ada dua gender” Balas Dokter Nug untuk kesekian kalinya.

“Jadi pada trimester awal yang laki laki ini berat badannya lebih besar dari yang perempuan jadi tubuhnya menghalangi” Lanjut Dokter Nug.

“Bentar dok. Jadi anak aku itu dua ya? Jadi nanti Shannon ngelahirin dua kali?” Tanya Jaehyun sekali lagi memastikan. Mendadak bodoh kalo kata Yuta.

“Maaf sekali lagi. Maaf kami tidak segera mengetahui hal ini. Maaf sekali. Waktu itu kenapa juga ya saya cuma nebak nebak. Maaf sekali Jae ini pure kesalahan saya” Balas Dokter Nug.

“Iya udah dok, yang penting bayinya sehat kan?” Tanya Jaehyun lagi lagi memastikan.

“Sehat Jaehyun sehat. PRnya cuma gimana cara ngasi tau Shannonnya ini” Balas si Dokter.

“Itu tugas aku dok. Tolong dokter bantu ya dok” Balas Jaehyun dengan tatapan penuh harap.

“Pasti” Balas Dokter Nug lalu dibalas anggukan tanda dirinya mengundurkan diri. Jaehyun lalu menarik nafasnya dalam dalam. Ia menoleh ke dalam kamar melihat istrinya memejamkan mata mencoba menikmati getaran cinta yang muncul setiap beberapa menit sekali dan frekuensinya menjadi lebih sering. Tangan Shannon meremas apapun yang ada di sampingnya tak terkecuali Jaehyun.

Tidak ada siapa siapa selain mereka berdua. Bahkan entah sudah kali keberapa denting hp keduanya berbunyi namun tak sempat ditanggapi. Fokus mereka hanya kepada kelahiran anak pertama.

“Shan” Panggil Jaehyun memecah keheningan. Shannon lantas menoleh ke arah sang suami lalu membuka tangannya lebar lebar memberi tanda Jaehyun agar mengisi dekapannya. Jaehyun lantas memeluk erat daksa istrinya yang terbaring sambil mengusap usap punggung sang puan.

“Shan, sayang, nanti ngelahirinya dua kali ya?” Coba Jaehyun dengan suara lembut.

“Dua kali apaan? Ini belum keluar ya. Jangan ngaco” Balas Shannon sewot. Seiring dengan pembukaannya yang terus bertambah maka semakin ngegas pula nada bicaranya.

“Iya dua kali Shan. Anaknya kembar” Balas Jaehyun.

“Awwwww hmmmh”

“Ya shan, yaaa sayang?” Mencoba membujuk sang istri.

“Anak siapa kembar?!” Ngegas lagi. “Hmmmmh astagfirullah sakit mas”

“Anak kita shan” Balas Jaehyun mencoba tetap berada pada jalur.

“Kita siapa?” Tanya Shannon masih sambil memukul daksa suaminya dan meremas baju bagian belakang sang pria.

“Ya anak kita. Queen and king” Balas Jaehyun. Tidak ada jawaban. Hanya ada remasan yang semakin menguat.

Srekkkk

“Ibu Shannon dicek dulu pembukaannya udah berapa ya” Kata suster memasuki ruangan mereka. Tidak ada jawaban. Jaehyun kemudian melepas pelukannya dan menggenggam tangan Shannon erat.

“Udah 8 pak, mari dipindahkan” Kata suster setelah melihat pembukaan jalan keluar. Shannon hanya mengerang sambil sesekali berkata sakit. Jaehyun masih gigih ditempatnya.

“Shan. Semangat sayang ya, dua kali sayang yaa. Ayo kamu pasti bisa” Katanya ditengah jalan menuju ruang persalinan.

“Becanda, ngarang banget lo Jung Jaehyunnnn!” Teriak Shannon.

Setelahnya yang terdengar hanya suara dokter menginteruksikan Shannon untuk menarik nafas, mengejan, dan mengeluarkan nafasnya, serta sorak suara Jaehyun yang tak henti hentinya berkata ia bangga pada sang istri, terima kasih serta kata semangat yang tak pernah ia tinggal.

Satu suara tangisan bayi mengudara. Shannon bernafas lega.

Satu tangisan lagi menyusul setelahnya. Shannon menangis. Kali ini ia menangis. Air matanya tiba tiba jatuh begitu saja setelah mendengar suara kedua anaknya yang sudah ia tunggu selama 9 bulan.

Seketika itu pula Jaehyun bersujud di lantai rumah sakit. Melangitkan syukur karena istrinya diberi kelancaran. Melambungkan terima kasih kepada sang Maha Kuasa, anaknya lahir dengan sehat di dunia.

Dihari yang sama, 11:36 PM Kakak : Nataniel Jodi Jung Adik : Nathalie Samara Jung, resmi lahir kedunia.

-el

“Ngomong ngomong mas, ini orang orang gimana ya ngasi taunya?”

Mampus

Shannon duduk dan memental mentalkan badannya perlahan di atas balon yang sering dipinjam Jaehyun untuk sekedar bermain. Matanya terpejam. Menikmati setiap sengatan sengatan kecil dari perutnya. Yang di dalam perutpun gusar. Gerakan gerakan seakan meminta segera dikeluarkan ricuh disemarakkan.

Kini perut Shannon sudah tidak 100% berbentuk bulat seperti biasanya. Benjolan tangan sana sini dapat ia rasakan. Heran. Namun masih ia tahan.

Setelah duduk di atas balon lalu ia mulai berjalan jalan mondar mandir di dalam kamar. Lalu ke balkon sebentar dan menungging sambil berpegangan pada pagar. Keringatnya tidak berhenti bercucuran.

“Shan, sayangggggg” Teriak Jaehyun dari atas ranjang dengan suara serak bangun tidurnya. Mencari keberadaan sang istri yang tadi siang masih ia peluk daksanya.

“Shan?” Tanya Jaehyun setelah melihat aktifitas tak lazim istrinya di balkon kamar mereka.

“Hmmm” Jawab Shannon sambil sedikit menoleh ke belakang. Dapat Jaehyun lihat pelipis penuh dengan cairan.

“Shan? Kenapa? Sakit? Shan” Tanya Jaehyun panik begitu menyadari gelagat aneh sang istri.

“Shan, mau keluar sekarang ya? Aaaaaaa” Ngebug. Jaehyun panik dan bingung apa yang harus ia lakukan terlebih dahulu. Sepersekian detik setelahnya ia lari ke dalam kamar. Menyambar perlengkapan persalinan yang telah dipacking beberapa hari yang lalu. Dapat Shannon dengarkan suara langkah Jaehyun yang sedikit berlari, membuka pintu kamar, membuka pintu utama, membuka gerbang, lalu menutup pintu mobilnya.

“Sayanggg, sabar ya tahan yaa bentar ya” Kata Jaehyun sembari memencet asal sesuatu di hpnya.

“Dokter sekarang dokter” Kata Jaehyun lagi.

“Iyaa, sudah dok” Kata Jaehyun sembari menoleh ke arah Shannon. Yang ditolah hanya dapat tersenyum sambil sesekali meringis. Lucu banget siaganya.

“OTW dokter ya” Akhir Jaehyun lalu memasukkan hpnya ke saku celana.

“Kenapa ngga bangunin aku? Hmmm? Sabar ya shan, sabar sayang ya” Kata Jaehyun sembari merangkul Shannon, menuntunnya, dan mendudukannya di ranjang kamar mereka.

“Queen, kita ketemu bentar lagi sayang ya? Kalo mau keluar keluar aja jangan bikin mama sakit ya nak ya. Pinter” Kata Jaehyun di depan perut Shannon. Ia sedang menekuk lututnya agar tingginya sejajar dengan si perut. Mengusapnya pelan lalu menciuminya sebelum mereka berangkat ke rumah sakit.

“Harusnya bangunin aku. Shan tolong berjuang ya, your are stronger than you seem.” Kini ucap calon bapak kepada calon ibu. Shannon tersenyun dan hanya mengangguk lalu Jaehyun mengecup pucuk kepala sang istri.

“Sakit mas. Tapi masih bisa ditahan” Balas Shannon.

“Bismillah sayang ya” Ucap Jaehyun tersenyum.

4:22 PM they're heading to meet Queens.

“Tadi nyuruh tidur luar sekarang meluk meluk begini” Kata Jaehyun seraya meraba lengan Shannon dengan tangan yang digunakan Shannon sebagai bantal.

“Kamu tau ngga kamu salah?” Kata Shannon menatap ke segala arah.

“Tau” Balas Jaehyun. Satu tangannya lagi ia gunakan untuk menumpu kepalanya di atas bantal.

“Mas kamu kalo ada yang salah dibenerin dong. Mau aku, Ilora, Jeno siapapun. Jangan diginiin. Aku ngga suka” Balas Shannon.

“Maaf Shan. Ilora butuh backupan juga soalna musuhnya backupan dia sendiri. Aku ngga tega” Balas Jaehyun. Shannon lantas mengangkat kepalanya menatap sang suami”

“Tapi tega bohongin istri sendiri?” Tanya Shannon.

“Hehe maaf sayang. Aku ngga bohongin kamu ya, aku bantuin kamu jagain Ilora” Elak Jaehyun. Shannon kemudian memukul kecil dada bidang sang suami dengan wajah kesal. Jaehyun tertawa. Gemas.

“Aku penasaran aja. Gini rasanya ya punya adek cewe. Rempong ribet gini ya. Hehe, maaf ya aku pinjem adek kamu. Itung itung gladi bersih jagain anak sendiri” Lanjut Jaehyun.

“Kamu bukan rantai tapi pinter banget ngeles” Balas Shannon.

“Ino ya? Kino. Baik ngga anaknya?” Tanya Shannon penasaran.

“Baik. Bocahnya rame. Rame banget apalagi kalo udah berdua Ilora. Rame banget. Dia jagain Ilora, dia dengerin semua cerita Ilora juga” Balas Jaehyun.

“Kok kamu tau?”

“Aku liat mereka berdua Shan. Pas Ilora bilang dia mau balik ke Indo tapi ngga ngomong kamu aku juga ngga yang yaudah biarin gitu, aku tanyain aku minta kontak pacarnya aku ospek duluan si Ino” Balas Jaehyun. Shannon mengangguk angguk paham. Ia sekali lagi menyadari. Suaminya ini bertanggung jawab. Dalam hal apapun. Sangat cakap.

“Kamu ngomong apa tadi sama Ilora?” Tanya Jaehyun.

“Ya aku ngomon jangan gini lagi. Jangan bohong lagi aku ngga suka. Apalagi kalo bunda duluan yang tau, nanti aku gabisa belain dia” Balas Shannon.

“Tau ngga kemaren aku sempet mikir apa aku ya yang salah. Apa aku yang salah didik Ilora sampe dia berani bohong. Selain ini bohong apa lagi dia ya” Lanjut Shannon.

“Kuncinya cuman satu, komunikasi. Gampang aja Shan, kalo Ilora ngga ngomong ke kamu berarti ya aku, gitu bukan?” Tanya Jaehyun menenangkan.

“Hahahah iya bener. Mata mata dia dua sekarang ya, tambah kamu satu” Balas Shannon.

“Iya rasain haha”

“Tapi Jeno ngga kaya gini. Maksudku dia diem gitu mas, tenang tenang aja” Balas Shannon.

“Masih sering nanya nanya soal cewe ngga?” Tanya Jaehyun.

“Masih si hahha, kaya mba nona cewe kalo jawab terserah maksudnya apa, mba nona aku ketiduran minta maaf ngga, mba nona bla bla hahah, pacarannya masih bayi banget” Balas Shannon.

“Hahah jeno jeno. Mungkin karena dia cowo kali ya jadi sering diem terus mendem gini” Balas Jaehyun.

“Mas, nanti kalo Queen lahir kamu harus deket sama dia ya, biar dia terbuka biar ngga mendem apapun kaya aku. Ya mas?” Tanya Shannon tiba tiba.

“Iya mamassssss” Balass Jaehyun panjang lalu mengecup pucuk kepala istrinya.

Lalu obrolan malampun berlanjut. Jeno, Ilora, Queen, Mama, Papa, Ayah, Bund, Jisung dan segala macam obrolan mereka buka disana. Untuk kesekian kalinya lagi lagi mereka sadar. Menikah bukan hanya milik mereka berdua, tapi seluruhnya.

Shannon tengah duduk di ruang tamu rumahnya dan berhadapan dengan sepasang muda mudi yang terlihat sangat canggung di seberang meja.

Tangan pemuda ini digenggam erat oleh sang putri seakan melindunginya dari apapun yang memiliki kemungkinan untuk menyakiti. Hal ini tak luput dari penglihatan Shannon. Ketiganya diam. Sangat sunyi.

“Ehemm” Pemuda menyapu keheningan. Lalu tiba tiba ia bangkit dan melepas genggaman tangan si puan lalu duduk bersimpuh di depan Shannon. Shannon masih tak berkutik. Tangannya ia lipat di depan dada dengan wajah datar seperti semula.

“Kak. Maaf, ini salah kami berdua. Maaf saya tidak memaksa Ilora untuk berkata jujur pada kakak perihal kepulangannya ke Indonesia satu bulan yang lalu. Sebagai seorang pacar seharusnya saya lebih bisa menghandlenya” Ucap si pemuda dengan tatapan mata ke bawah seperti sedang dihukum. Padahal Shannon tidak melakukan apapun selain bernafas.

“Ino, bangun ngapain si” Kata Ilora begitu kekasihnya menyelesaikan perkataannya. Lalu ia bangkit menarik tangan Ino namun dengan tegas ditampik empunya.

“Yang, bangun kamu ngapain kaya gitu mbaku bukan berhala jangan disembah, bangun yang” Kata Ilora lagi. Dengan otomatis Shannon menolehkan kepalanya menatap adik perempuannya yang sedang merayu sang kekasih di hadapanya. Shannon terkejut karena nama panggilan yang adiknya berikan kepada sang pacar, tapi ekspresinya diatur dengan sangat baik.

Anjrit yang? Yang ti yang kung? Gua aja kaga pernah panggil Jaehyun sayang, ini bayi berdua vhsshmahsj

“Kalau mau marah, marahin saya aja kak. Saya yang ngga becus jaga Ilora” Kata Ino kembali. Shannon masih bungkam dan mencoba mencerna drama muda mudi di hadapannya. Tiba tiba..

Srekkkk

Pintu rumah mereka dibuka. Menampilkan Jaehyun yang baru pulang kerja. Sesuai dugaannya Ilora sudah disana bersama Ino. Kino Wardhana. Pacar abal abal Ilora semasa SMA yang kini menjadi pacarnya lagi.

Jaehyun nampak tidak terlalu terkejut. Namun tetap saja. Posisi mereka bertiga patut dipertanyakan. Apa yang membuat remaja laki laki ini berlutut dihadapan istrinya.

“Alhamdulillah. Bang, bang Jaehyun. Tolong bantu gue yakinin Mba Nona bang” Kata Ino seraya bangkit dari duduk simpuhnya. Shannon secara otomatis menatap heran ke sang suami. Lalu baik Jaehyun maupun Ilora sama sama menutup mata mereka dan mengulum bibir ke dalam.

Tamat riwayat

Shannon memimpin untuk masuk terlebih dahulu ke kamar hotel yang telah Jaehyun pesan sebelumnya. Niat awal Jaehyun hanyalah sekedar mencari suasana baru dengan sang istri. Pasalnya selama kehamilan ini Jaehyun sadar dirinya jarang sekali ada waktu bahkan untuk menemani Shannon pergi melihat anak mereka.

Jaehyun awalnya hanya ingin menghabiskan sisa waktu mereka berdua. Benar benar berdua sebelum Queens menganggu kehidupan mereka selama sisa umur kedepannya. Hingga tiba tiba sebuah tangan kekar melingkari perut buncit Shannon dari belakang. Sebuah wajah tenggelam di ceruknya.

Shannon tersenyum. Pasalnya suaminya ini memang akan berubah manja jika hanya berdua dengannya. Ia kemudian mengusap lembut tangan kekar sang suami yang dengan posesifnya melingkar di sekitar perut.

Lama Shannon biarkan posisi mereka seperti ini. Lama Shannon biarkan Jaehyun hanya menghirup aroma tubuhnya yang memang menjadi candu bagi sang suami. Berdiri dan hanya memandang ke arah jalan yang tetap ramai lampu lampu kendaraan berlalu lalang.

Berbulan bulan Jaehyun menahan keinginannya. Berbulan bulan ia tidak berani mengecup bibir kenyal dengan dalam sang istri karena pasti jika dibiarkan, kejadian dimana Queens diciptakan akan kembali terjadi. Tapi tidak untuk malam ini. Jaehyun benar benar merindukan sentuhan istrinya.

Diciuminya leher Shannon dengan mata tertutup. Kanan kiri lalu naik ke telinga. Digigitnya sedikit deki sedikit hingga si empu hanya mampu memejamkan mata. Mencoba untuk tidak larut dalam permainan.

Tangan Jaehyun yang mulanya hanya melingkar kini naik ke atas, membuka satu persatu kancing baju Shannon. Area sensitifnya diraba. Shannon kemudian meremas celana suaminya pada bagian paha. Bukannya menghentikan, sentuhan seakan mencambuk Jaehyun untuk terus melakukan permainannya.

Puas dengan leher dan telinga Jaehyun kemudian memutar tubuh sang istri. Mencari bagian favoritenya yang hanya boleh ia jamah. Bibir ranum Shannon disana. Ditempelkannya miliknya dengan sang istri. Tidak ada penolakan dari Shannon. Jika boleh jujur ia juga merindukan saat saat seperti ini. Keduanya bermain. Dari hanya sebuah kecupan berubah menjadi lumatan lalu lama lama mengajak lidah untuk saling mengabsen satu persatu bagian gigi.

Tangan Shannon tidak tinggal diam. Entah bagaimana tapi telah ia tanggalkan kaos putih sang suami. Menampakkan dada bidang Jaehyun dengan kotak kotak kecil bak roti sobek dibawahnya. Tak mau kalah. Jaehyun lucuti dress hitam istrinya yang kemudian menampilkan sebuah pemandangan yang tak kalah dari miliknya. Sebuah tubuh yang ia lihat hampir 9 bulan yang lalu. Masih sama. Masih sama indahnya pikir Jaehyun. Bahkan dengan perut yang membesar semakin menambah kesan sensual di dalamnya.

Tangannya bermain di buah dada Shannon. Meneras sesekali menarik putingnya. Ada cairan keluar dari sana tapi tetap tak menganggu aktifitas keduanya. Bibir mereka terus melumat. Tangan Shannon meremas dan mengusap bagian belakang kepala suaminya. Begitu pula dengan Jaehyun. Setelah ke dada sesekali tangannya naik ke atas untuk menyatukan rambut Shannon yang entah mengapa kuncirannya sudah hilang begitu saja.

“I am sorry” Kata Jaehyun tiba tiba menarik dirinya. Shannon membuka matanya. Mencari mata pasangannya yang sekarang wajahnya penuh dengan penyesalan dan menatap ke bawah.

“Hei hei hei” Kata Shannon sambil menangkup rahang sang suami dengan kedua tangannya.

“That's ok” Lanjut Shannon mencoba meyakinkan.

“No. No. We shouldn't. No i won't hurt you” Balas Jaehyun menyesal.

“Hei no Jae. If we stopped right now that hurts me. Remember doctor Nug's said? That's ok tapi jangan dikeluarin di dalem” Pinta Shannon menatap lekat netra suaminya. Masalahnya kegiatan ini sudah separuh jalan, tidak mungkin dihentikan begitu saja.

Jaehyun menatap lekat mata Shannon. Mencoba mencari pembenaran.

“Aku udah cari tau tentang ini and thats ok. Emang harus diransang juga biar cepet keluar” Kata Shannon lagi.

“That's ok?” Tanya Jaehyun. Shannon mengangguk.

“Queen, papa minta maaf ya. Maaf ganggu bobonya. Jangan panik ini cuman gempa kecil” Katanya pada perut Shannon. Shannon tersenyum.

“Let me lead” Kata Shannon. Lalu ia mengalungkan tangannya pada leher suaminya. Mulai mencumbu bibir merah sang pria. Jaehyun tersenyum. Shannon benar benar menjadi berbeda. Sebelum sebelumya ia hanya mengikuti permainan. Namun malam ini Jaehyun biarkan istrinya memimpin. Ia biarkan istrinya memginteruksi untuk menyentuh setiap inci tubuhnya. Malam ini mereka kembali, collided.

Abigail Ghea Cantika. Ghea. Adik ke dua Jaehyun. Seorang anak perempuan yang telah meninggal diusia 5 tahun karena kanker getah bening yang diidapnya. Seorang anak perempuan berusia 5 tahun yang harus diusir dari gelak tawa dunia dan pergi dengan meninggalkan bekas luka di hati keluarga. Tak terkecuali Jaehyun. Si kakak pertama.

“Ati ati” Ucap Jaehyun kepada istrinya sambil menggandeng tangan Shannon.

“Aduh maaf” Kata sang istri tatkala suaminya sudah berjongkok di hadapan nisan yang ia sayangi 26 tahun umurnya. Shannon berdiri di samping sang suami dan makam milik adik iparnya. Mendiang adik iparnya. Ia tidak bisa lagi berjongkok. Perutnya amat sangat mengganjal.

“It's okay” Balas Jaehyun. Pandangannya tetap ke nisan.

“Ghea. Ini kakak. Ini istri kakak. Mba nona. Ini keponakan kamu. Queen. So-” Kalimat Jaehyun terpotong. Ditariklah nafas panjang untuk memenuhi relung relung di dadanya.

“Maaf ngenalinnya telat ya? Kakak ngga sempet kesini waktu itu. Disana gimana?” Tanya Jaehyun. Shannon membelalakkan matanya. Terkejut dengan pertanyaan sang suami. Hening beberapa saat. Kemudian Jaehyun menolehkan kepalanya ke arah sang puan yang masih setia menatap punggungnya.

“Hehe bercanda aja biar ngga tegang tegang banget” Kata Jaehyun. Shannon hanya menggeleng gelengkan kepala.

“Sini. Deketan sini” Kata Jaehyun sambil menarik tangan Shannon. Lalu entah bagaimana tiba tiba Shannon duduk bersila di dekat Jaehyun. Ia menatap netra sendu suaminya seolah berkata bahwa dirinya baik baik saja. Digenggamnya tangan Jaehyun erat erat.

“Ghea hi. Ini Shannon. Aku denger banyak banget cerita tentang kamu dari kakakmu” Ucap Shannon sendirian.

“Kata kakak kamu cantik ya? Kamu ceria juga gampang ketawa. Aku wondering banget kalo kamu masih ada kita bisa temenan ngga ya?” Ucapnya mulai merancu sendirian.

“Ghea. Aku mau minta tolong. Maaf aku ngga pernah kesini tapi sekalinya kesini malah ngebebanin kamu. Aku tau kamu liat aku dari atas sana” Lanjut Shannon. Jaehyun hanya diam mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut istrinya.

“Ghea tolong bikin kakak sadar kalo itu bukan salah kakak. Kakakmu ini salahin diri dia sendiri terus ghe. Aku tau ghea pasti ngga pengen liat kakak kaya gini kan? Ghea kakakmu udah nangis selama 17 tahun setiap kali inget Ghea. Hatinya sakit. Dia mau minta maaf tapi ngga tau caranya padahal tinggal minta maaf aja, kan?” Tanya Shannon. Jaehyun mulai menutup kedua matanya dengan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya masih setia menggenggam sambil sesekali meremas tangan sang istri mencari kekuatan.

Ingatan ingatan masa kecilnya hadir kembali. Mengisi setiap sudut otak Jaehyun. Tawa adiknya, tangis adiknya, tawa mereka, kesendiriannya, kerinduannya kepada sang adik, bahkan kata kata kejam yang sempat ia ucapkan.

“Ghea tolong bantu aku buat sadarin kakakmu ghe. Biarin dia nangis lagi buat kamu tapi tanpa rasa bersalah. Biarin dia nangis buat kamu tanpa rasa menyesal. Biarin dia nangis karena pure cuman kangen aja. Ghea aku pengen peluk” Kata Shannon. Jaehyun telah terisak sendirian.

“Ghea, maafin kakak ya” Lanjut Shannon. Ia menahan air matanya. Saat Jaehyun menangis Shannon merasa harus lebih kuat untuk suaminya sekedar berpegangan padanya.

“Maafin kakak, dek” Kata Jaehyun sambil mengeluarkan seluruh air matanya yang ada. Rasa sesal dan bersalah selama 17 tahun ia keluarkan saat itu juga. Dihadapan adik, istri dan calon anaknya.

“Ghea pasti maafin. Ghea udah maafin kamu mas” Kata Shannon memeluk daksa suaminya.

Siang itu, di bawah awan mendung yang seakan akan mengerti suasana hatinya. Jaehyun meminta maaf dan menaruh beban yang ia pikul selama 17 tahun sendirian. Istirahat dengan tenang, Ghea.

-el