Judul
Oke ini nyoba Ini juga
Oke ini nyoba Ini juga
“Kalo yang ini dapur umum Le, kamu bisa bikin kopi, bikin mie juga disini, ngga usah sungkan ya, kalo mau bawa makanan pribadi juga boleh, tapi ya gitu konsekuensinya, ngabisinnya bareng bareng” kata Inda. Salah satu anggota HR SeoCompany.
“Ohh oke oke paham mbak hehe” jawab Aleeah sekenanya sembari matanya celingukan melihat kesana kemari.
Suasana kantor masih sepi pagi ini. Inda sengaja meminta Aleeah untuk datang lebih awal agar dapat memperkenalkan kantor barunya. Sebenarnya Aleeah sedikit merasa tidak nyaman. Pasalnya, pekerjaannya yang sebelumya adalah sebagai freelancer dimana ia bisa bekerja dimanapun, kapanpun, dengan pakaian yang *bodo lah yang penting pake baju' tanpa aturan yang harus ditaati, ditambah ia terbiasa bekerja sendirian, jadi, berada di tempat baru dengan suasana yang amat sangat berbeda dengan kebiasaannya sebelumnya adalah hal yang tidak mengenakan bagi Aleeah. Ditambah lagi tidak ada seorang pun yang ia kenal disini.
Malam sebelum hari ini datang, tepatnya beberapa jam setelah Johnny mengumumkan perihal kelolosannya, Aleeah mendapat satu text lagi yang isinya juga sama dengan apa yang dikatakan Johnny sebelumnya. Ucapan selamat dan himbauan kedatangan karena dirinya lolos menjadi sekretaris wadir SeoCompany.
Sebenarnya Aleeah merasa aneh karena dua orang sekaligus menghubunginya untuk pemberitahuan. Namun yang kedua lebih meyakinkan dari pada mas mas yang ia asumsikan ingin meminta ganti rugi serta mengaku sebagai Johnny Seo dari SeoCompany.
“Meja kamu disana Le, ayok” ajak Inda kemudian menuntun Aleeah ke ruangan sebelah. Dilihatnya sebuah meja kerja dengan pos kecil di depan ruangan bertuliskan Executive telah tertata rapi dengan sebuah papan nama bertuliskan Aleeah Pramesti di atasnya.
“Wahhh nama saya mbak?” tanya Aleeah tak percaya. Dirinya baru saja diterima tetapi sudah dibuatkan papa nama lengkap dengan meja yang rapi dan bersih. What a welcome.
“Buat sambut kamu. Nanti yang resmi nunggu bapak ya Le hehe, pulang kerja biasanya anak anak juga ada kaya makan bareng gitu si tiap kali ada yang masuk sama mau keluar. Punyamu kalo ngga nanti ya besok” jelas Inda panjang lebar. Aleeah hanya mengangguk angguk mendengarkan.
Waktu terus berjalan. Tak terasa jam masuk kerja sebentar lagi datang. Dapat Aleeah lihat orang orang berseragam rapi dan berwarna warni mulai memenuhi gedung besar nan tinggi ini yang beberapa waktu tadi sangat sunyi. Aleeah berdiri di samping Inda di depan ruangannya menunggu si pemilik tahta datang.
Tak lama kemudian, seorang laki laki berjalan ke arah Inda dan Aleeah dengan santai sendirian. Tidak membawa tas, bahkan jasnya ia tenteng di tangan kiri serta tangan kanannya membawa secangkir kopi. Santai sekali.
“Mas mas” panggil Aleeah tat kala ia menyadari kehadiran sang laki laki. Ada sedikit perasaan aman yang Aleeah rasakan ketika ia menemui orang yang agaknya ia kenal. Johnny nampak sedikit terkejut. Namun ia tetap melangkahkan kakinya mendekat.
“Mas mau nemenin aku ketemu Pak Jo juga?” tanya Aleeah polos ketika Johnny menghentikan kaki di hadapannya. Inda sedah membelalakkan matanya sedari tadi. Kaget bukan main. Johnny menahan senyumnya. Ia benar benar ingin tertawa. Ternyata Aleeah masih menganggapnya HR dan bukan wakil direktur.
“Oh kamu nunggu Pak Jo?” tanya Johnny ikut menimpali. Inda tidak bisa berkata kata.
“Iyaa, ini mba Inda dari HR kan? Mas juga kan? Emang seramah ini ya SeoCompany sampe nemenin orang baru mesti dua begini?” tanya Aleeah lagi, polos sekali. Johnny mengulum bibirnya kedalam.
“Ale in-” potong Inda.
“Iya ramah banget” balas Johnny sembari menatap ke arah Inda, isyarat agar ia tak melanjutkan kata katanya. “Bentar ya saya masuk dulu. Ntar kalo Pak Jo udah siap saya kabarin” kata Johnny lalu berlalu pergi. Inda masih membuka mulutnya. Menganga. Sementara Aleeah kebingungan apa maksud perkataan 'rekan kerja'nya barusan.
Ting ting
Suara berasal dari HP Aleeah. Segera ia buka dan...
“Mbak saya masuk dulu ya, kata Mas Johnny suruh masuk Pak Jo udah siap” pamit Aleeah pada Inda.
“HAH?” Inda masih belum mengerti akan suasana yang baru saja terjadi.
“Tapi Pak Jo kok ngga lewat sini mbak ya? Ada pintu rahasia kah?” tanya Aleeah sambil berlalu masuk ke dalam ruangan.
Tok tok tok
“Masukk” jawab seseorang dari dalam. Aleeah kemudian membawa dirinya menemui atasannya yang akan ia bantu selama entah berapa lama ia mampu bertahan nanti.
Didapatinya seorang laki laki yang wajahnya sudah amat sangat ia kenal, sedang duduk di kursi kerjanya depan komputer dengan dasi dan jas sudah terpasang rapi.
“Permisi” “Lah, Mas Johnny ngapain?” tanya Aleeah.
“Nunggu kamu” jawab Johnny singkat.
“Saya?” tanya Aleeah sambil celingak celinguk mencari cari seseorang dan menunjuk dirinya sendiri.
“Iya nunggu kamu” jawab Johnny lagi. Aleeah tidak menjawab ia hanya menatap aneh ke arah Johnny. Sedetik kemudian atensinya turun ke papan bertuliskan Johnny Seo CFO lalu matanya kembali lagi ke Johnny. Johnny tersenyum. Aleeah diam mencoba mencerna kembali chat laki laki yang semalam mengubunginya.
Iya saya wadirnya
Tok tok tok
Pintu diketuk. Keduanya sama sama menoleh ke sumber suara. Inda disana.
“Pak maaf, ini Aleeah sekretaris bapak yang baru” kata Inda mengambil alih. Aleeah membelalakkan matanya mendengar penuturan Inda. Ni orang ngapain ngenalin gue ke Mas Johnny anjrit.
“Iya saya tau. Makasih Inda ya” balas Johnny.
“Le, ini Pak Jo, ayo salam ngapain kamu” kata Inda ke Aleeah. Aleeah masih mencoba menggunakan otaknya.
“Ini Pak Jo?” tanya Aleeah pada Inda.
“Buruan” kata Inda mengisyaratkan Aleeah agar segera memberi hormat pada atasannya ini. Aleeah kemudian kembali menatap Johnny. Ia menundukkan kepalanya dan mulai merutuki diri sendiri.
Beneran wadirnya? Anjing Mas Johnny? YaAllah le lo kapan punya trust issue segeni ini goblok. Ini gimana bangsad. Mau tenggelem aja gua sekarang juga bisa ngga si?
“Se s selamat pagi, pak” sapa Aleeah menahan semua malu dan rasa ingin menghilang dari bumi. Johnny tersenyum melihat gelagat Aleeah.
“Mas aja, le” balas Johnny. Sontak Inda tersedak dan Aleeah mendadak lemas seketika.
Aleeah tengah duduk dengan atasan putih dan bawahan calana hitam serta sepatu yang tidak terlalu tinggi. Dibandingkan dengan pelamar yang lainnya, gaya berpakaian Aleeah memang lebih sedikit santai tetapi tetap menunjukan kesopanan.
Tangannya ia mainkan di atas pahanya untuk menutup rasa gugup yang dialaminya saat ini. Ini memang bukan pertama kalinya Aleeah melamar pekerjaan dan ikut sesi wawancara, tapi tetap saja dirinya gugup. Sejak 5 tahun yang lalu, ketika ia mencoba melamar pekerjaan pada perusahaan perusahaan besar, Aleeh selalu berakhir pada tahap wawancara. Semua berkas pendukung miliknya memenuhi, hanya saja entah mengapa ia selalu gagal dalam tahap interview yang akhirnya ia memutuskan untuk menjadi freelancer dengan menggarap novel, membranding barang, mengedit video, hingga menjadi konsultan keuangan tang ternyata gajinya juga tidak main main.
Sejak lima tahun yang lalu pula dirinya memutuskan untuk pindah ke jerman dengan alasan ingin melanjutlan S2 tetapi sampai sekarang kuliahnya ia tunda. Entah apa maksudnya. Agaknya ia hanya ingin hidup jauh dari orang orang terdekatnya dan memulai kehidupan yang baru sebagai dirinya dengan versi yang lebih segar.
Kembali ke Aleeah yang sedang menunggu panggilan, tiba tiba entah dari mana seorang lelaki yang pernah ia jumpai berdiri dihadapannya. Lelaki ini memandanginya dengan raut wajah sumringah seperti lahh ini ni yang gua cari. Aleeh kemudian tetap dengan wajah datarnya mencoba mengingat ingat siapa gerangan dihadapannya kali ini.
“Ngapain disini?” tanya Johnny. Benar, Aleeah sedang mendaftarkan dirinya ke perusahaan Johnny sebagai sekretaris mengisi kekosongan pendahulunya.
“Nyari kerja?” jawab Aleeah ragu ragu. Masih belum ingat siapa lelaki ini. Berbeda dengan Johnny yang seakan menemukan hiden gem Aleeah masih terus mengingat dimana, kapan, siapa lelaki asing ini baginya.
“Lupa?” tanya Johnny lagi. Aleeah hanya menarik bibirnya ke atas sembari mengkedip kedipkan matanya bingung harus menjawab apa. Ingatannya memang sedang tak bekerja, tapi Aleeah takut jika ia menyinggung perasaan orang dihadapannya jika ia menjawab hehe iya lupa. Jadi ia memilih untuk tersenyum awkward.
Johnny kemudian memainkan tangannya seolah memegang rokok guna mengembalikan ingatan si wanita. Aleeah malah memasang muka kebingungan. Merasa usahanya kurang, Johnny kemudian bertanya...
“German to Indonesia remember?” “Business class?” “The wat-” Ingat Johnny belum selesai lalu tiba tiba Aleeah berdiri.
“Oh my god, the talkless guy?” tanya Aleeah seketika ia mengingat Johnny. Johnny kemudian sedikit memundurkan kepalanya, terkejut dengan pertanyaan Aleeah.
“Oh my god, sorry sorry, serius ngga sengaja” kata Aleeah sambil menyisir rambutnya ke belakang.
“That's ok gapapa” balas Johnny sambil terkekeh karena Aleeah mengingatnya sebagai seorang pendiam yang tidak berbicara. Lucu menurutnya.
“Ngapain mas disini? Ngelamar juga?” tanya Aleeah pada Johnny.
“Hah engga, say-”
“Mau minta ganti rugi? Aduh” potong Aleeah. Ia memang sudah menduga hari ini akan datang kepadanya. Mengingat celana yang ia tumpahi air tempo hari bukan barang murah. Jadi aneh saja menurut Aleeag ketika Johnny tidak marah kepadanya.
“Mas, saya ngga bawa cash catet nomor saya aja nanti mas kirim no reknya” lanjut Aleeah. Johnny seketika bingung, namun wajahnya tetap ia buat setenang mungkin. Dengan sebuah senyuman akhirnya ia menyerahkan hpnya ke Aleeah dengan maksud si perempuan untuk menuliskan nomor ponselnya.
Seketika seluruh atensi terarah kepada mereka. Bahkan karyawan Johnny yang hendak memamggil Aleeh terdiam di ambang pintu mendengar pelamar ini menamai calon bosnya dengan sebutan 'mas'.
“Anw kantor saya disini” jawab Johnny santai sembari menulis sesuatu di layar ponselnya.
“Oh kerja disini? Bagian apa?” tanya Aleeah polos.
“Bagian merintah”
“Hah?”
“Hahah, kamu mau interview kan? Udah sana masuk, break a leg. A lee ah” kata Johnny dengan senyum manis di wajahnya. Aleeah semakin tidak mengerti arti raut wajah Johnny. Sedetik kemudian ia pamit untuk masuk ke ruang wawancara.
What a life, Jo.
Aleeah tengah duduk dengan atasan putih dan bawahan calana hitam serta sepatu yang tidak terlalu tinggi. Dibandingkan dengan pelamar yang lainnya, gaya berpakaian Aleeah memang lebih sedikit santai tetapi tetap menunjukan kesopanan.
Tangannya ia mainkan di atas pahanya untuk menutup rasa gugup yang dialaminya saat ini. Ini memang bukan pertama kalinya Aleeah melamar pekerjaan dan ikut sesi wawancara, tapi tetap saja dirinya gugup. Sejak 5 tahun yang lalu, ketika ia mencoba melamar pekerjaan pada perusahaan perusahaan besar, Aleeh selalu berakhir pada tahap wawancara. Semua berkas pendukung miliknya memenuhi, hanya saja entah mengapa ia selalu gagal dalam tahap interview yang akhirnya ia memutuskan untuk menjadi freelancer dengan menggarap novel, membranding barang, mengedit video, hingga menjadi konsultan keuangan tang ternyata gajinya juga tidak main main.
Sejak lima tahun yang lalu pula dirinya memutuskan untuk pindah ke jerman dengan alasan ingin melanjutlan S2 tetapi sampai sekarang kuliahnya ia tunda. Entah apa maksudnya. Agaknya ia hanya ingin hidup jauh dari orang orang terdekatnya dan memulai kehidupan yang baru sebagai dirinya dengan versi yang lebih segar.
Kembali ke Aleeah yang sedang menunggu panggilan, tiba tiba entah dari mana seorang lelaki yang pernah ia jumpai berdiri dihadapannya. Lelaki ini memandanginya dengan raut wajah sumringah seperti lahh ini ni yang gua cari. Aleeh kemudian tetap dengan wajah datarnya mencoba mengingat ingat siapa gerangan dihadapannya kali ini.
“Ngapain disini?” tanya Johnny. Benar, Aleeah sedang mendaftarkan dirinya ke perusahaan Johnny sebagai sekretaris mengisi kekosongan pendahulunya.
“Nyari kerja?” jawab Aleeah ragu ragu. Masih belum ingat siapa lelaki ini. Berbeda dengan Johnny yang seakan menemukan hiden gem Aleeah masih terus mengingat dimana, kapan, siapa lelaki asing ini baginya.
“Lupa?” tanya Johnny lagi. Aleeah hanya menarik bibirnya ke atas sembari mengkedip kedipkan matanya bingung harus menjawab apa. Ingatannya memang sedang tak bekerja, tapi Aleeah takut jika ia menyinggung perasaan orang dihadapannya jika ia menjawab hehe iya lupa. Jadi ia memilih untuk tersenyum awkward.
Johnny kemudian memainkan tangannya seolah memegang rokok guna mengembalikan ingatan si wanita. Aleeah malah memasang muka kebingungan. Merasa usahanya kurang, Johnny kemudian bertanya...
“German to Indonesia remember?” “Business class?” “The wat-” Ingat Johnny belum selesai lalu tiba tiba Aleeah berdiri.
“Oh my god, the talkless guy?” tanya Aleeah seketika ia mengingat Johnny. Johnny kemudian sedikit memundurkan kepalanya, terkejut dengan pertanyaan Aleeah.
“Oh my god, sorry sorry, serius ngga sengaja” kata Aleeah sambil menyisir rambutnya ke belakang.
“That's ok gapapa” balas Johnny sambil terkekeh karena Aleeah mengingatnya sebagai seorang pendiam yang tidak berbicara. Lucu menurutnya.
“Ngapain mas disini? Ngelamar juga?” tanya Aleeah pada Johnny. Seketika seluruh atensi terarah kepada mereka. Bahkan karyawan Johnny yang hendak memamggil Aleeh terdiam di ambang pintu mendengar pelamar ini menamai calon bosnya dengan sebutan 'mas'.
“Hahahahh, engga, kantor saya disini jadi kebetulan lewat” jawab Johnny santai.
“Oh kerja disini? Bagian apa?” tanya Aleeah polos.
“Bagian merintah”
“Hah?”
“Hahah, kamu mau interview kan? Udah sana masuk, break a leg. A lee ah” kata Johnny dengan senyum manis di wajahnya. Aleeah semakin tidak mengerti arti raut wajah Johnny. Sedetik kemudian ia pamit untuk masuk ke ruang wawancara.
What a life, Jo.
Rasa lelah mulai menghampirinya setelah seharian berdiri dan harus berganti baju sebanyak tiga kali guna menyamakan tema dengan pernikahan sahabatnya ini. Pesta terakhir dimulai. Yang artinya rangkaian acara akan berakhir sebentar lagi. Puncak memang sedang menggila. Walaupun Alisya memilih menikah ketika kemarau, tapi pada malam hari begini suhu dapat turun dengan amat sangat drastis.
Aleeah melipir sebentar ke halaman belakang untuk sekedar membakar tembakau guna menghilangkan rasa asam dalam mulutnya. Ia bukanlah perokok aktif. Namun juga tidak pasif. Merokok baginya adalah hal wajar yang perlu ia lakukan beberapa kali dalam seminggu guna menghilangkan stressed atau kegiatan yang selalu ia namai dengan berbicara kepada diri sendiri. Belum pernah ada orang lain yang menemani Aleeah merokok selama 26 tahun hidupnya. Maka selama kesendiriannya itu, ia banyak bertanya dan menjawab apa yang otaknya pikirkan.
“Huffffft dingin banget” “Isya kenapa mesti puncak banget si nikahnya, anjir” katanya sambil mencari korek dalam pouch kecilnya.
Srekk srekk jesss
“Huffff” kepulan asap mengudara menyapu dinginnya malam. Setengah batang sudah ia habiskan sendirian di kegelapan yang memang tidak terlalu gelap karena sorot lampu acara pesta meneranginya.
Di belahan dunia lain, di tempat yang sama. Seorang lelaki sedang memikirkan ucapan ibunya 2 tahun yang lalu. “Mama mau liat kamu nikah dulu.” Ingatannya berbicara, setiap kali dirinya menghadiri acara pernikahan siapapun yang mengundangnya. Hatinya mendadak sakit. Diambilah sebatang rokok dari tas milik salah seorang temannya lalu berlalu keluar area. Mencari spot terbaik untuk sekedar menyalakan bara. Entah apa yang membuatnya berjalan ke belakang. Ia hanya mengikuti kakinya yang tiba tiba melangkah.
Dilihatnya seorang perempuan dengan kebaya biru muda sedang bersandar dengan satu kaki naik menumpu tembok, satu tangannya ia gunakan untuk memegang sesuatu di mulutnya sementara satunya lagi memegang sebuah dompet kecil.
Merasa ada yang menginterupsi kegiatannya. Aleeah pun menoleh. Dapat ia pastikan bahwa laki laki di seberang sana tidak dapat melihat wajahnya karena pencahayaan membuatnya menjadi sebuah siluet. Johnny ternyata. Ia sedang menelisik siapa perempuan yang sedang merokok sendirian ini. Dilihat dari pakaiannya, wanita ini adalah satu dari tiga orang teman dekat pengantin perempuan. Johnny berjalan mendekat. Matanya menangkap sosok yang tidak asing baginya. Tapi entah siapa otaknya tidak bisa bekerja.
Dibuangnya putung Promild Merah ini ke tanah setelah seorang lelaki membuyarkan sesi percakapan dengan dirinya sendiri. Diinjaknya si putung rokok yang masih merah menyala, dengan heels yang tidak terlalu tinggi itu.
“Lanjutin aja mbak” ucap sang lelaki yang juga tengah menyalakan korek untuk membakar sesuatu di mulutnya.
“Udah ngga in” jawab si perempuan. “Duluan mas.” lanjutnya pamit yang kemudian hanya dijawab anggukan. Aleeah kemudisn berlalu pergi tanpa perlu repot repot mencari tahu siapa raga yang baru saja mendekat kepadanya. Bukannya tidak mau repot. Beginilah Aleeah, si tidak mau tau. Bodo amatlah. Moto hidupnya.
Sementara Aleeah berlalu pergi, Johnny mulai membuka kembali ingatan ingatannya. 1/3 bagian sudah menghilang, tapi sosok perempuan tadi belum ia temukan. 2/3 bagian terbakar lalu dengan tiba tiba sebuah cairan menetes dari arah atas tepat pada paha Johnny. Si empu pun mendongak melihat apa yang jatuh. Air AC yang bocor. Oke lah pikirnya. Lalu secara tiba tiba adegan dimana dirinya menutup mata setelah celananya basah di pesawat beberapa hari lalu muncul kembali. Segera setelahnya Johnny menolehkan kepala ke arah dimana Aleeah melenyapkan diri.
“Is that you?” tanyanya sendiri. Lalu ia matikan sisa rokok yang tidak banyak menggunakan kakinya dan segera mencari kemana Aleeah pergi.
Kursi bisnis yang ia tempati kini menjadi sesuatu yang amat sangat nyaman bagi Johnny. 16 jam penerbangan menuju tanah air membuatnya muak setiap kali ia membayangkan nyawanya yang hampir tertinggal di awan sedangkan raganya sudah sedikit turun dari posisi sebelumnya. Ditambah lagi keadaan dimana ia harus selalu menelan ludah untuk menyesuaikan pendengaran dengan tekanan udara yang ada.
Johnny benar benar baru saja menyandarkan kepalanya kesandaran ketika seorang perempuan secara tidak sengaja terhuyung ke arahnya. Matanya yang tadi hendak tertutup mendadak terbuka lebar karenanya.
“Sorry.” “Sorry, oh my god, shit” “Sorry” kata wanita itu karena selain dirinya yang tiba tiba oleng, ia juga secara tidak sengaja menumpahkan air dalam tumblr minumnya yang tak ia tutup dengan rapat.
“Oh my god. Sorry sorry sorry sorry sorry” katanya panik setelah melihat celana bagian paha milik Johnny basah karena ulahnya.
“Verzeihen Sie mir” kata wanita itu dalam bahasa Jerman dengan arti maaf.
“It's ok, it's ok” kata Johnny akhirnya.
“Is it yours?” tanya Johnny kemudian menunjuk kursi kosong sebelahnya.
“That's mine” jawab wanita tersebut sembari tersenyum yang entah apa maksudnya. Dapat dilihatnya bahwa wajah Johnny saat ini sedikit tidak mengenakan. Namun ia hanya terdiam. Tidak ada niat untuk bertanya atau menegur lebih dalam.
“Ok” jawab Johnny acuh. Lalu ia kembali duduk dan menyandarkan kepalanya kembali serta mulai memejamkan mata.
Selang dua hari setelah percakapannya dengan teman temannya bahwa tanggal 16 mendatang ia harus hadir dipernikahan salah satu sahabatnya, amat sangat membebani pikiran Johnny.
Biasanya, pertengahan bulan seperti ini ia akan terbang ke Jerman dan memulai kehidupan sebagai seseorang yang mendedikasikan hidupnya untuk orang lain. Johnny biasanya akan kembali awal bulan selanjutnya. Jadi dapat dikatakan hidup Johnny 2 minggu ada di Indonesia 2 minggu lagi ada di Jerman.
Badannya lelah sekarang. Matanya mengantuk serta pikirannya berlarian kemana mana. Tubuhnya ingin diistirahatkan tapi jiwanya menolak. Maka untuk mengurangi rasa letihnya, ia memilih untuk memejamkan mata berharap akan terlelap dengan sendirinya. Ini pula alasan Johnny tidak menegur atau berdebat lebih panjang dengan wanita yang memang sedikit ceroboh, barusan, karena dirinya sudah tidak memiliki tenaga. Ditambah lagi sepulangnya dari Jerman ini ia harus datang ke acara pernikahan sahabatnya yang ia imani tidak akan membiarkannya duduk dengan tenang. Maksud Jeffrey menyuruhnya datang pasti untuk dimintai tolong ini itu serta dipamerkan ke koleganya yang lain dengan dalih siapa yang mau mantu? ini temanku bisa.
Sementara itu, seorang wanita dipertengahan umur 20an sibuk sesekali mencuri pandang ke arah Johnny. Tidak kagum. Hanya sedikit terkejut. Mengapa lelaki di sampingnya ini begitu diam dan bahkan tidak menegurnya sama sekali? Untuk ukuran orang asing sikap Johnny ini memang sedikit masuk akal tapi jiga sedikit memungkinkan. Ada kalanya kita memilih diam karena malas. Ada pula masa dimana kita memilih marah dengan asumsi tidak akan bertemu kembali. Maka pertanyaan Aleeah saat ini adalah, apakah Johnny memang orang yang tidak peduli seperti itu?
“Cape banget kayanya” “Kenapa tidurnya gitu ya, ini dia ngga lagi meninggal kan?” “Baru take off kena turbulance” “Clananya basah astaga le lo kenapa ceroboh banget bego”
Terus begitu setiap ia melihat ke arah lelaki yang mungkin kini sudah tidur nyenyak di kursinya. Tidak ada pikiran lain. Aleeah hanya merasa bersalah pada orang asing yang tak ia kenal jelas asal usulnya. Orang asing yang secara tidak sengaja menerima perbuatan cerobohnya. Orang asing, mungkin. Sedetik kemudian Aleeah ikut terlelap dengan menyelimuti dirinya terlebih dahulu dengan jaket yang ia bawa dan selimut yang disediakan pihak penerbang. Keduanya lalu sama sama terlelap dalam alam mimpi berbeda di dalam satu pesawat dengan tujuan yang sama.
Dery menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri mencari sosok gadis yang bertanya kepadanya melalui dm twitter apakah benar dirinya sedang di rumah sakit? Matanya menelisik ke segala arah, berharap menemukan gadis tersebut. Pasalnya tadi siang gadis ini adu tumbuk dengan tiga orang mahasiswa yang sebenarnya juga cukup ugul ugalan.
Ketemu. Arah pukul 2. Seorang gadis dengan celana pendek serta kardingan panjang sedang berjalan memakai sendal jepit seadanya dengan luka lutut memar merah terbuka. Dery kemudian berjalan menghampiri gadis tersebut.
“Ngikutin gue?” tanya Dery.
“Lo yang ngikutin gue. Ngapain kak?” bukannya menjawab, gadis ini malah ganti bertanya.
“Ada perlu” jawab Dery seadanya. Yang kemudian hanya dijawab anggukan dan bibir membentuk bulat sempurna oleh si gadis.
“Lo ngapain sam?” tanya Dery kemudian.
“Mau ketemu mama kak” jawab Samara jujur. Dery diam. Ia hanya menatap Samara dengan wajah penuh tanda tanya.
“Mama lo di runah sakit?” tanya Dery heran.
“Hooh” jawab Samara seadanya. Matanya sambil mencari cari seseorang di kejauhan sana.
“Bokap dimana?” tanya Dery lagi.
“Sama di rumah sakit juga.” jawab Samara. Pendangannya kali ini kembali ke Dery.
“Papa mama di rumah sakit terus kak, ngga pernah di rumah” lanjut Samara.
“Sam, lo masuk kampus pake jalur apa?” tanya Dery kemudian.
“Mandiri kak. Kenapa? Tiba tiba banget?”
“Sam, lo coba join scholarship deh” balas Dery.
“Hah?”
“Berat banget ya sam? Sorry sam gue cuman bercanda, gue ngga akan bilang bokap kok, tapi tolong banget flashdisk gua balikin ya” jawab Dery. Samara mengerutkan dahinya semakin tidak mengerti.
“Hah gimana?” tanya Samara lagi.
“Lo boleh kuliah sampe lulus sam, banggain orang tua lo, umur ngga ada yang tau” balas Dery.
Wahh ngaco Kak Dery
“Gue juga ngga akan bilang Pak Johnny buat DO lo kali cuman gara gara lo ga sengaja nemuin fd gue. Semangt ya sam, gue tau berat tapi semangat aja biar orang tua lo bangga” lanjut Dery.
“Kak, lo ngaco banget. Ngomongin apa si?” tanya Samara kebingungan.
“Udah berapa lama sam? Sakit apa nyokap bokap lo?” tanya Dery lagi.
“Kak?” ucap Samara sambil memijit keningnya sambil memejamkan kedua matanya.
“Sam? Kenapa?” tanya Dery khawatir.
“Kak. Papa mama gue dokter.” jawab Samara sembari menatap mata coklat Dery. Sementara yang ditatap hanya membeku. Dery mencerna ucapan Samara barusan.
“Kak. Papa mama gue dokter.” Anjing kenapa gue sok tau banget, malu goblok
“Kak?” Panggil Samara membuyarkan lamunan Dery. Pasalnya Dery memang hanya diam tak tahu harus bereaksi seperti apa. Malu ditambah ia sudah merasa iba duluan pada Samara. Malu sekali.
“Dekk” panggil seorang perempuan dengan setelan biru khas rumah sakit memanggil Samara dari kejauhan.
“Ma!” teriak Samara tak kalah kencangnya. Dery masih diam di tempat. Bingung harus bereaksi seperti apa.
“Loh katanya mau sendiri?” tanya sang mama.
“Sendiri kok” jawab Samara. Dery linglung, tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Masih malu ditambah kedatangan Mama Samara yang tidak ia duga duga.
Mama hanya mengarahkan pandangannya kepada Dery. Meminta Samara untuk menjelaskan siapa pemuda tampan yang bersamanya ini jikalau ia memang berangkat sendiri.
“Ini ngga tau ma siapa tadi nanya aja kamar mandi dimana” jawab Samara. Lalu ia mengkedip kedipkan matanya ke arah Dery seperti memberi kode. Dery membelalakkan matanya ke arah Samara. Meminta penjelasan mengapa ia berpura pura tidak mengenal dirinya?
“Sana mas, jalan aja lurus nanti ada tulisannya kok, ada plangnya” Ucap mama kepada Dery.
“Makasih, tan-” “Makasih dokter” Ucap Dery kemudian ia menatap Samara tajam dan menganggukan kepala sebagai tanda pamit undur diri.
“Udah makan?” tanya mama ke Samara. Dapat Dery dengar lamat lamat. Tidak dijawab oleh empunya.
“Dek kenapa?! Lututmu kenapa, astaga anak mama kenapa?” lagi Dery dengan dengan lirih karena memang dirinya sudah berlalu pergi.
Dengan tidak menggurangi rasa hormat mba sa ke ayah sama bunda. Mba sa mau bilang aja si hehe. Banyak bgt cerita ayah sama bunda yg mba sa denger, dari banyak org juga. Mba sa juga ngga pernah percaya skrg. Mba sa juga berharap ayah sama bunda percaya sama mba sa sama adek aja. Yah bun, mba sa sama adek itu ngga pernah minta dilahirin di dunia ini. Tapi mba sa sm adek seneng, bersyukur, dan berterima kasih bgt ke ayah sm bunda karena kasih kita kehidupan. Jadii,
Maaf kalo mba sa sama adek sering nyakitin ayah sama bunda baik dari perkataan maupun perbuatan. Mba sa pikir ini masalah salah paham. Komunikasinya kurang. 20 thn kaya ginisaling diem dieman, apa apa saling ngomongindi belakang. Tidak baik bukan? Bunda sama ayah kalo ada apa apa juga ngga pernah bilang mba sa sama adek kan? Pasti ada alasannya mba sa paham. Adek sama mba sa juga ga pernah cerita ke ayah sm bunda karena kita gatau caranya. Ga pernah diajarin. Maaf. Mba sa sama adek ngga tau gimana caranya terbuka ke org lain, bahkan ke ayah sm bunda sendiri.
Maaf kalo mba sa sama adek chat ayah sama bunda cuman mau minta uang karena ya kita gatau mau ngomongin apa. Basa basi? Ngga bisa, ngga tau diajarin. Mba sa tau ayah sama bunda banyak berkorban buat mba sa sama adek. Tenaga perasaan. Tapi mba sa juga pgn ayah sama bunda tau mba sa sama adek juga berkorban banyak banget. Mungkin ayah sama bunda bakalan mikir kalo mba sa anak kurang ajar karena ngga bersyukur. Mba sa bersyukur banget ayah sama bunda disini, mau mulai dari awal lagi. Tapi mba sa mau ayah sama bunda ngerti mba sa sama adek sakit. Sakit banget. Mba sa sama adek yg haha hihi minta duit terus ini, juga mikir bangt pas mau minta. Reaksi ayah sama bunda yg lempar2an tanggung jawab bikin mba sa sama adek mikir kalo kita itu ngga pantes. Mba sa sama adek harusnya ngga disini. Harusnya ngga lahir, dilain sisi kita berdua bersyukur banget. Kegiatan minta minta mba sa sama adek ini haknya mba sa sama adek juga yah bun. Kalo ngga minta ke ayah sama bunda minta ke siapa? Adek sama mba sa masih tanggung jwb ayah bubda kan? Mba sa sm adek kadang ngerasa bersalah sm buum tatun mba bi om er bude sri. Mereka bukan siapa2 tapi ikut tanggung jawabin mba sa sm adek karena org tua kita gabisa. Ok gapapa. Mba sa sama adek emng ga pernah tiap hari minta 10rb 20rb tp sekali minta lgsg banyak jadi keliatan banget ngabisin uangnya ya? Heheh maaf kalo ayah sm bunda terbebani.
Kalo ada apa apa jangan disimpulin sendiri. Jangan nyari beban pikiran sendiri. Nebak nebak kenapa akhirnya sakit hati sendiri. Tanyain aja. Tanya mba sa tanya adek. Kalo mau ngasih tau apa apa bilang lgsg jgn lewat perantara. Liat kan? Ayah sm bunda aja ngga bisa ngomong lgsg gimana mba sa sm adek bisa. Ayah sm bunda kalo mau ngasi tau mba sa lewat mbak bi. Kenapa ga ngomong lgsg?
Tanpa mengurangi rasa hormat ke ayah bunda mba sa mau, coba ayah sama bunda posisiin diri jadi mba sa sama adek 5 mnt aja. Mba sa sama adek tau ayah sama bunda pasti kena mental juga, tapi adek sama mba sa iya juga. Hidup dan besar sendiri itu susah banget. Mba sa sama adek bahkan ngga pernah dapet wejangan how to life dari ayah sama bunda. Mba sa sama adek belajar sendiri. Yah, bun punya anak bukan cuman gimana cara ngasi uang aja. Tapi mental juga. Mba sa ngelantur kaya udah pernah jadi mak bapak aja ya? Emng blm, tp mba sa liat sendiri gimn ayah sm bunda. Mba sa pgn ayah sm bunda liat. Mba sa sama adek haha hihi itu sakit, bukan ketawa beneran. Ayah sama bunda harusnya bersyukur? Aku sama adek ngga rusak kaya anak broken home yg lain. Ayah sama bunda tau kenapa mba sa berenti berprestasi? Knp mba sa ngga aktif lagi? Mba sa capek. Ayah sama bunda ngga paham, ayah sama bunda ngga ngerti. Dulu pas kecil mba sa hidup buat ayah sm bunda. Kalo mba sa berprestasi ayah sama bunda malu terus jadi perhatiin aku. Ternyata engga, jadi yaudah mba sa hidup gini gini aja buat diri sendiri. Egois banget? Maaf ya yah bun. Susah payah kita berdua jalan tetep dijalurnya. Kalo ayah bunda tanya aku sm adek pgn nakal ngga? Pengen. Aku bahkan udah ngeroko udah minum tp aku inget lagi gmn nanti nyeselnya ayah sm bunda tau anaknya begini. Rasa hormat rasa sayang aku sm adek itu ngga ditunjukin terang2an. Kita gatau caranya. Mba sa pgn ayah sama bunda hornatin adek. Adek masih sehat ngga sakit kaya mba sa. Kalo ayah sama bunda mau tau mba sa lebih rusak dari adek. Mba sa bahkan ngga bisa pacaran atau deket sama cowo karena mba sa takut. Lukanya yg bunda sm ayah kasih itu dalem banget. Ngga keliatan ya? Ya karna emng ngga dikasi liat hehe, masa aku mau bilang bilang ke org lain, ga boleh. Karena adek masih sehat ayah bunda coba dengerin adek. Tanyain adek maunya gimn, harinya gimn, adek masih baik karena mau coba ke ayah bunda, ngga rusak kaya mba sa. Mbasa bahkanngga pernah bilangmba sa syg ayahsm bunda kan? Mbasa takut. Semua yg mba sa syg pergi. Bunda pergi. Ayah pergi. Bahkan adek juga ninggalin mba sa. Mba sa biarin gini aja nanti sembuh sendiri, ini lagi berusaha. Banyak diem diemnya mba sa yg ngga ayah sama bunda tau. Mba sa juga tau ayah sama bunda pasti kaya gini juga, mendem ini itu. Kita ber4 sama sama sakit yah bun. Bahkan org sekitar kita juga ikutan sakit. Semua udah terlanjur kan, yaudah mau gimana lagi? Maafin diri sendiri, coba pasang telingga dan lebih peka ke sekitar. Aku sama adek juga lagi berusaha gimana jadi anak yg baik. Maaf kalo belum sesuai ekspetasi ayah sama bunda.
Maaf kalo merepotkan lagi tapi ayah sama bunda tolong bertahan. Ayah bunda didik mba sama adek dgn baik kok. Tolong bertahan bentar nanti kalo udah kerja mba sa sama adek ngga minta ayah bunda lagi. Tolong doain mba sa sma dek ya yah bun. Mba sa sm adek ngga lupa ayah bunda kok. Terima kasih udah berusaha, tolong tahan bentar lagi, lagi diusahain hehe.
Ngga usah dibales, mba sa cmn pgn ngomong aja. Ini mau lanjut nugas hehe.
Semenjak kepulangan keduanya beberapa hari yang lalu dari yang 'katanya' honeymoon. Shannon memang mendadak terserang flu berat karena memang cuaca yang ekstrim di Selandia Baru. Ditambah lagi dirinya sempat kehujanan karena tidak bisa berjalan dengan benar akibat malam panasnya dengan sang suami.
Alhasil, untuk tetap melanjutkan kegiatan. Mereka mutuskan untuk pisah ranjang. Shannon menempati kamar bawah dan Jaehyun tetap berada di kamarn mereka. Alasanya sangat simple. Jaehyun tidak boleh tertular dan jika sewaktu waktu butuh apa apa Shannon bisa dengan mudah ke dapur sendiri tanpa perlu repot repot naik turun tangga.
Lagi pula Jaehyun sedang ada project besar yang harus dikerjakan dan malah ia tinggal bepergian. Oleh karenanya, kepulangannya saat ini ia gunakan untuk menebus waktu yang telah terbuang. Karena itu pula mereka membuat perjanjian untuk tidak bertemu dan bertegur sapa. Jaehyun menyiapkan dirinya sendiri dan mengambil alih kegiatan rumah. Sementara Shannon juga akan mengurus dirinya sendiri di ruang isolasi.
Kamar bawah ini juga merupakan kamar tamu yang mana terhubung langsung dengan halaman belakang. Sore itu Jaehyun memutuskan untuk pulang setelah client luar negerinya undur diri dari jamuan makan siang yang telah ia janjikan jauh jauh hari sebelumnya.
Cuaca tidak panas tapi juga tidak hujan. Shannon memutuskan untuk tidur karena menunggu sang suami kembali tidak seasik sebelumnya. Pening serta sakit diseluruh tubuhnya amat begitu hebat ia rasakan. Menutup mata menjadi satu satunya opsi terbaik.
Jaehyun menatap wajah sang istri yang terlelap tidak cukup tenang dalam tidur 'siang'nya. Ia berdiri di halaman belakang masih memakai setelan kerja dan menatap Shannon dari luar. Ranjang kamar ini memang menghadap langsung ke halaman dengan kaca besar yang juga bisa dialih fungsikan sebagai pintu, sehingga Jaehyun tidak perlu repot repot mencari posisi yang tepat untuk melihat keadaan sang istri.
Tak lama Shannon membuka matanya. Dilihatnya seorang laki laki berdiri dengan tangan di belakang menatap dirinya dengan teduh. Shannon tersenyum. Oh udah pulang. Ingin rasanya ia lari ke pelukan sang suami tapi lagi lagi ia menahan diri. Jika salah seorang dari mereka sakit, maka yang satu tetap harus sehat agar bisa saling merawat.
“Makan?” Tanya Jaehyun dari luar sambil menggunakan bahasa tubuh mengisyaratkan kata makan ke sang istri. Shannon menggeleng. Tidak ada suara yg dapat Shannon dengar namun ia memahami bentuk mulut sang suami.
“Mau apa?” Tanya Jaehyun lagi.
“Kamu” Jawab Shannon sembari menunjuk Jaehyun di luar sana. Jaehyun kemudian merasa lemas, terkulai tak berdaya. Kedua kakinya seolah tak dapat digunakan untuk berdiri. Wajahnya memerah sembari kedua tangannya naik di depan dada. Memberhentikan detak jantung yang tak karuan bunyinya. Mleyot dibuat sang istri. Shannon kemudian tertawa terbahak bahak melihat tingkah lelakinya.
Sedetik kemudian pandangan keduanya bertemu. Perasaan rindu memenuhi keduanya. Bukan pisah rumah. Hanya pisah ranjang dan tidak bertemu beberapa hari saja. Jaehyun kemudian dengan nyali setinggi langit dan tekat sedalam lautan memberanikan diri membuka kenop pintu kaca kamar bawah yang seketika itu pula mendapat respon berupa lemparan guling dari sang puan karena Jaehyun telah melanggar perjanjian.
“Jangan bercanda, ngga, ngga boleh” Teriak Shannon panik menoleh kesana kemari mencari masker mulut miliknya. Ketemu. Di atas nakas. Namun naas, niatnya kalah cepat dengan dekapan hangat sang suami. Jaehyun langsung memeluk Shannon seerat mungkin ketika ia melihat daksa sang istri yang sudah duduk di atas ranjang dengan hidung merah, suara sengau, serta suhu tubuh yang lebih hangat. Persetan dengan umpatan dan hukuman yang akan ia terima nantinya, saat ini dirinya hanya merindukan Shannon.
“J jangan ngawur kamu” “J YaAllah” “Masker aku. Maskerr” “YaAllah mask-” kata Shannon mencoba menghentikan suaminya. Namun Jaehyun tidak gentar. Sudah terjebur, basah kuyup saja sekalian. Lama Jaehyun memeluk Shannon dan menenggelamkan wajahnya dalam tempat ternyaman di dunia. Ceruk leher Shannon. Menghirup aroma khas tubuh sang istri yang walaupun dalam keadaan apapun tetap harus mandi. Memulangkan rindu ke tempat semula.
Shannon hanya bisa pasrah. Dirinya kembali lemas. Belum memakan apapun sejak tadi pagi serta lidahnya terasa begitu hambar membuatnya tidak berselera makan. Ditambah sekarang dirinya harus bergelut dengan sang suami untuk melepaskan pelukan yang sudah ia ketahui akan sia sia karena Jaehyun terlampau jauh lebih kuat dari padanya.
Shannon pasrah. Alih alih melawan ia kini membalas pelukan si pria. Memejamkan matanya dan ikut menikmati waktu berdua. Sesekali tangannya digunakan untuk menepuk nepuk punggung suaminya sekedar menyalurkan kenyamanan.
“What did you do?” Tanya Shannon di tengah tengah pelukan mereka.
“I miss you” Jawab Jaehyun. Hening sebentar.
“How was your day?” Tanya Shannon lagi.
“I miss you” Jawab Jaehyun lagi. Hening lagi.
“Kerjaan kantor banyak?” Tanya Shannon.
“I miss you” Jawang sang lelaki.
“Aku boleh peliara anjing ngga?” Tanya Shannon lagi. Random.
“I miss you” Jawab Jaehyun tetap kukuh. Shannon kemudian membuka pelukan mereka. Tidak melepas, hanya membukanya sedikit. Lalu ia menatap mata suaminya dalam dalam. Serindu itukah Jaehyun padanya?
Tidak ada pembicaraan. Tidak ada kata kata yang keluar. Keduanya hanya saling pandang. Lalu lama kelamaan Jaehyun mulai mengikis jarak. Mencari hal manis yang sudah menjadi candu baginya. Mencari sesuatu kenyal yang selalu ingin ia makan. Matanya terarah pada bibir Shannon. Pelan. Pelan sekali. Lalu sebuah telapak tangan menempel di bibir Jaehyun. Ia menaikan pandangannya mencari mata sang istri.
Shannon sudah mengulum bibirnya ke dalam.
“Give me mine” Kata Jaehyun meminta. Shannon tidak menjawab. Ia hanya menggelengkan kepala.
“That's mine, shan?!” Ucap Jaehyun sedikit kesal dengan wajah yang dibuat buat. Menggemaskan. Shannon masih diam dan hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban.
“Shannnnn aaaaaann aan?” Pinta Jaehyun sambil berguling guling seperti anak kecil. Shannon tertawa tapi tetap tidak menjawab.
“Pleaseee” Pintanya kali ini putus asa.
“No” Jawab Shannon tegas sengan masih ada sisa senyum di wajahnya.
“Then why? Thats officially mine” Bela Jaehyun.
“Because you broke the rules” Balas Shannon.
“Whyy? You miss me too tho?” Bela Jaehyun. Shannon diam seketika. Ia juga merindukan suaminya. Bahkan ia pula yang memulangkan paska sang suami dari kantor.
“You miss me too aren't you?” Tanya Jaehyun lagi. Shannon masih diam memikirkan seribu kemungkinan. Iya dan tidak sama sama beresiko.
“Engga” Jawab Shannon akhirnya. Jaehyun seketika membelalakkan mata tidak terima atas jawaban sang istri. Dengan sigap ia hujani wajah Shannon dengan kecupan kecupan kecil yang menimbulkan gelak tawa dari sang wanita.
“I'll stop if you miss me” Kata Jaehyun di sela sela aktifitas mereka.
“Ok ok hahahha” “Ok haha J” “Ok ok i miss you” “I miss you” Kata Shannon akhirnya. Jaehyun kemudian menepati kata katanya. Ia berhenti menciumi Shannon. Lalu menatap mata istrinya dengan teduh. Sedetik kemudian Jaehyun mulai kembali mengikis jarak.
Cuppp
Kena. Menempel. Melumat. Pelan. Mengigit. Bermain. Lidah ikut serta. Melumat lagi. Pelan lagi. Sedikit mengigit lagi. Kali ini Shannon tidak menolak. Ia biarkan suaminya memulai memecahkan celengan rindu keduanya.
“It's ok shan. It's just, virus” Kata Jaehyun disela sela ciuman mereka.
Samara memasukan hpnya dengan tergesa gesa ke dalam tote bag andalan miliknya, si hitam legam. Kemudian mulutnya dengan cepat dijejali nasi pecel yang ia beli beberapa waktu lalu seharga 15 ribu sebagai sarapan sekaligus makan siang.
11.30 ia dan Rachel tentu saja sudah selesai dengan kegiatan belajar mengajar mereka. Lalu seperti mahasiswa pada umumnya, kedua sahabat ini melipir ke kantin sebelum pulang karena ya memang tidak ada kelas lagi setelah ini.
“Lo kenapa njing?” Tanya Rachel keheranan. Masih tetap dengan mengunyah makanan yang terlanjur berada di dalam mulut.
“A dei el, ue di do” Jawab Samara tidak jelas karena mulutnya penuh. Kak Dery Chel, nanti gue di do.
“Yang jelas bangsad” Bentak Rachel geregetan karena Samara benar benar memasang wajah ketakutan.
“Kak Dei anjing” Jawabnya dengan cukup jelas.
“Samara!?” Panggil Dery dengan volume suara sedikit keras dengan maksud agar Samara mendengarnya.
“Daaaaa, bil gue bawa” Balas Samara ke sahabatnya dengan melempar kunci mobil setelah dengan sadar menoleh ke arah Dery yang memanggilnya beberapa waktu lalu.
“Samara!” Terik Dery lebih keras karena bukannya menghampiri, Samara malah berlari pergi. Seketika itu pula seluruh penghuni kantin mengalihkan atensinya ke arah Dery dan Samara.
Bughhhh
Sebuah motor dikendari oleh tiga orang laki laki dengan tidak menggunakan helm dan duduk berdempet dempetan secara tidak sengaja menabrak Samara dari arah kanan. Seketika itu pula mahasiswa dan mahasiswa yang menyaksikan kejadian tubrukan ini berteriak. Fakultas Ekonomi riuh siang ini.
“Tolongin tolongin tolongin” Kata seorang dari mereka. Samara meringis kesakitan sambil mencoba bangkit dan meniup niup telapak tangan kirinya yang tergores.
“Yah mbak ati ati dong mbak” Kata salah seorang lainya sambil membantu Samara bangkit.
“Mba kalo nyebrang liat liat dong mbak, yah gimana dong boleng ngga tu siku lo” Kata seorang lagi dari mereka. Samara masih diam menikmati setiap luka yang baru saja tercipta. Darah memang tidak keluar dengan deras tapi tetap saja perih dan sakit menjalar di sekujur tubuhnya.
Bertubrukan langsung dengan paving bukanlah hal yang ramah bangi Samara. Bahkan bagi semua orang. Tidak ada yang meminta untuk sengaja ditabrak agar bisa merasakan bagaimana rasanya bertumbuk dengan paving dan aspal.
“Sorry sorry. Lo ngga papa?” Tanya Dery tiba tiba dari arah belakang Samara. Tak lain dan tak bukan adalah karena ia melihat secara langsung dengan mata kepalanya sendiri tragedi 11.36 yang mengorbankan buronan flashdisk berisi revisi skripsi miliknya.
Samara kemudian membelalakan matanya kaget dengan siapa yang berdiri di sampingnya serta mewakilkannya meminta maaf. Seperti dua magnet dengan medan yang sama. Apabila bertemu pasti tolak menolak. Maka seketika ia sadar bahwa Dery mengambil alih dirinya, Samara tersentak dan ingin melanjutkan pelariannya. Namun naas, setelah langkah pertama tercipta, tangan Dery dengan cekatan menggenggam erat pergelangan tangan kanan Samara yang membuatnya mau tidak mau tidak bisa bergerak.
“Ngga papa kok mas, ini Samara bukan?” Jawab salah seorang dari mereka.
Dery menoleh ke arah Samara. Lalu..
“Oke kalo ngga papa. Sorry ya sekali lagi” Jawab Dery. Lalu ia memberikan isyarat menggunakan dagunya pada Samara dengan maksud menyuruhnya meminta maaf pada ketiga pelaku yang sebenarnya juga korban.
“Eh kak, maaf kak, sorry banget, maaf kak” Ucap Samara akhirnya mengerti kode dari Dery
“Iya Samara lain kali hati hati” Jawab salah seorang dari mereka.
“Samara kalo nyebrang lain kali liat liat ya” Jawabnya lagi.
“Duluan” Ucap Dery kepada ketiga pemuda entah semester berapa, lalu menarik Samara pergi dari sana.
“Cantik banget anjing” “Lo bego harusnya ngerem goblok” “Cantik cantik bopeng, samaraaa”
Terdengar gumaman ketiga pemuda pengendara sepeda motor tadi. Samara hanya menurut berlalu pergi karena cengkraman tangan Dery memang amat sangat kuat secara tidak sengaja. Hatinya berdegup kencang. Ini adalah pertama kalinya dirinya disentuh oleh lawan jenis. Apalagi ini Kak Dery. Anak Rektor NCIT.
Sebenarnya selain itu Samara juga was was jikalau dirinya benar benar didepak dari kampusnya secara paksa. Menemukan flashdisk bukanlah hal tabu bagi umat manusia dewasa ini. Yang menjadi masalah dan ketakutan Samara beberapa hari terakhir adalah karena dia secara sengaja dan dengan kesadaran penuh, memposting sesuatu yang seharusnya tidak ia lakukan ke akun sosial medianya. Parahnya lagi, pemilik nama baik ini adalah, lagi lagi Kak Dery, si anak Rektor NCIT.
“Rumah lo dimana?” Tanya Dery setelah memasukkan Samara ke dalam mobilnya dan mengunci pintu mobil dari kendalinya sebagai supir. Samara masih diam menatap ke depan dengan wajah ketakutan.
“Sam?” Panggil Dery dengan menoyor lengan Samara karena Samara hanya diam tidak meresponnya.
“Kak, ini akhir hayat gue kayanya ya?” Tanya Samara ke Dery dengan tidak menoleh sedikitpun.
“Hah?”
“Gue udah keciduk sama lo kak. Maaf kak serius gue ngga maksud. Biarin gue kuliah dulu kak. Gue mesti gimana biar gue ngga di do?” Tanta Samara putus asa. Kali ini ia menatap Dery.
“Lo ngelantur mulu ngomongnya dari kemaren kemaren. Gue cuman mau ambil flashdisk aja Sam” Jawab Dery.
“Dospem gue ngechat mulu anjir, revisi ada di fd semua” Lanjut Dery dengan mulai menyalakan mobil dan membawanya keluar parkiran.
“Kak, tapi lo ngga akan suruh Pak Johnny buat do gue kan? Kak gue ngga bisa nulis surat pengunduran diri. Pas gue nemuin fd itu gue juga gamau ambil tapi gue kepikiran nanti gimana kalo penting, siapa tau gue bisa balikin demi Allah niat awalnya gitu, terus terus yang gue di twitter itu karena ya, lo lucu aja menurut gue kak, kaya hello world kalian harus tau kaya gitu kak asli, jujur ini mah” Jelas Samara memelas. Dery kemudian menoleh ke arah gadis asing di sampingnya. Lucu. Lalu tiba tiba ini yang terpikirkan oleh Dery..
“Gimana ya sam kalo soal yang twitter itu” Jawab Dery dengan senyum tipis yang tidak dapat dilihat.
“Kak? Kak Dery kan baik” Bujuk Samara.
🥺 representating ekspresi Samara
Dery kemudian mengulum bibirnya ke dalam. Gemes.
“Nanti gue pikirin deh. Lo udah mencoret nama baik gue juga soalnya” Lanjut Dery dengan ekspresi sedemikian rupa agar tidak ketahuan sedang menjahili Samara.
“Kak, Ya Allah lo mau apa? Gue mesti gimana kak” Kata Samara memohon.
“Pertama balikin flashdisk gue dulu. Selanjutnya gue pikirin ntar” Balas Dery enteng. Samara lalu mengangguk.
“Perempatan itu lurus kak. Nanti ada tong belok kiri. Kita lewat jalan tikus aja cepet.” Balas Samara setelahnya. Rupa rupanya ia memang menuruti apa kata Dery balikin fd gue dulu agar tidak dikeluarkan dari kampus.
Diam diam Dery tertawa dalam hati.