raellee

“Dok, aborsi sakit ya?” Tanya Shannon.

Sang dokter pun membelalakan matanya lebar lebar. Mencoba mencerna kembali maksud perkataan Shannon tadi. Sadar sang dokter hanya diam dan menunjukan raut muka penuh tanya, Shannon pun menambah kalimatnya.

“Tadi aku liat ada ibu ibu didorong gitu dok. Katanya habis aborsi ya?” Tanya Shannon. Sebenarnya kalimatnya belum selesai, namun ia putuskan untuk berhenti sejenak. Menengadahkan wajahnya, menatap langit langit ruangan praktek Dokter Nug itu. Menahan ai mata disana.

“Aku emang belum ketemu anak aku dok. Tapi ngebayangin di posisi ibu tadi sakit banget. Aku emang baru tau ada nyawa lain disini. Baru tau banget. Tapi aku ngebayangin kalo aku yang disana gimana? Pasti hancur banget” Lanjut Shannon. Air matanya kembali lolos begitu saja dihadapan orang lain.

Dokter Nug tampaknya mengerti apa yang Shannon bicarakan.

“Aborsi memang sakit bu. Bahkan dilarang. Tapi kalau ada alasan jelasnya sah sah saja dilakukan. Untuk urusan kesehatan misalnya. Ibu yang tadi itu punya riwayat jantung. Kalo kehamilannya diteruskan baik ibu maupun bayi bisa saja tidak bertolong” Jelas sang dokter.

Shannon tidak menjawab. Ia menangis sesenggukan disana. Menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia membayangkan betapa kehilanggannya seorang ibu ketika harus merelakan anaknya bahkan mereka belum sempat bertemu. Shannon tidak bisa membayangkan jika dirinya ada disana.

Dokter Nug kemudian bangkit dan duduk di kursi sebelah Shannon di susul seorang perawat perempuan yang menepuk nepuk punggung Shannon mencoba menenangkan.

“Hidup sudah ada yang mengatur bu. Kita tinggal usaha dan menjalani saja” Ucap sang dokter.

“Ibu sudah menangisnya” Ucap perawat disana. Mencoba menenangkan Shannon tapi sendirinya juga ikut terisak.

“Saya kira tadi ibu yang mau aborsi” Ucap perawat itu.

“Sembarangan mba, omongannya itu lo” Balas Shannon. Keduanya masih terisak. Dokter Nugraha hanya dapat menyaksikan kedua wanita ini sama sama menenangkan.

Rupanya alasan Shannon tidak menunjukkan epkspresi apa apa tak lain dan tak bukan adalah karena perempuan di atas brankar tadi. Shannon merasa simpati. Haruskan ia bersenang senang di atas rasa kehilangan orang lain. Ia memang belum sepenuhnya menjadi ibu tapi jiwa keibuannya telah tumbuh.

Berkali kali datang dalam bayangan Shannon betapa kehilangan yang amat dalam dirasakan perempuan tadi beserta sang suami.


Setelah keduanya mereda, baik Shannon dan mbak mbak perawat, maka dokter Nug melanjutkan pekerjaannya.

“Nanti sampai rumah suaminya dikasi tau ya bu? Bulan depan bisa cek berdua, kayanya gendernya udah bisa diliat” Ucap sang dokter.

“Baik. Makasi ya dok, aku pamit. Makasi mba” Ucap Shannon pamit undur diri.

“Hati hati dijalan.” Balas sang dokter dan mbak mbak perawat.

Shannon menghembuskan nafasnya. Berat sekali. Dirinya berada di dalam mobil sudah sekitar 30 menit hanya diam dan nampak cemas.

Setelah cukup lama meyakinkan diri sendiri akhirnya ia putuskan untuk turun dan menghadapi kenyataan.


“Yang itu yang itu bu”

“Kasian banget ck”

“Saya kalo jadi dia ngga bisa kayanya. Salah milih mati aja. Biar saya aja”

“Jangan gitu bu. Itu pasti juga pilihan yang berat buat mereka”

Terdengar di telingga Shannon percakapan dua perempuan yang kira kira berusia 30 tahunan. Sama sepertinya, ke tempat ini tanpa dampingan suami.

Sebuah brankar ternyata telah lewat melalui mereka membawa seorang wanita yang tidak sadarkan diri. Usut punya usut, wanita itu harus mengaborsi anaknya sendiri demi kesehatan dan keselamatnnya. Brankar itu di dorong oleh beberapa orang bersergam dan seorang laki laki biasa diduga suaminya.

Tak lama nama Shannon dipanggil. Ia lalu berdiri dan menuju ke asal suara. Lalu tak lama badannya lenyap dilahap oleh sebuah ruangan.


“Sudah 3 bulan ya ibu?” Ucap sang dokter

“Maaf dok, tapi aku baru telat 2 bulan ini” Balas Shannon.

“Iya ibu. Jadi menghitungnya bukan dari kapan telatnya. Tapi dari tanggal terakhir ibu dapat” Jelas sang dokter.

“Oooh” Jawab Shannon hanya memgangguk angguk.

“Jadi saya positif hamil?” Tanya Shannon untuk kesekian kalinya kepada sang dokter. Memastikan.

“Positif ibu.” Jawab dokter tanpa menyertakan embel embel selamat karena ini bukan pertanyaan Shannon yang pertama. Shannon masih diam. Sedikit melamun.

“Ibu mohon maaf, adakah keinginan untuk tidak memiliki anak?” Tanya dokter melihat reaksi Shannon yang tidak normal seperti calon ibu pada umunya. Mereka akan menangis, berteriak, bahkan reflek memeluk sang dokter ketika tahu bahwa dirinya sedang mengandung.

Tapi hal itu tidak terlibat dalam diri Shannon. Ia hanya diam, diam dan diam. Melamun. Seolah masih terus terusan mencerna peristiwa yang ada. Ditambah lagi Shannon pergi tidak bersama sang suami. Ini membuat siapapun yang melihatnya sekarang akan berfikir hal yang sama dengan sang dokter.

“Dok, aborsi sakit ya?” Tanya Shannon.

Seperti kata Lia. Sepulang kerja Jaehyun menyempatkan dirinya untuk mampir ke sebuah apotek guna membeli tespeck untuk sang istri.

Gue ngga berharap tapi bismillah semoga nanti sampe rumah ngga kena semprong Shannon aja dulu

Batin Jaehyun. Lalu ia melajutkan mobilnya menuju kediamanya.


“Shan” Panggil Jaehyun. Mereka telah sama sama berada di kamar. Sudah berganti pakaian, sudah siap untuk tidur. Jaehyun membuka obrolan. Shannon seperti biasa hanya menscroll hpnya.

“Hmm”

“Coba tes” Ucap Jaehyun to the point sambil menyodorkan sekantong plastik berisi tespeck.

“Apaan?” Tanya Shannon bangkit dan meraih pemberian sang suami.

“APA APAAN? AKU NGGA HAMIL” Ucap Shannon kaget seketika ia melihat isi dari kantong plastik tersebut.

“Coba aja” Ucap Jaehyun masih mencoba tenang.

“Aku ngga hamil J. Kamu ngapain beli ginian? Aku ngga hamil” Ucap Shannon lagi. Nadanya naik menahan amarah.

“Yaudah tes aja. Mau hamil ngga hamil tes aja”

“Tes kaya gitu harus pagi kalo lo mau tau” Ucap Shannon. Emosinya mulai naik.

“Mau pagi mau malem kalo ngga hamil ya ngga hamil. Udah tes aja” Jawab sang suami. Mencoba tenang.

“Nggak” Jawab Shannon. Sebenarnya Shannon sudah ingin memastikan ini sejak sebulan yang lalu ketika ia tidak mendapat menstruasinya. Namun niatnya ia urungkan karena ia takut jika hasil dalam benda tersebut bergaris dua.

“Shan please”

“NO” Jawabnya tegas. Jaehyun lalu sedikit melempar kresek tersebut ke meja dan membuka pintu kamar.

“Mau kemana?” Tanya Shannon.

“Lembur”

“Kamu ninggalin aku lagi?”

“Aku cuman lembur. Aku ngga mati” Jawab Jaehyun tegas, agaknya sang pria juga sedikit marah.

Shannon tidak menjawab. Ia membalikkan badan dan menarik selimutnya. Menenggelamkan tubuhnya disana.

Apasi udah di rumah juga tetep aja kerja

Batin Shannon dalam hati. Tiba tiba air matanya jatuh begitu saja.


Sekitar tengah malam Shannon terbangun untuk menyelesaikan urusan kamar mandi. Dirinya bangkit dengan keadaan saling punggung memunggungi dengan sang suami.

Kakinya menatap lantai siap melangkah, namun tatapannya dialihkan oleh sekantong kresek yang membuatnya menangis dalam diam. Tespeck.

Mau pagi mau malem kalo ngga hamil ya ngga hamil

Kata kata sang suami terngiang disana. Shannon menatap kresek itu lama. Berfikur. Lalu ia memutuskan untuk mengambil satu dari kira kira 5 tespeck yang Jaehyun beli.

Sekalian

Lalu kakinya kembali melangkah ke kamar mandi.

Bruk bruk bruk

“Shan ngapain? Lama banget. Gantian” Ucap Jaehyun dari luar ketika ia menyadari istrinya sudah tidak berbaring di sampingnya lumayan lama dan ia juga sedang membutuhkan wc.

“Shan” Panggilnya lagi. Di dalam sana Shannon sedang menunduk. Menatap tajam tespeck hasilnya tes coba coba malam itu. Garis dua. Shannon masih diam mencoba memahami arti garis tersebut walau ia sudah tau pasti. Positif.

Pikirannya campur aduk. Tidak tau harus senang atau sedih. Disisi lain ia tahu Jaehyun akan sangat senang. Di lain tangan Shannon sendiri belum cukup yakin untuk membagi waktunya, mengurus orang lain selain Jaehyun. Shannon belum yakin ia bisa menjadi orang tua.

“Shannnn” Panggil Jaehyun lagi.

Pintu kamar mandi terbuka.

“Ngapain? Lama banget” Tanya Jaehyun dengan mata sedikit tertutup. Shannon tidak menjawab. Ia hanya melihat wajah sang suami lalu kembali masuk ke dalam selimut.

“J, kamu udah janji sama aku” Teriak Shannon dari dalam kamarnya, menghadap pintu kamar mandi.

“Kamu bilang ngga ninggalin. Gabisa dipercaya” Ucapnya lagi, dengan air mata berlinang. Jaehyun tidak menjawab. Antara sengaja atau memang suara Shannon tidak terdengar dari dalam.

“Jaehyun aku benci kamu” Teriaknya lagi.

Tak lama akhirnya Jaehyun keluar dari kamar mandi dengan handuk melingkar di lehernya dan rambut setengah basah. Khas orang baru selesai mandi. Ia menatap aneh istrinya yang sedang berdiri disana dengan wajah penuh air mata.

“Kamu udah janji ngga ninggalin aku” Ucap Shannon lagi sesenggukan.

“Shan. Aku cuman ninggalin kamu mandi doang. Ngga kemana kemana, ngga selingkuh” Jawab Jaehyun terheran heran.

“Tetep aja kamu udah janji” Eyel Shannon. Lalu ia menghamburkan tubuhkan memeluk daksa suaminya erat. Jaehyun masih diam disana. Mencoba memahami situasi. Clingy seperti ini bukan Shannon sekali.

Bagaimana tidak. Jangankan untuk memeluk biasa, menyatakan rindu saja Shannon gengsi setengah mati. Namun kali ini ia benar benar meruntuhkan tembok pergengsian duniawinya.

Jaehyun menghembuskan nafasnya. Ia kemudian melempar handuknya kesembarang arah lalu membalas pelukan Shannon. Mengecup pucuk kepala sang istri dan membelai rambutnya.

“Kamu kenapa?” Tanya Jaehyun pelan. Halus sekali.

“Gatau. Kamu jangan ninggal ninggalin aku” Ucap Shannon. Isakannya sudah berkurang tapi air matanya belum kering.

Gue cuman kerja aja terus balik mandi, kenapa manja banget gini astaga. Lembur gue gimana? Huftttt

“Iyaaa. Kangen ya?” Balas Jaehyun. Shannon lalu melepaskan pelukannya. Melihat wajah sang suami. Lalu berbalik badan menuju kasurnya.

“Handuknya di jembreng yang bener” Kata Shannon. Berubah dingin lagi.

Kenapa cepet banget berubahnya Ya Allah, padahal baru aja anget ini udah dingin lagi. Shan aku gampang biduran

“Shan. Cuddle?” Tanya Jaehyun.

“Gamau kamu bau kambing” Jawab Shannon.

Jaehyun kembali terheran heran. Bagaimana bisa setelah Shannon memeluknya erat seakan enggan berbagi sang suami dengan udara sekalipun lantas ia mengatainya kambing? Jaehyun masih diam, benar benar tidak bergerak seinci pun. Shannon lalu mengambil hpnya dan berbaring di ranjang.

Setelah Shannon melihat keadaan lobynya yang sangat besar ini dirinya hanya bisa menutup mulutnya dengan tangan. Benar kata Lia. Ruangan ini dipenuhi dengan hampers odol dan sikat gigi dan sebuah banner besar bertuliskan Maat Atas Segalanya

“Gimana na?” Tanya Lia membuyarkan keherananya.

“Gue tau duit dia banyak tapi kenapa harus kaya gini si”

“Emang kenap lo? Mo cerai beneran?”

“Anjing Li. Lo kenapa ngomong cerai gampang banget deh”

“Ya ini apa?”

“Abis kena marah gue beberapa hari ini gara gara sikat gigi dia. Masa 2 minggu sekali ganti” Jelas Shannon. Jujur.

“Emang ambigu lo berdua. Ini gimana terusan? Diapain?”

“Bagi bagiin kesemua orang deh. Terserah dapet berapa yang penting ini loby fungsinya balik” Ucap Shannon.

“Ok. Mas mas tolong bantuin dong” Ucap Lia kepada salah seorang karyawan yang melewatinya.

“MARK” Teriak Shannon begitu ia melihat Mark keluar dari lift dengan ekspresi wajah yang tak jauh berbeda dengannya beberapa waktu lalu. Kaget.

“Beli saham dimana lo?” Tanya Mark kepada Shannon.

“Lakinye” Lia yang menjawab. Shannon sudah mulai sibuk memindahkan beberapa hampers dibantu beberapa karyawan lain yang kebetulan lewat disana.

“Wahhh, sultan” Mark masih terheran heran.

“Bantuin. Department lo ada berapa deh suruh kesini ambil semua sesuai jumlah. Sama semua chief juga suruh kesini” Perintah Shannon.

“Ok” Jawab Mark. Lalu mereka kembali melanjutkan aktifitas distribusi hampers odol ini.


5 kurang sedikit Shannon sudah berada di mobilnya. Bersiap pulang setelah mengerjakan 'bagi bagi' dadakan berkat sang suami.

Ia menyenderkan badannya di jok mobil. Melepas hills nya dan memejamkan mata baberapa menit. Entah mengapa dirinya menjadi sangat mudah lelah dan pusing akhir akhir ini.

Segera ia menyalan audio mobilnya dan memilih lagu terbaik untuk menemaninya pulang sore ini.

I don't wanna move Don't change my fuse To different avenue That i see that cool What if i text you would you come do Can you still come do Would you still come do

Sepanjang perjalanan mood Shannon membaik. Menyanyi membuatnya lebih lega dengan sesekali berteriak untuk melepaskan kelelahan. Begitu memasuki area perumahannya, telah ia saksikan mobil sang suami yang terparkir di garasi rumahnya.

Tumbenan

Shannon lalu memarkirkan mobilnya dan berjalan memasuki rumah. Suasana hatinya bagus. Jaehyun yang masih dengan setelan kerjanya telah bergelut dengan dapur. Menyiapkan makan malam terenak sebagai bentuk permintaan maaf terhadap sang puan.

“Haiii. Kok tunben udah pulang” Sapa Shannon mendahului. Sebelumnya Jaehyun selalu sampai rumah nomor 2. Shannon memang dengan sengaja selalu pulang lebih awal untuk menyiapkan makan malam dan menyambut sang suami. Namun sore ini terbalik.

“Hmnn iyaaa. Emang sengaja” Jawab Jaehyun hati hati. Takut kata katanya akan 'salah' lagi. Shannon lalu hanya membentuk mulutnya menjadi O dan bergabung dengan sang suami di dapur.

“Mau makan sekarang? Telor balado” Tanya Jaehyun.

“Boleh” Balas Shannon lalu bangkit dan mencuci tangannya serta menyiapkan piring dan nasi. Jaehyun menatap setiap pergerakan istrinya. Heran. Tadi siang Shannon bagaikan seorang pembunuh yang siap mengakhiri nyawa Jaehyun kapan saja gara gara hampers odol. Namun sore ini Shannon bak anak kucing yang minta disayang sayang. Tenang dan tidak menunjukkan raut wajah kesal sama sekali.

“Shan. Kamu kalo mau marah marah aja. Jangan gitu, nakutin. Ngomel aja kaya biasanya” Ucap Jaehyun akhirnya. Shannon menghentikan kegiatannya.

“Hah? Apasi?”

“Kamu marah kan gara gara hampers? Iya aku beli sahamnya. Biar enak. Biar ngga bela beli terus. Nunggu aja di rumah dikirim sendiri. Aku salah. Aku minta maaf Shan. Ngga diulangin lagi.” Jelas Jaehyun panjang lebar. Shannon memperhatikan lalu mengangkat alisnya.

“Okeeey” Jawabnya enteng lalu kembali melanjutkan kegiatannya. Jaehyun masih terheran heran. Biasanya jika mood Shannon berubah seperti ini hanya ada dua kemungkinan. Mens atau ingin dibelikan sesuatu.

“Are you on your period?” Tanya Jaehyun. Kembali berhati hati.

“Noo” Jawab Shannon.

Yessss

“Shan. Boleh ya?” Tanya Jaehyun penuh harap. Shannon menatapnya.

“Nggak. Aku ngga mau tidur sama kamu. Kamu tidur luar” Jawab Shannon.

“Kenapa? Kan udah minta maaf”

“Nggak. Kamu tidur luar”

“Kenapa?”

“Kamu bau kambing” Jawab Shannon lalu dirinya melengos pergi naik ke kamar.

“Katanya mau makan?” Teriak Jaehyun.

“Kenyang” Jawabnya lagi. Jaehyun kembali terheran heran. Mood swings

Setelah acara 'family gathering' yang tidak direncanakan, selepas ashar akhirnya kediaman Jaehyun sepi juga. Keluarga dan teman temannya memutuskan untuk pulang. Menyisakan dia dan sang istri serta Noah yang masih berlari kesana kemari.

“No, kamu anak siapa si lari larian mulu ngga cape ya?” Tanya Jaehyun.

“Bukan anak manusia. Noah itu anaknya matahari” Jawab Shannon. Noah menoleh kepada sepasang orang dewasa ini.

“Anaknya matahari?”

“Iyaa liat itu energinya ngga abis abis”

“Noah ngga panas” Jawab Noah. Tidak terima. Pasalnya yang ia tahu matahari itu panas.

“Panas. Kalo ngga panas meninggal namanya” Usil Jaehyun menanggapi kejahilan sang istri.

“Engga. Noah ngga panas” Jawab Noah sedikit berteriak.

“Ni liat ni. Esnya gerak ngga?” Tanya Jaehyun sembari menunjuk sebuah balok es dalam gelas kaca yang telah habis airnya. Noah kemudian menggeleng.

“Dingin ngga?” Tanya Jaehyun lagi.

“Dingin” Jawab Noah. Shannon masih memperhatikan.

“Karna dingin esnya bukan anak matahari. Coba pegang tu keteknya. Panas kan?” Suruh Jaehyun. Shannon tertawa.

“Panas kan? Noah panas. Noah anaknya matahari” Ucap Jaehyun. Segera setelah Noah benar benar mengapitkan tangannya diantara badan dan lengan.

“Engga. Noah anaknya Kim Jungwoo” Balas Noah tidak terima. Matanya sudah berkaca kaca.

“Orang anaknya matahari kok. Noah bukan manusia” Balas Jaehyun semakin mengusili. Shannon sudah tertawa terbahak bahak. Noah kemudian menangis.

Shannon kemudian menarik Noah dalam dekapannya. Mencoba menenangkannya disana. Tetapi masih tetap tertawa.

“Eh bukan matahari imo. Anaknya kebo. Kebo juga suka tiba tiba nangis gini” Ucap Jaehyun semakin mengusili.

“Om Jaehyun ngaco. Om Jaehyun anaknya burung. Ngomong terus” Balas Noah dengan suara tangisannya yang semakin keras sambil memukul mukul Jaehyun. Shannon dan Jaehyun tertawa terbahak bahak. Lalu ia mengendong Noah agar tidak semakin menjadi jadi dan menjauhkannya dari Jaehyun.

“Nakal” Ucap Shannon ketika melewati sang suami.

“Sekali sekali hahha lucu” Jawab Jaehyun. Lalu punggung Shannon menghilang ke atas diikuti suara tangisan Noah yang sudah tidak terlalu terdengar.

“Lucu banget” Ucap Jaehyun lirih sembari menyenderkan tubuhkan pada sofa. Mencoba meletakkan rasa lelahnya.

Tidak lama kemudian seorang lelaki yang tidak asing muncul disana. Diambang pintu yang terbuka. Kim Jungwoo. Tatapan mata mereka bertemu. Sahabat ini hanya saling diam dan memperhatikan.

“Ngapain? Masuk” Ucap Jaehyun akhirnya sebagai seorang tuan rumah. Jungwoo tidak berkata apa apa. Ia masuk dan duduk di hadapan Jaehyun. Canggung. Keduanya diam.

“Noah?” Tanya Jungwoo akhirnya. Jaehyun lalu bangkit dan berjalan menuju dapur. Mengambil Coca Cola lalu kembali lagi dan meletakkanya di hadapan Jungwoo. Jungwoo masih diam mencoba mencerna keadaan.

“Sorry. Harusnya gue denger dulu penjelasan lo” Ucap Jaehyun membuka obrolan.

“Gue tau lo belom paham sama apa kata gue Jae. Gue bisa maklum kalo lo marah”

“Harusnya lo bilang aja. Harusnya lo bilang aja anjing. Harusnya lo bilang aja lo juga ngga baik baik aja disini” Ucap Jaehyun, amarahnya mulai meningkat. Rasa bersalah memenuhi dadanya.

“Bukan cuma gue. Kalian juga kesusahan. Kalian lebih hancur. Gue ngga sanggup liat kalian. Mimpi gue disana Jae” Balas Jungwoo. Suaranya bergetar. Kali ini bukan balasan amarah, tapi tangisan.

“Gue merasa ngga pantes lagi buat ketemu kalian. Bahkam buat ngomong kaya gini ke lo aja gue ngga berhak Jae. Gue penghancur. Tapi gue ngga bisa ngapa ngapain lagi” Lanjut Jungwoo. Tangisnya pecah. Mengingat kembali masa masa senang dan susah di negara orang bersama sahabatnya ini. Ada mimpi yang perlu diwujudkan. Ada harapan yang perlu dijadi nyatakan. Tapi semua sudah tidak bersisa karenanya.

“Gue LDR hampir 4 tahun, lo tau. Malam itu gue bener bener khilaf. Gue buta. Kabar Lia hamil bener bener jadi tamparan keras buat gue. Sejak saat itu gue udah jadi pecundang Jae. Gue udah hancurin hidup temen gue sendiri. Gue hancurin hidup pacar gue. Setidaknya gue mau tanggung jawab sama apa yang gue bisa handle. Gue egois gue tau. Gue hidup dalam rasa menyesal, bersalah. Setiap hari” Tangis kembali pecah. Rasanya seperti luka lama terkorek kembali.

Jaehyun mengambil langkah. Ia memeluk erat sahabatnya. Ia juga menangis disana. Bersama. Meluapkan semua kerinduan, kebencian yang tertinggal.

“Gue mau pukul lo boleh kan?” Tanya Jaehyun.

Bughh

Sebuah bogeman melayang di pipi Jungwoo. Ia tersungkur. Namun juga tidak ada niat untuk membalas. Menikmati rasa sakit sambil menatap langit langit rumah.

“Lo harusnya jujur aja Woo, jujur aja jangan gini”

Bughgg

Dua tiga pukulan mendarat disana. Memberikan luka luka tempat darah dapat keluar diseluruh wajah Jungwoo.

“Lo harusnya pukul gue dari dulu bangsad” Teriak Jungwoo lalu ia berdiri dan membalas pukulan Jaehyun setelah belasan pukulan ia terima.

“Lo yang bikin gue hidup penuh rasa benci sama lo. Harusnya lo bahagia anjing” Balas Jaehyun.

Bughh

Tidak ada balasan. Yang ada selanjutnya hanya saling pukul memukul.

Mendengar kegaduhan di bawah. Shannon pun turun dan benar saja. Kacau. Dua orang ini saling memukul dengan air mata yang terus mengalir. Dengan segenap keberanian Shannon menarik tangan Jaehyun masuk ketengah tengah perkelahian dengan maksud agar keduanya berhenti.

“Cuih” Jaehyun membuang sisa darah dimulutnya ke samping. Jungwoo bangkit. Nafasnya terengah engah.

“Kalo mau berantem jangan di rumah gue. Bang lo mending pulang” Ucap Shannon.

“Noah. Turun nak” Teriak Shannon. Noah kemudian turun dengan kebingungan.

“Noah pulang sama papa ya. Bilang sama mama papa berantem. Suruh marahin” Ucap Shannon kepada Noah.

Sementara Jaehyun dan Jungwoo sama sama berbalik badan. Engga menatap satu sama lain. Noah tidak menjawab, tangannya ditarik oleh sang papa. Kemudian tangan Jungwoo ditarik oleh tangan lainnya.

“Ketemu lo sama anak anak”

“Lo atur” Balasnya.

Keduanya hanya bisa saling bergandengan tangan, bahkan di sepanjang penerbangan. Saling menguatkan melaluinya, saling berbicara melaluinya tidak apa aku ada .


“Taeyong mana si anjrt” Ucap Jaehyun begitu ia menyeret kopernya keluar dari arrived area diikuti Shannon dibelakangnya yang masih saja diam.

Tin tin suara klakson mobil Jaehyun terdengar dengan seorang laki laki berstelan hitam menurunkan kaca mobil. Sedikit aneh. Mengapa Taeyong memakai mobil Jaehyun? Padahal harusnya Taeyong datang dari kantor sedangkan mobil Jaehyun terparkir di garasi rumah.

“Buru” Ucapnya.

“Bantuin anjing”

“Ck, lemah” Balasnya, tapi tetap tidak turun dari mobil. Jaehyun lalu menaikan kopernya di bagasi dan membalikan badan untuk meraih koper sang istri. Naas. Jaehyun kalah cepet. Shannon sudah lebih dulu memasukkan kopernya segera setelah milik Jaehyun masuk. Jaehyun menatap sang istri heran. Overthinking teroos lalu Shannon langsung masuk ke dalam mobil membiarkan Jaehyun terdiam terheran heran.

“Langsung pulang apa kemana dulu? Shan? Jae?” Tanya Taeyong. Suasana sangat mencekam, dingin sekali. Ekspresi wajah Shannon sedikit tidak terkendali. Namun Jaehyun mencoba diam untuk tidak memperkeruh keadaan.

“Langsung pulang aja yong” Jawab Shannon. Tatapannya lurus ke depan, berharap dapat langsung beristirahat begitu sampai di rumah. Walaupun hanya leyeh leyeh dan numpang tidur di negara orang namun Shannon merasa sangat lelah. Biasanya ketika melakukan perjalanan bisnis ia akan langsung kembali ke kantor seberapa lamapun kepergian dan penerbangannya. Namun kali ini ia hanya ingin berstirahat.

“Balik aja yong” Imbuh Jaehyun seolah mengerti maksud sang istri. Memang raganya diam saja, namun fikirannya kemana mana.

Mobil melaju dengan keaadaan konstan, tetap hening, bahkan radiopun dengan sengaja tidak dinyalakan. Tidak ada percakapan antara ketiganya, hanya sesekali menanyakan jam.

Sekitar satu jam mereka sudah memasuki area perumahan tempat rumah Jaehyun berada. Di luar dugaan. Mobil mobil terparkir di halaman mereka. Shannon membuka matanya lebar lebar kebingungan. Begitu pula Jaehyun, ia menoleh ke arah sang istri. Tatapan mereka bertemu seolah sama sama saling bertanya ini, ngapain.

“Udah sampe udah sampe” Ucap sang mama begitu melihat anak, menantu dan 'supirnya' turun daru mobil. Koper masih dibagasi. Jaehyun dan Shannon terlalu kaget dengan apa yang sedang terjadi.

“Bunda, bunnn” Teriak Ilora

“Rokoknya matiin dulu sat” Ucap seorang sahabat.

“Welcome back” Ucap Mama Papa, Bunda Papa, Ilora Jeno, Lia Noah, bahkan Johnny, Yuta, Doyoung dan Taeyong juga disana. Memberi ucapan selamat datang kembali kepada yang katanya 'calon bayi'.

Rumah mereka bagai tempat wisuda sekarang. Banyak balon, banyak orang, banyak makanan. Seexcited itu meraka menyambut calon kekuarga baru.

Shannon memijit pelipisnya, kepalanya tiba tiba nyut nyutan seperti dihantam oleh sesuatu dengan keras. Yaa kenyataan. Jaehyun tersenyum canggung kepada semuanya. Tidak tahu hrus bereaksi apa.

“Ayoo ayoo duduk apa mau gantu baju dulu. Nona” Panggil sang bunda.

“J, istrinya bawa ke kamar dulu” Sahut sang mama.

“Mau liat sepeda yang di garasi sini ya kak” Ucap Jeno kepada sang kakak.

“Pa, mbak ke kamar dulu” Pamit Shannon kepada papanya yang hanya dibalas anggukan. Sementara suasana menjadi riuh kembali. Ibu ibu di dapur dan yang lain sibuk bercengkrama atau bermain ps.

Shannon duduk diujung ranjang. Matanya memerah. Memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi. Disusul Jaehyun yang hanya menatap Shannon kosong. Dirinya juga bingung bagaimana harusnya menghadapi situasi ini. Semua benar benar diluar dugaan.

Ekspetasi yang mereka bawa benar benar berat.

“Kamu disini aja. Biar aku yang ngomong” Ucap Jaehyun.

“Tega kamu liat mereka?”

“Ya terus gimana Shan? Mending mereka tau sekarang ditampar kenyataan dari pada dinina bobo kebohongan. Bom waktu” Jawab Jaehyun. Shannon mulai menumpahkan air matanya.

Ia tidak bisa melihat orang lain kecewa karenanya. Padahal masalah ini bukan salah Shannon. Bukan salah Jaehyun juga. Keluarga mereka hanya berekspetasi tinggi kepada keduanya. Tipikal anak pertama : nyenengin orang lain dulu, baru diri sendiri.

“Shan. Jangan ngorbanin diri lagi ya. Gapapa kita egois sebentar. Kita bukannya gabisa punya anak. Cuman belom aja” Ucap Jaehyun sambil mensejajarkan tubuhnya dengan sang puan. Bersimpuh di depannya. Shannon menatap mata Jaehyun. Ditemukannya keyakinan disana. Ia mengangguk. Jaehyun lalu bangkit.

“Aku ikut”

“Disini aja”

“Mau ikut. Let's face it together”

“Jangan nangis tapi”

“Iyaa” Jawab Shannon. Lalu mereka berdua turun. Bersiap menghadapi kenyataan.

“Halo semuanya bisa berkumpul dulu?” Tanya Jaehyun di depan tangga rumahnya yang membelah dapur dan ruang tamu. Strategis.

“Tolong minta perhatiannya sebentar. Sebelumnya saya sama Shannon mau minta maaf. Ini ngga seperti yang kalian semua pikirkan. Shannon belum hamil. Kami belum akan memiliki bayi dalam waktu dekat ini. Ini cuman belum. Bukan engga. Udah diusahain kok. Mohon doanya” Ucap Jaehyun sangat sopan. Shannon di belakangnya memegang ujung baju Jaehyun. Seolah bersembunyi dari kejamnya dunia.

“Yaudah maunya kapan?” Jawab sang mama enteng lalu melengos kembali ke dapur.

“Alhamdulillah si Jae, asuransi pendidikannya bisa buat inves dulu” Ucap Doyoung.

“Wihhh udah diusahain. Beneran honeymoon kemaren?” Tanya sang papa.

“Anak papa udah gede” Ucap Papa Jaehyun.

“Ilora sini kamu penyebar hoax sini” Kejar sang bunda.

“Bund tunggu dulu tunggu” Ilora kabur.

“Gue ngga papa si Jae, masi mau ngospek Yuta lo liat rebutan yupi sama Taeyong masa ga lucu nanti kalo rebutan sama anak lo sans” Ucap Johnny.

“Imooo, ada Hot Sauce tapi dino dino” Ucap Noah kepada Imonya. Lia hanya menatap tajam kearah Shannon.

“Tu kan. Mama ni php mama ni, dibilangin tunggu kakak aja sendiri yg bilang malah sok ngide” Teriak Jeno. Matanya fokus kepada layar tv bermain bersama Doyoung.

“Heh kamu ya yang ngasi tau mama cil. Jangan playing victim kamu”

“Ini jadi ngga si makannya?” Tanya Ilora

Shannon dan Jaehyun diam. Mereka benar benar diam. Saling beradu tatap bertanya keheranan. Semua yang mereka dapat malam ini, yang mereka lihat benar benar tidak ada ekspresi kekecewaan. Fatal. Dugaan mereka salah besar.

“Mbak sini. Ngapain nangis?” Ucap papa Shannon. Ia kemudian dengan tatapan kosongnya menghampiri sang papa.

Jaehyun lalu ikut bergabung dengan geng lelaki di depan tv.

“Cuyy, riview dong. Gimana? Hahahah” Tanya Yuta.

“Njing masih aja nanya” Ucap Taeyong.

“Ya kan dia biasa sama yang haram yong” Balas Doyoung, matanya fokus ke tv.

“Makanya lo tu nikah. Kawin mulu nikah kaga” Ucap Johnny.

Sementara itu Jaehyun masih diam. Masih mencerna perihal reaksi keluarganya ini. Satu satunya yang bisa dia lakukan hanya tersenyum canggung.

“Ngapain nangis?” Tanya sang papa

“Emang nangisan” Jawab Ilora.

“Kita emang nungguin tapi ngga se nunggu itu mbak. Kamu nanti yang jalanin km yang urusin dia” Jelas sang papa.

“Semua nunggu kamu siap dulu Shan. Jangan terlalu dibuat beban ya sayang” Imbuh mama.

“Jangan lama lama juga, keburu diduluin Ilora” Imbuh bunda.

Shannon benar benar diam. Kaget. Takut. Bingung. Semua bercampur menjadi satu. Bukan ini yang ada dalam bayangannya. Bukan ini. Tapi ini yang terjadi. Semua keluarganya menerima. Mereka menerima dengan dada terbuka. Memang benar kata Jaehyun. Shannon banyak takutnya. Sebaiknya kita tidak berburuk sangka dulu kepada orang lain dari pada malu sendiri.

Hari itu lalu dilanjutnya dengan 'family gathering' dengan makan makan dan bercengkrama. Merasa semua orang berkata tidak papa kepadanya membuat Shannon menjadi lega. Sangat lega. Begitu pula dengan Jaehyun. Seakan beban berat terangkat dari pundaknya. Namun ada satu suara yang tidak Shannon dengar dari banyaknya orang di rumah ini. Suara Lia.

Sama seperti sebelumnya malam itu mereka habiskan hanya untuk saling bercerita, mendengarkan musik bersama, sekedar menonton film dan berpelukan hingga pagi menjelang.

Berlaku pula untuk hari hari setelahnya. Hujan masih setia menuruni kota besar itu. Begitu pula dua sejoli ini hanya berjalan jalan sebentar lalu kembali lagi ke hotel, dan hari terakhir mereka putuskan untuk tidak keluar kamar sama sekali. Malas, hujan hujanan.


“Sini” Ucap Jaehyun meminta koper milik Shannon agar dibawa saja olehnya.

“Bisa kok”

“Siniin”

“Maruk banget lo. Liat tu ransel, kamera, koper. Masih mau ambil punya gue juga?” Jawab Shannon kesal. Mereka sekarang sedang dalam perjalanan untuk check out dan kembali ke tanah air.

“Ya biar suamiable gitu lo Shan” Jawab Jaehyun memelas.

“Ck, ngrepotin. Udah buruan” Jawab Shannon. Sewot.

Selanjutnya mereka mengurus administrasi hotel dan berlanjut menuju bandara. Shannon nampak cemas. Ia hanya diam sepanjang jalan. Pikirannya kembali ke rumah. Bagaimana ekspresi mereka nanti.

Hal itu tampaknya terus berlanjut walau mereka sudah ada di dalam pesawat. Tidak mengoceh dan tidak banyak bicara. Shannon terus diam. Melihat gelagat tidak beres sang istri. Jaehyun berinisiatif membuka obrolan.

“Shan pernah liburan ngga?” Tanya Jaehyun.

“Random banget pak mohon maaf”

“Jawab aja kenapa”

“Pernah. Ke Aussie dulu”

“Sebelah mana?” Tanyanya lagi. Mencoba mencairkan suasana.

“Mana ya dulu. Lupa, orang aku masih kecil banget J. Ilora aja belom lahir” Jelas Shannon akhirnya. Okee terpancing

“Bentar. Liburan ke Aussie? Ilora belom lahir?”

“Belom. Kenapa si?” Agaknya sang puan benar benar terpancing. Jaehyun diam sebentar, mencoba menggunakan otaknya.

“Ngga naik pesawat ya?” Tanya Jaehyun lagi.

“Engga. Jalur laut. Kok tau?”

“Shan, nanti anak kita dinamain Queen mau ngga?”

“Ya ampun Jaehyun kamu kenapa si? Random banget. Aneh banget Tuhan” Shannon terheran heran.

“Biar sama kaya auntynya”

“Haaa?” Tanya Shannon mencoba mencari penjelasan.

“Kamu tau ngga kenapa nama dia Sailor Adelaide?” Tanya Jaehyun lagi.

“Engga. Kenapa emang?” Shannon mulai penasaran.

“Karna dibikinnya di Aussie Shan”

“Haaaa?” Tanya Shannon dia diam sebentar memastikan bahwa pikirannya dan pikiran Jaehyun sama. Dirinya tersenyum lebar.

“Hahahah” Tawa Shannon pecah.

“Iya kan? Kreatif banget ayah bunda kamu” Jawab Jaehyun, ia juga tertawa disana.

“Kok kamu tau Adelaide si?”

“Aku kuliah di Aussie kalo kamu lupa”

“Hahahha sumpah ya. Ilora pasti maki maki aku kalo aku kasi tau dia ini”

“Asli ini kreatif banget si. Sailor Adelaide”

“Terinspirasi dari sana kamu?” Tanya Shannon.

“Iyaaa hahha, baru kepikiran” Jawab Jaehyun.

“Ya tapi kalo cowo gimana?”

“Ya gapapa Freedy aja bikin band namamya juga Queen”

“Tapi aku ngga hamil J” Jawab Shannon kembali. Sedih dan cemas teringat orang rumah. Who knows

“Heyyy, gapapa, nanti aku yang tanggung jawab ok. Aku yang ngomong. Jangan dipkirin lagi. Ya?” Shannon kemudian hanya mengangguk dan menyenderkan kepalanya ke bahu sang pria.

Jika boleh jujur Jaehyun juga sedikit takut dan menyesal. Mengapa mereka tidak memberitahu saja dari awal. Jika sudah begini harapan orang orang sudah tumbuh. Masa iya mau dihancurkan? Kita lihat nanti.

“Aku pedes ya J”

“Gabaik buat kesehatan”

“Sekali aja”

“Sekali aja tapi udah kali keberapa?”

“Sewot. Pelit. Kuburannya sempit”

“Ngedoain suami sendiri?”

“Fyi aja si”

“Sekali ini aja. Ok?” Tanya Jaehyun akhirnya. Shannon mengangguk bahagia. Mulai saat ini, kelemahan Jaehyun ada 1, Shannon. Perempuan itu selalu punya caranya sendiri untuk membuat sang suami tidak menolaknya.

Mereka sedang menbuat indomie. Yaaa tipikal orang Indonesia. Dimanapun tempatnya, indomie seleranya.

“Suntuk ngga si J?” Tanya Shannon di tengah tengah mie-time mereka.

“Bosen ya?”

“Heem, kaya gabisa jalan jalan, gabisa ngapa2in. Kangen kantor”

“Kayanya kita emang bukan tipikal orang orang nyantai deh Shan”

“Iya kan? Kaya ngga tau mau ngapa2in”

“2 hari lagi balik yuk?” Tanya Shannon. Sebenarnya dirinya cemas karena perjalanan pertamanya ini bersama sang suami telah dijadwalkan selama satu minggu. Namun keduanya sudah sama sama merasa bosan. Ditambah mereka harus terjebak dalam hotel karena sering hujan.

“Boleh”

“Serius?”

“Heem, pulang aja. Nanti kalo mau jalan lagi gampang. Duit juga ada”

“Enteng banget ngomongnya”

“Lah emang duitnya ada. Kalo mau berangkat ngomong, aku siapin semua”

“Sultan” Jawab Shannon. Lalu Jaehyun hanya mengendikkan bahunya.

“Tapi nanti nyampe rumah gimana?” Mulai Shannon. Jaehyun masih diam.

“Yaudah kita kasi tau aja, kita becanda, kamu ngga hamil”

“Serius?”

“Ya gimana? Apa kita coba lagi? Tapi telornya udah aku minum tadi siang Shan pas mau mandi” Ucap sang suami. Shannon lantas tersedak. Buru buru Jaehyun menepuk nepuk punggung Shannon dan memberinya minum.

Shannon membelalakan matanya dan menatap tajam ke arah Jaehyun.

“Kenapa? Kaget banget” Tanya Jaehyun. Benar seperti dugaan. Adegan panas terjadi lagi, di kamar mandi.

“Besok kalo pulang kamu gendong aku. Gamau tau” Jawab Shannon melanjutkan lagi kegiatannya melahap mie.

“HAHAHAHA”

Plakkk

Sebuah tangan menempel sempurna di lengan Jaehyun.

“HAHAHAH KDRT HAHAHAH” Ucap Jaehyun dengan masih tertawa terbahak bahak.

“Shut up!”

“Kasian banget, sini peluk biar ngga sakit lagi HAHAHAH”

“DIEM” Jawab Shannon. Lalu ia bangkit menuju dapur untuk menaruh mangkoknya, serta menyembunyikan wajahnya yang malu menginngat kejadian tadi.

“Shan, ngga jalannya? Aku gendong sini HAHAHA” Tawa Jaehyun masih menyelimuti.

“Jaehyun emang anjing lo” Teriak Shannon. Lalu hanya terdengar balasan dengan sebuah tawa yang keras disana.

Jaehyun suka sekali menggoda istrinya. Shannon juga begitu, masih saja malu untuk membicarakan hal hal seperti itu kepada sang suami, setelah segala macam bentuk keringat telah mereka ketahui.

Shannon bagun dengan keadaan seperti orang baru kerampokan. Rambutnya berantakan, kamar hotelnya benar benar tidak tertolong serta tubuhnya yang tidak tertutup sehelaipun kain selain selimut hotel.

Ia membuka mata, lalu mencari dimana keberadaan perampok utamanya, Jaehyun. Rupanya sang suami sudah tidak ada disana saat itu. Shannon menoleh ke kanan ke kiri memastikan lagi ada orang atau tidak dalam kamarnya. Lalu ia bangkit dan buru buru menutup tubuhnya dengan selimut. Berjalan turun ranjang dan memungut sehelai setelan tidur yang tergeletak di lantai.

Setelah menutup seluruh badannya Shannon lalu mencari kembali keberadaan sang suami. Di kamar mandi nihil, di dapur nihil. Disela sela pencariannya ia dialihkan oleh pemandangan yang kemarin ia nikmati berdua dengan Novo Amor sebagai backsound nya.

Gunung dan kabut kembali menyelimuti Queenstown pagi itu. Shannon berdiri dihadapan cendela kacanya lagi, menikmati apa yang sudah diciptakan oleh Sang Pembuat. Waahhh cantik banget . Setelah beberapa lama tiba tiba sebuah tangan melingkar diperutnya. Memegang 2 cangkir yang berasap. Shannon menoleh ke arah kiri karena sebuah kepala berdsandar disana.

“Good Morning” Sapa sang pria.

“Good morning. Dari mana si?”

“Beli ini di minimarket depan, dingin banget Shan”

“Mana ngga bawa hp”

“Nyariin ya?”

“Maksd aku biarin aja si ilang juga biarin”

“Dihh, gengsi lo turunin dikit bos”

“Apa si orang serius ilang ya biarin”

“Nanti nanges” Ucap Jaehyun. Shannon hanya tersenyum sembari mengusap tangan suaminya dengan tangannya.

“Shan, udah dulu mesra mesraanya. Panas” Ucap sang suami.

“Eh eh eh, maaf” Lalu ia mengambil satu coklat panas, dan satunya lagi dinikmati Jaehyun sendirian. Kemudian mereka berdua hanya berdiri, saling merangkul, menikmati kabut pagi, estetik sekali bukan? Tunggu, kamarnya masih berantakan.


“Mo kemana?” Tanya Jaehyun yang saat ini berbaring di atas kasur dan Shannon baru saja keramas dan mandi.

“Ya kemana gitu”

“Orang ujan kok. Mager mageran lagi aja”

“Udah disini J, sayang banget kalo cuman mager mageran. Ayo, buruan kamu mandi”

“Ujan Shan. Disini aja, Netflix, nanti aku masakin deh”

“Kalo cuman Netfilx di rumah juga bisa. Ayooo. Masak aku juga bisa. Ayo keluar sekalian beli apa kalo emang mau dimasak.”

“Shan serius mager banget, cuddle aja please” Rengek Jaehyun. Pasalnya suasana memang sangat mendukung hanya untuk berbaring di atas kasur. Namun berbeda dengan Shannon, liburan : jalan jalan.

“Yaudah”

“Yeayyy, mau nonton apa?” Tanya Jaehyun seraya bangkit dan bersiap mengambil remot.

“Ngapain nanya aku”

“Lah”

“Kan yang nonton kamu” Jawab Shannon seraya mulai membuka peralatan makeupnya.

“Kamu?”

“Ya aku mau jalan jalan sendiri” Jawab sang istri. Enteng sekali.

Alpha woman : supportive partner or no partner at all. Ok J, you married an alpha, ok

Jaehyun meyakinkan dirinya.

“Yaudah tungguin aku mandi” Jawab Jaehyun sedikit kesal lalu bangkit dan segera membasuh dirinya.

“10 menit ngga selesai tinggal”

“Yaaaaa”

Jawab Jaehyun. Shannon tersenyum puas. Ok menang