Keduanya hanya bisa saling bergandengan tangan, bahkan di sepanjang penerbangan. Saling menguatkan melaluinya, saling berbicara melaluinya tidak apa aku ada .
“Taeyong mana si anjrt” Ucap Jaehyun begitu ia menyeret kopernya keluar dari arrived area diikuti Shannon dibelakangnya yang masih saja diam.
Tin tin suara klakson mobil Jaehyun terdengar dengan seorang laki laki berstelan hitam menurunkan kaca mobil. Sedikit aneh. Mengapa Taeyong memakai mobil Jaehyun? Padahal harusnya Taeyong datang dari kantor sedangkan mobil Jaehyun terparkir di garasi rumah.
“Buru” Ucapnya.
“Bantuin anjing”
“Ck, lemah” Balasnya, tapi tetap tidak turun dari mobil. Jaehyun lalu menaikan kopernya di bagasi dan membalikan badan untuk meraih koper sang istri. Naas. Jaehyun kalah cepet. Shannon sudah lebih dulu memasukkan kopernya segera setelah milik Jaehyun masuk. Jaehyun menatap sang istri heran. Overthinking teroos lalu Shannon langsung masuk ke dalam mobil membiarkan Jaehyun terdiam terheran heran.
“Langsung pulang apa kemana dulu? Shan? Jae?” Tanya Taeyong. Suasana sangat mencekam, dingin sekali. Ekspresi wajah Shannon sedikit tidak terkendali. Namun Jaehyun mencoba diam untuk tidak memperkeruh keadaan.
“Langsung pulang aja yong” Jawab Shannon. Tatapannya lurus ke depan, berharap dapat langsung beristirahat begitu sampai di rumah. Walaupun hanya leyeh leyeh dan numpang tidur di negara orang namun Shannon merasa sangat lelah. Biasanya ketika melakukan perjalanan bisnis ia akan langsung kembali ke kantor seberapa lamapun kepergian dan penerbangannya. Namun kali ini ia hanya ingin berstirahat.
“Balik aja yong” Imbuh Jaehyun seolah mengerti maksud sang istri. Memang raganya diam saja, namun fikirannya kemana mana.
Mobil melaju dengan keaadaan konstan, tetap hening, bahkan radiopun dengan sengaja tidak dinyalakan. Tidak ada percakapan antara ketiganya, hanya sesekali menanyakan jam.
Sekitar satu jam mereka sudah memasuki area perumahan tempat rumah Jaehyun berada. Di luar dugaan. Mobil mobil terparkir di halaman mereka. Shannon membuka matanya lebar lebar kebingungan. Begitu pula Jaehyun, ia menoleh ke arah sang istri. Tatapan mereka bertemu seolah sama sama saling bertanya ini, ngapain.
“Udah sampe udah sampe” Ucap sang mama begitu melihat anak, menantu dan 'supirnya' turun daru mobil. Koper masih dibagasi. Jaehyun dan Shannon terlalu kaget dengan apa yang sedang terjadi.
“Bunda, bunnn” Teriak Ilora
“Rokoknya matiin dulu sat” Ucap seorang sahabat.
“Welcome back” Ucap Mama Papa, Bunda Papa, Ilora Jeno, Lia Noah, bahkan Johnny, Yuta, Doyoung dan Taeyong juga disana. Memberi ucapan selamat datang kembali kepada yang katanya 'calon bayi'.
Rumah mereka bagai tempat wisuda sekarang. Banyak balon, banyak orang, banyak makanan. Seexcited itu meraka menyambut calon kekuarga baru.
Shannon memijit pelipisnya, kepalanya tiba tiba nyut nyutan seperti dihantam oleh sesuatu dengan keras. Yaa kenyataan. Jaehyun tersenyum canggung kepada semuanya. Tidak tahu hrus bereaksi apa.
“Ayoo ayoo duduk apa mau gantu baju dulu. Nona” Panggil sang bunda.
“J, istrinya bawa ke kamar dulu” Sahut sang mama.
“Mau liat sepeda yang di garasi sini ya kak” Ucap Jeno kepada sang kakak.
“Pa, mbak ke kamar dulu” Pamit Shannon kepada papanya yang hanya dibalas anggukan. Sementara suasana menjadi riuh kembali. Ibu ibu di dapur dan yang lain sibuk bercengkrama atau bermain ps.
Shannon duduk diujung ranjang. Matanya memerah. Memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi. Disusul Jaehyun yang hanya menatap Shannon kosong. Dirinya juga bingung bagaimana harusnya menghadapi situasi ini. Semua benar benar diluar dugaan.
Ekspetasi yang mereka bawa benar benar berat.
“Kamu disini aja. Biar aku yang ngomong” Ucap Jaehyun.
“Tega kamu liat mereka?”
“Ya terus gimana Shan? Mending mereka tau sekarang ditampar kenyataan dari pada dinina bobo kebohongan. Bom waktu” Jawab Jaehyun. Shannon mulai menumpahkan air matanya.
Ia tidak bisa melihat orang lain kecewa karenanya. Padahal masalah ini bukan salah Shannon. Bukan salah Jaehyun juga. Keluarga mereka hanya berekspetasi tinggi kepada keduanya. Tipikal anak pertama : nyenengin orang lain dulu, baru diri sendiri.
“Shan. Jangan ngorbanin diri lagi ya. Gapapa kita egois sebentar. Kita bukannya gabisa punya anak. Cuman belom aja” Ucap Jaehyun sambil mensejajarkan tubuhnya dengan sang puan. Bersimpuh di depannya. Shannon menatap mata Jaehyun. Ditemukannya keyakinan disana. Ia mengangguk. Jaehyun lalu bangkit.
“Aku ikut”
“Disini aja”
“Mau ikut. Let's face it together”
“Jangan nangis tapi”
“Iyaa” Jawab Shannon. Lalu mereka berdua turun. Bersiap menghadapi kenyataan.
“Halo semuanya bisa berkumpul dulu?” Tanya Jaehyun di depan tangga rumahnya yang membelah dapur dan ruang tamu. Strategis.
“Tolong minta perhatiannya sebentar. Sebelumnya saya sama Shannon mau minta maaf. Ini ngga seperti yang kalian semua pikirkan. Shannon belum hamil. Kami belum akan memiliki bayi dalam waktu dekat ini. Ini cuman belum. Bukan engga. Udah diusahain kok. Mohon doanya” Ucap Jaehyun sangat sopan. Shannon di belakangnya memegang ujung baju Jaehyun. Seolah bersembunyi dari kejamnya dunia.
“Yaudah maunya kapan?” Jawab sang mama enteng lalu melengos kembali ke dapur.
“Alhamdulillah si Jae, asuransi pendidikannya bisa buat inves dulu” Ucap Doyoung.
“Wihhh udah diusahain. Beneran honeymoon kemaren?” Tanya sang papa.
“Anak papa udah gede” Ucap Papa Jaehyun.
“Ilora sini kamu penyebar hoax sini” Kejar sang bunda.
“Bund tunggu dulu tunggu” Ilora kabur.
“Gue ngga papa si Jae, masi mau ngospek Yuta lo liat rebutan yupi sama Taeyong masa ga lucu nanti kalo rebutan sama anak lo sans” Ucap Johnny.
“Imooo, ada Hot Sauce tapi dino dino” Ucap Noah kepada Imonya. Lia hanya menatap tajam kearah Shannon.
“Tu kan. Mama ni php mama ni, dibilangin tunggu kakak aja sendiri yg bilang malah sok ngide” Teriak Jeno. Matanya fokus kepada layar tv bermain bersama Doyoung.
“Heh kamu ya yang ngasi tau mama cil. Jangan playing victim kamu”
“Ini jadi ngga si makannya?” Tanya Ilora
Shannon dan Jaehyun diam. Mereka benar benar diam. Saling beradu tatap bertanya keheranan. Semua yang mereka dapat malam ini, yang mereka lihat benar benar tidak ada ekspresi kekecewaan. Fatal. Dugaan mereka salah besar.
“Mbak sini. Ngapain nangis?” Ucap papa Shannon. Ia kemudian dengan tatapan kosongnya menghampiri sang papa.
Jaehyun lalu ikut bergabung dengan geng lelaki di depan tv.
“Cuyy, riview dong. Gimana? Hahahah” Tanya Yuta.
“Njing masih aja nanya” Ucap Taeyong.
“Ya kan dia biasa sama yang haram yong” Balas Doyoung, matanya fokus ke tv.
“Makanya lo tu nikah. Kawin mulu nikah kaga” Ucap Johnny.
Sementara itu Jaehyun masih diam. Masih mencerna perihal reaksi keluarganya ini. Satu satunya yang bisa dia lakukan hanya tersenyum canggung.
“Ngapain nangis?” Tanya sang papa
“Emang nangisan” Jawab Ilora.
“Kita emang nungguin tapi ngga se nunggu itu mbak. Kamu nanti yang jalanin km yang urusin dia” Jelas sang papa.
“Semua nunggu kamu siap dulu Shan. Jangan terlalu dibuat beban ya sayang” Imbuh mama.
“Jangan lama lama juga, keburu diduluin Ilora” Imbuh bunda.
Shannon benar benar diam. Kaget. Takut. Bingung. Semua bercampur menjadi satu. Bukan ini yang ada dalam bayangannya. Bukan ini. Tapi ini yang terjadi. Semua keluarganya menerima. Mereka menerima dengan dada terbuka. Memang benar kata Jaehyun. Shannon banyak takutnya. Sebaiknya kita tidak berburuk sangka dulu kepada orang lain dari pada malu sendiri.
Hari itu lalu dilanjutnya dengan 'family gathering' dengan makan makan dan bercengkrama. Merasa semua orang berkata tidak papa kepadanya membuat Shannon menjadi lega. Sangat lega. Begitu pula dengan Jaehyun. Seakan beban berat terangkat dari pundaknya. Namun ada satu suara yang tidak Shannon dengar dari banyaknya orang di rumah ini. Suara Lia.