raellee

Jaehyun membuka pintu rumahnya. Terlihat seorang wanita yang mengenakan setelan tidur kebesaran sedang berkutik di dapur. Jaehyun lantas menghampirinya.

Dari radius 50 meter dapat Shannon hirup wangi parfume yang selalu menenangkannya, beserta daksa yang selalu ingin ia dekap. Namun saat ini yang ia lakukan hanya membelakangi suaminya yang baru pulang pukul 10 malam.

“Masak apa?” Tanya Jaehyun sembari membuka kancing lengan, melepas jam tangannya dan melonggarkan dasinya. Menanyai perempuan yang sekarang sedang mengandung anaknya.

“Indomeie” Jawab Shannon singkat. Pasalnya dirinya juga sedikit kesal dengan sang pria. Tidak memiliki kegiatan serta tidak diperhatikan seharian membuat mood sang puan sedikit hancur. Sebenarnya Shannon tau, pekerjaan sang suami saat ini pasti amat sangat menumpuk. Namun semenjak mengandung, 24/7 Shannon menjadi sangat clingy.

Jaehyun masih diam. Ia hanya duduk di meja makan, menundukkan kepala dan memijat pelipisnya.

“Udah makan?” Tanya Shannon akhirnya, tidak tega melihat bentuk suaminya saat ini. Sangat berantakan. Rasa kesalnya masih lebih kecil dari kepeduliannya. Saat itu.

“Udah” Jawab Jaehyun singkat. Pandangannya masih menunduk dengan tangan setia di pelipisnya. Tidak ada jawaban dari Shannon akhirnya. Hening berdua. Tidak ada juga yang berinisiatif membuka pembicaraan, sampai mie selesai dan eksekusi Shannon lakukan, sembari menonton serial drama korea di hpnya.

“Buruan Shan udah malem” Ucap Jaehyun akhirnya memecah kesunyian setelah cukup lama mereka saling diam.

“Ngapain?”

“Ya kamu buruan makannya, udah malem aku cape mau tidur”

“Yaudah tidur aja, mandi tidur aja” Jawab Shannon enteng. Lalu ia kembali memfokuskan dirinya ke hp dan mie-hampir tengah malamnya. Jaehyun masih disana menunggu istrinya selesai.

“Aku ngga nyuruh kamu nungguin. Tidur aja, ngapain disini” Ucap Shannon setelah ia menyadari tindakan sang suami. Jaehyun tidak menjawab, ia lantas menyambar jam tangan dan hpnya lalu pergi ke atas tanpa suara.

Gue juga cape, gue jenuh juga ngga cuman lo Shan, gue sadar ngga kasi lo waktu seharian ini mau tebus malah lo giniin. Ini kalo gue egois bentar nggapaoa kan?

Shannon menatap punggung lelah Jaehyun. Tapi mulutnya masih kelu. Kesal setelah seharian diabaikan, tetapi kasihan, suaminya saat ini pasti butuh pelukan.

Gue harusnya disana pinjemin bahu buat lo J, harusnya gue pegang tangan lo sambil bilang gapapa, makasih hari ini, you did well. Tapi kenapa gue diem aja pftttttt

Malam mereka lalu diisi dengan saling diam diaman. Tidak ada pelukan tidak ada kecupan tidak ada sentuhan. Hanya sesekali saling bertanya dan mengingatkan perihal hari esok. Lalu keduanya sama sama terlelap dengan tenang.

Jaehyun menutup pintu mobilnya. Lalu menyerahkan sekresek pesanan sang puan kepada empunya. Shannon tersenyum riang.

“Yang ada dinonya mana?” Tanya Shannon kepada sang pria. Jaehyun menatap aneh ke arahnya.

“Oiyaaa ngga ada” Jawab Shannon sendiri. Lalu ia membuka permen yupi dan mulai melahapnya. Jaehyun masih diam memperhatikan istrinya.

“Cape ya J?” Tanya Shannon disela sela makannya. Pandangannya masih pada yupi, sementara Jaehyun masih menatapnya. Diam.

“Aku tau kamu cape. Kamu ngga marah kan, kamu cuman cape” Lanjut Shannon. Jaehyun masih tetap diam. Shannon mendongak menatap lawan bicaranya, ya walaupun Jaehyun masih diam saja.

“Cape ya ngurus 2 anak? Mana satunya emang bukan tanggung jawab kamu. Mana masih harus ngurusin aku juga. Cape ya?” Tanya Shannon, sambil dimulutnya masih ada permen yang perlu dikunyah. Jaehyun masih menatapnya.

Kantung mata yang menghitam, rambut yang sedikit panjang, wajah datar. Sebenarnya siapapun yang melihat Jaehyun sekarang pasti dapat menebak bahwa hari hari ini adalah hari hari terberatnya. Setelah memenjarakan istrinya di rumah demi keselamatan sang anak, maka semua tanggung jawab Shannon, Jaehyun ambil alih.

Tak terkecuali urusan kantor. Mengurus kantor bukanlah hal yang mudah. Sebenarnya membawahi satu perusahaan saja sudah membuat Jaehyun kadang kadang ingin resign dari kehidupan, namun dengan sombongnya ia mengambil alih satu perusahaan lagi. Tak tanggung tanggung 2 tanggung jawab besar Jaehyun pikul sendirian.

Shannon menyelesaikan urusan mulutnya lalu mengubah posisi duduknya menjadi sepenuhnya menghadap Jaehyun. Satu kakinya naik ke jok dan satu lagi tetap di bawah. Kemudia Shannon merentangkan kedua tangan, membukanya lebar lebar. Jaehyun masih diam menatap sang istri. Kebingungan.

“Ehmm” Deham Shannon sambil menepuk dada sebelah kanannya dan sedikit mengangguk, mengisyaratkan sang suami agar masuk kedekapannya karena Jaehyun masih saja diam tidak mengerti.

“Ngapain?” Tanya Jaehyun tersenyum menatap sang istri.

“Sini” Jawab Shannon sambil menganggukan kepalanya.

Dibalas tawa oleh Jaehyun.

“Ck, sini buruan. Aku ngga memberi kesempatan kedua ya, aku bukan gosokan ale ale bisa dicoba lagi” Balas Shannon mendengar tawa Jaehyun dengan tetap merentangkan tangannya.

Jaehyun lalu diam. Menatap istrinya dengan tersenyun lalu ikut membuka tangannya lebar lebar dan memeluk daksa kecil istrinya, menenggelamkan wajahnya di leher sang puan. Jaehyun memejamkan mata. Mencoba menyamankan diri dan menghirup aroma tubuh sang istri dalam dalam nyaman

Shannon tersenyum. Diusapnya punggung kokoh sang suami.

Terdengar suara hembusan nafas, milik Shannon.

“You did great J, you did well paps. Thank you” Ucap Shannon di tengah tengah pelukan mereka.

“Bahuku emang ngga sekuat punyamu J, tapi kalo buat nyender kamu sama Queen kokoh kok ngga gampang mleyot” Lanjut Shannon. Jaehyun masih diam dan malah mengeratkan pelukannya.

“Aku ngga akan minta maaf karena kamu yang nawarin. Konsekuensinya ini, cape. Tapi kamu punya aku J, aku mungkin gabisa bantuin atau ngga bisa selesaiin masalah kamu, tapi aku bisa dengerin semua cerita kamu, sambatan kamu, aku bisa. Im all ears for you” Lanjut Shannon.

“Kamu mungkin lupa aku dulu sendirian. Aku tanggung semua sendirian. Kalo cuman dengerin cerita kamu aja aku bisa J, kamu ngga ngrepotin kok hehe” Akhir Shannon. Jaehyun lalu melepas pelukannya dan menatap sang istri dalam dalam.

“Ishhhh dewasa banget istri aku” Jawab Jaehyun sambil mengacak acak rambut Shannon.

“You have me too. Aku istri kamu kan? Cerita semua ke aku ya? Jangan diemin aku, gasuka” Balas Shannon. Jaehyun tersenyum.

“Iyaaa bumil ah mulai” Balas Jaehyun. Lalu ia menatap perut buncit Shannon.

“Jangan dimarahin anak aku” Ucap Shannon menyadari tatapan sang suami. Lalu ia menutup perutnya dengan kedua tangannya.

“Orang anak aku juga” Balas Jaehyun sembari menyentuh tangan Shannon mencoba untuk menyingkirkannya.

“Ihh gamau. Jangan dimarahin. Salah siapa juga ga pernah ngajakin ngobrol?” Ucap Shannon menangkis tangan Jaehyun.

“Iya ini mau ngobrol berdua Shan”

“Jangan dimarahin tapi ya? Nak nanti kalo papa marah bilang mama biar mama yang pukul” Ucap Shannon kepada sang suami lalu berbicara pada perutnya.

“Hahaha” Tawa Jaehyun pecah. Lalu ia sedikit menunduk, mensejajarkan kepalanya dengan perut sang istri.

“Knock knock, ada orang ngga? Hey jawab ini anak aku apa anak ayam si kok diem aja diajak bicara” Ucap Jaehyun kepada perut istrinya. Dengan sedikit mengusap perut yang belum terlalu buncit itu.

“Ihh kan, udah jangan kalo ngatain mah gausah” Balas sang empu. Jaehyun hanya mendongak menatap kilat sang istri sebelum tatapannya beralih lagi kepada perut.

“Maaf ya papa jarang ngajak kamu diskusi. Nanti kita diskusi lagi deh, mau ngomongin apa? Capital loss? Inflasi? Makro ekonomi? Apa mikro aja? Mau yang mana? Apa mau apa nanti kita ngobrol ya. Tapi janji bulan depan gabole marah lagi, papa juga mau liat kamu”

Kata Jaehyun kepada perut Shannon. Sang puan hanya tersenyun mendengar perkataan lelakinya.

“Gimana?” Tanya Jaehyun kepada Shannon.

“Mau belajar saham kata dia” Balas Shannon tersenyum.

“Oke nanti papa ajarin”

Shannon hanya tersenyum lalu mengusap pelan rambut sang pria. Jaehyun mengembalikan tinggi tubuh normalnya. Menatap sang istri.

“Maaf ya aku diemin kamu. Kamu pasti wondering banget aku kenapa. Aku cuman cape aja Shan, nggs gau gimana ngilanginnya. You got the 100 point tho. Aku nggs mau repotin kamu” Ucap Jaehyun kepada istrinya.

“Kamu ngga ngrepotin. Kamu ngga ngebebanin. Kita bagi ya J, sama sama, kaya kata kamu. Ok?” Balas Shannon. Jaehyun mengangguk. Lalu dibawanya kereta besi ini untuk kembali menuju runah mereka berdua. Baru setengah satu siang namun Jaehyun memutuskan untuk meninggalkan kantornya.

“Kok dilepas dasinya? Ngga ada ya ngga ada bolos. Balik ayo” Ucap Shannon di perjalanan.

“Cape Shan” Balas Jaehyun memelas.

“Ayok balik J kasian Taeyong nanti keteteran”

“Cape, katanya bilang. Aku cape. Bolos sehari ya?” Ucap Jaehyun memelas sambil sesekali menatap sang istri lalu kembali lagi ke jalan.

Shannon hanya menghembuskan nafasnya. Tidak ada gunanya pikirnya. Menyuruh Jaehyun kembali ke kantor sama dengan berbicara pada dirinya sendiri. Tidak ada di dengar. Mereka akan sama sama melalukan keinginannya walaupun sudah meminta pendapat sekitar. Siang itu dibiarkannya sang pria untuk absen dari rutinitas duniawinya.


You know? When you have someone who hug you without 'why' your belly probably change to the black and blue, because butterflies hit that harder

Jaehyun merasa bersyukur. Tanpa harus ia bercerita panjang lebar. Tanpa harus ia jelaskan. Tanpa harus menggunakan urat dan emosinya, ia memiliki seseorang yang bersedia meminjamkan bahu untuknya. Memang benar tidak sekokoh miliknya, tidak selebar bahunya, tapi nyaman. Bahu itu mulai dari sekarang miliknya. Mulai dari sekarang pula, obat untuk keluh kesah Jaehyun adalah istri dan anaknya.

“Kalo aku mau cerai dibolehin ngga?” Tanya Shannon tiba tiba.

“NGACO LO KALO NGOMONG” Balas Jaehyun. Menolehkan kepalanya.

Keduanya sedang sama sama berbaring di ranjang. Jaehyun hanya sekedar memejamkan mata, menikmati waktu dengan kedua tangannya menumpu kepala. Sedangkan Shannon menghadap sang suami dengan satu tangan memeluk guling, satu lagi menumpu kepala.

“Kalo ngomong dipikir dulu. Jangan asal punya mulut terus ngomong sembarangan” Lanjut Jaehyun.

“Sewot”

“Kenapa tiba tiba kepikiran itu? Ngga ada ya. Ngga ada itu, kata terlarang.” Ucap Jaehyun yang lalu ikut menghadap ke arah sang istri. Shannon diam. Butuh beberapa detik untuknya menjawab.

“Aku kayanya ngga bisa berbagi deh J” Jawabnya. Jaehyun diam. Mencoba mengorek jawaban lebih dalam.

“Aku cerita apapun ke kamu. Semuanya. Tapi kamh ngga pernah cerita ke aku. Kamu keep semuanya sendiri. Bukan kamu yang ngga mau cerita. Aku yang ngga mau tau. Aku yang ngga peduli. Aku egois, ya?” Lanjut Shannon akhirnya.

Jaehyun mengangkat tangannya untuk membelai surai hitam milik sang istri. Tatapan mereka masih beradu. Jaehyun menghela nafasnya.

“Shan, kalo ngerasa bersalah, minta maaf. Kalo mau tau, tanya. Kalo ada masalah diselesaiin bukan ditinggal lari.” Balas Jaehyun.

“Tau ngga si J, aku sampe sekarang masih suka mikir. Kok ada? Ada lo. Hidup. Suami aku lagi. Orang kaya kamu” Ucap Shannon.

“Sabar banget ngadepin aku. Aku kaya ngga percaya aja haha. Suka mikir gini, ini beneran buat gue ya? Ini ngga dititipin aja kan? Nanti kalo mau diambil bilang ya Tuhan biar bisa siap siap kaya kok aku bisa si dapetin kamu? Do i deserve you? I bet no” Lanjut Shannon. Jaehyun masih diam.

“Aku ngga takut kamu pergi J. Aku takut kamu diambil Tuhan. Aku takut hatimu dibikin ngga sayang lagi ke aku terus kamu pergi. Katanya jodoh cerminan dirikan? Tapi kamu ngga mencerminkan aku banget. Aku kaya ngga pantes gitu ngga si J haha” Lanjut Shannon. Kali ini pelupuk matanya menahan beban. Suaranya mulai bergetar, ia mencoba tertawa untuk menyamarkan tangisnya.

Jaehyun lalu melempar guling yang membatasi mereka. Menarik diri, memeluk tubuh sang istri. Shannon membalas pelukannya. Memejamkan mata dan menyamankan posisinya.

“Jangan suka berburuk sangka sama Tuhan, Shan. Kalo mau bersyukur bersyukuran kayanya aku yang harus lebih berterima kasih karna dikasi kamu dalam hidup ya ngga juga si orang aku yang minta , kamu mau terima aku sama semua masa lalu aku aja aku udah bersyukur banget Shan.” Balas Jaehyun.

“Kalo kamu merasa bersalah, yaudah dibenerin. Minta maaf. Pintu maafku ngga pernah ditutup buat kamu. Kalo kamu sayang sama aku just love me, i told you ape bosen. Jangan takut. Aku ngga akan pergi” Lanjutnya

Brakkk

Pintu ruangan Jaehyun dibuka dengan sangat kasar. Seorang perempuan yang diduga istrinya sedang berdiri disana. Dengan nafas terengah engah seakan menahan amarah dan raut muka yang tidak mengenakan.

Ok, here we go

Batin Jaehyun. Dirinya lalu bangkit dan berjalan ke arah sang istri. Memasang raut muka sedatar dan setenang mungkin agar tidak memperkeruh keadaan.

“Kamu ngapain?” Tanya Shannon. Nada bicaranya seolah menunjukkan seseorang sedang menahan emosi. Sinis dan tajam.

“Duduk dulu sayang” Ucap Jaehyun menarik tangan Shannon yang tetap berdiri di ambang pintu. Shannon lalu menghempaskannya. Kasar.

“Kamu ngapain aku tanya?!” Nada bicaranya sudah sedikit meningkat.

“Duduk dulu Shan. Masuk dulu, jangan ditengah pintu gitu” Balas Jaehyun. Menatap mata sang istri dalam dalam. Shannon membuang mukanya menghembuskan nafas kasar lalu berjalan melewati Jaehyun untuk lebih masuk keruangan sang suami. Jaehyun kemudian menutup pintu dan berbalik badan menghadap ke arah Shannon yang teryata sang puan sudah menghadap dirinya duluan dan memasang ekspresi wajah seperti siap menerkam siapapun saat itu juga.

“Kamu ngremehin aku?” Tanya Shannon tiba tiba.

Bener, masalah Nandhes

Batin Jaehyun.

“Siapa yang ngremehin?” Tanya Jaehyun.

“Kamu.” Balas Shannon cepat.

“Kamu ngremehin aku J” Lanjutnya.

“Kamu ngapain beresin urusan Permadi sama Nandhes? Kamu ngga berhak. Itu bukan punya kamu” Lanjut Shannon penuh dengan emosi, namun tidak berteriak.

“Aku cuman mau kamu istrirahat Shan” Balas Jaehyun tak kalah tegasnya.

“Aku ngga capek. Aku yang tau sama keadaan ku, aku yang paling tau” Balas Shannon.

“Kamu hamil. Kamu hamil anak aku. Anak kamu. Tau kamu dia di dalam sana baik baik aja ha? Yakin kamu? Aku cuman mau kamu istrirahat yang cukup. 5 bulan lagi aja Shan tolong” Balas Jaehyun.

“Kamu ngga percaya sama aku? Kamu berharap dia kenapa napa?” Tanya Shannon dengan menunjuk perut buncitnya yang belum terlalu besar.

“Shan. Aku cuman mau kamu istirahat dulu bentar. Jangan cape cape aku khawatir. Aku takut dia kenapa napa” Jawab Jaehyun sedikit melunak sambil mendekat memegang kedua pundak Shannon.

“Aku ngga cape J, aku kuat, itu kerjaan ku itu tanggung jawabku. Kamu ngelukain harga diriku kalo kamu gini” Balas Shannon dengan menatap mata sang suami dalam dalam.

Jaehyun lalu membuang mukanya. Mengehmbuskan nafasnya lalu kembali menatap sang puan. Tangannya masih di pundak Shannon.

“Kamu tau ngga si ibu hamil itu ngga boleh banyak pikiran? Ngga boleh stress? Ngga boleh kecapean, kamu tau ngga?” Tanya Jaehyun. Volume suaranya berkurag tetapi perkataanya saat ini menjadi sangat menakutkan. Nyali Shannon menciut, tetapi pridenya masih meronta ronta.

“Aku ngga cape. Aku enjoy aja J sama kerjaanku” Balas Shannon singkat.

“Ngga cape? Siapa yang kemaren istirahat di klinik siapa? Yang kram perut siapa aku tanya? Aku nunggu kamu cerita ya Shan, sampe hari ini kamu diem. Kamu sembunyiin dari aku. Aku berhak tau tentang anak aku. Kamu ngga lagi sendirian Shan. Ada nyawa lain di diri kamu. Tolong kerja samanya” Balas Jaehyun. Shannon diam menatap mata Jaehyun. Amarah, kekhawatiran, cemas, kecewa dan berbagai rasa lainnya ada disana. Oke gue emang salah

“Jawab. Siapa?” Tanya Jaehyun. Shannon masih diam.

Memang benar, Shannon sempat beristirahat di klinik kantornya (semacam uks) karena perutnya yang tiba tiba sakit. Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata itu merupakan kram perut yang wajar terjadi pada wanita hamil. Yang perlu digaris bawahi bahwa kram perut pada trimester 1 dan 2 bisa saja disebabkan oleh tanda tanda keguguran, sementara pada trimester akhir merupakan kontraksi palsu. (Diambil dari Mama's Choice)

“Ayo jawab siapa?” Tanya Jaehyun lagi.

“Aku tau kamu pasti ngga bisa aku bilangin. Kamu pasti sesuka hatimu sendiri. Kamu bilang ngga cape, kamu bisa, kamu kuat. Nyatanya gimana Shan? Aku backup semua biar kamu bisa istrirahat. Kamu istirahat bentar aja, biar anak aku rilex dikit. Aku cuman coba kurangin beban pikiran kamu biar ngga ngaruh sama kehamilan. Aku emang ngga ada hak sama Permadi tapi kamu sama bayi ini hak aku. Kewajiban aku. Tanggung jawab aku.” Lanjut Jaehyun tegas. Shannon masih diam tidak dapat membuka mulutnya.

“Berapa kali aku ngomong sama kamu jangan kecapean, istirahat, berapa kali?” Tanya Jaehyun.

“Aku cuman mau kamu ngga kepikiran yang ngga ngga Shan. Kantor biarin sama Mark. Kalo ngga percaya Mark biar aku yang pegang. Kamu tolong istirahat aja, jaga anak dulu. Nanti kalo udah lahir, kerja lagi, aku nggapapa. Aku mana pernah larang larang kamu” Ucap Jaehyun panjang lebar.

“Aku izinin kamu kerja bukan buat stressed kaya gini. Bukan buat bahayain diri kamu sama anak aku. Bukan Shan” Lanjut Jaehyun. Suaranya mulai melunak. Tidak berapi api seperti sebelumnya.

Shannon masih tetap diam. Ia mengerti semua maksud sang suami. Ia paham apa yang harus ia lakukan sekarang. Minta maaf. Tapi kata kata itu benar benar tertinggal dalam ujung lidah Shannon menolek untuk dilontarkan.

“5 bulan lagi tolong kamu jangan banyak pikiran. Jangan bikin aku khawatir. Di rumah aja. Kamu mau apa aku kasi? Jalan jalan? Ayok, apa tv baru? Mau apa bilang aku kasih biar ngga bosen. Aku kasi semuanya, bilang. Tapi tolong jangan sentuh kantor dulu”

Ucap Jaehyun. Melunak. Emosinya sudah reda. Kecemasan selama 4 bulan belakangan ini sudah berhasil dikeluarkan dari hatinya. Dirinya kini berdoa semoga sang istri menyadaru dan memahami maksud sang suami.

Shannon lalu melepaskan diri dari cengkraman Jaehyun.

“Mau somay depan kantor terus pulang” Ucap Shannon. Jaehyun diam. Terheran heran.

“Katanya mau kasih apapun?” Tanta Shannon melihat sang suami hanya diam mematung di hadapannya. Kemudia Jaehyun mengambil jasnya.

“Sini kunci mobilnya” Ucap Jaehyun seraya meminta kunci mobil milik Shannon. Dan seketika mendapatkannya, ia mengunci mulutnya lalu berjalan keluar ruangan mendahului sang istri.

Serem banget kalo marah batin Shannon.

“Shannnn, ayo buruan” Teriak Jaehyun dari lantai bawah. Tubuhnya sudah dipakaikan setelan jas rapi bersiap pergi ke pesta penyambutan kembalinya orang tua Johnny dari Chicago.

Hubungan pertemanan Jaehyun dan #sehatmudaceria beserta Jungwoo sebenarnya sudah another level of friendship orang tua mereka saling mendukung, saling mengenal dan benar benar sudah seperti keluarga. Jadi, tak heran jika satu sama lain amat sangat dekat.

“Kamu sendiri aja deh ya J, aku ngga ikut” Ucap Shannon seraya menuruni tangga. Tubuhnya sudah terbalut dress warna hitam yang pas dikenakan dan menunjukan baby bump nya yang sedikit menonjol.

“Wow, you look great. Beautiful. Let's go” Ucap Jaehyun tatkala melihat penampilan istrinya. Makeup seadanya dan perut buncit sang istri terlihat sangat cantik untuk Jaehyun, atau bahkan mungkin orang orang yang sekarang melihat Shannon.

“Kamu sendiri aja deh” Ucapnya lagi.

“Kenapa? Ayoo Shan”

“Aku jelek” Balas Shannon.

“SIAPA BILANG? Kamu cantik Shan. Ayo serius kamu cantik banget” Ucap Jaehyun mencoba meyakinkan sang istri. Hal ini tak lain dan bukan adalah karena Shannon merasa useless . Beberapa hari ini, selama hamil dirinya menjadi amat sangat mudah lelah dan mengantuk. Bahkan Shannon pernah tertidur di tengah tengah antrian Starbucks dekat kantornya.

Jaehyun meyakinkan Shannon kembali.

“Kamu cantik Shan. Serius. Ngga bohong kamu cantik” Ucapnya lembut lalu mengecup pucuk kepala sang istri. Shannon tersenyum.

“Berangkat?” Tanya Jaehyun. Shannon tersenyun dan mengangguk dengan mantap.


“Ini nanti gimana? Kamu aja ya yang ngasi” Tanya Shannon sembari mengeluarkan sekotak kalung dari paper bag , kepada Jaehyun yang menempatkan seluruh atensinya ke jalan raya.

“Kamu aja”

“Aku kan ngga kenal J”

“Ya makanya ini aku ajak kamu biar kenalan. Nggapapa Shan mama papa Jo sama kaya mama papa aku. Mereka udah anggep aku anak sendiri. Sekarang ada kamu mereka pasti gitu juga ke kamu.” Jelas Jaehyun.

“Okeyy” Balas Shannon enteng.


Seluruh pandangan mata tertuju kepada sepasang calon orang tua baru ini ketika mereka membuka pintu dan memasuki ruangan.

Sebuah jemari milik tangan kanan mengenggam erat jemari lain milik tangan kiri yang berjalan sedikit di belakang sang pria. Sementara tangan kanan Shannon digunakan untuk membawa sebuah dompet dan paper bag.

Jaehyun membawa istrinya untuk berjalan ke sudut ruangan tempat teman temannya berada. Berjalan sambil melemparkan sapa ke beberapa kolega mereka berdua. Baik Shannon maupun Jaehyun, banyak sekali orang orang yang mereka kenali juga sedang berada di ruangan ini.

“Wiiii dateng juga. Hai Shan” Sapa Johnny yang sudah bergabung dengan Yuta, Doyoung, serta Taeyong disana. Shannon tersenyum sebagai balasan.

“Yong cariin kursi” Suruh Doyoung kepada Taeyong. Begitu melihat Shannon. Mengingat istri sahabatnya ini sedang mengandung”

“Yong” Ucap Jaehyun seraya menunjuk sebuah kursi di halaman belakang. Taeyong bangkit.

“Hei hei guys, ok, nggapapa, kuat gue. Nanti kalo cape, gue aja yang nyari kursi. Nggapapa” Balas Shannon merasa aneh dan tidak enak.

“Kalo ada apa apa bilang aja Shan” Balas Yuta.

“Perhatian banget lo” Ucap Jaehyun sinis membalas Yuta.

“Calon kakak ipar” Balas Yuta singkat. Jaehyun tidak menjawab hanya menatap Yuta dengan tatapan tajam. Sementara yang ditatap hanya mengendikan bahu seolah tidak ada yang terjadi.

Shannon tersenyum.

“Serius?” Tanya Shannon pada Yuta.

“Anjrt, yut” Balas Taeyong sambil menoyor lengan Yuta.

“Wahhhh berantem ini pasti nanti” Ucap Johnny.

“Serius kamu? Adekmu lo Shan” Tanya Jaehyun kepada istrinya.

“Siapa yang bilang adekmu?” Tanya Shannon.

“Hahahha mampos” Ucap Doyoung.

“Yut, yut” Ucap Taeyong heboh. Sementara Johnny hanya tertawa melihat ekspresi wajah Jaehyun yang kaget dengan jawaban sang istri.

“Kakak” Panggil Yuta kepada Shannon.

“HAHAHAHHA” Seluruhnya tertawa. Lalu obrolan mulai dicairkan disana, membahas hal hal randon ber5. Shannon nampak nya menggunakan kemampuannya yang biasa keluar saat ia bertemu dengan kolega kolega kerjanya, spontanitas, sksd, dan tetap berwibawa.

“Bang” Panggil seorang perempuan. Kelimanya mau tidak mau akhirnya menoleh ke sumber suara.

“Hei” Jawab Johnny canggung. Ia kemudian menatap 4 sahabatnya yang juga sama sama menoleh ke arah Johnny. Shannon masih diam memperhatikan sang gadis.

“Hei. Kenap mar?” Tanya Johnny seraya berjalan ke arah gadis tersebut dan merangkul pundaknya, mencoba membawanya menjauh dari 'sumber' kegaduhan.

“Hai Jae” Sapa sang gadis cepat seraya menyingkirkan tangan Johnny dari tubuhnya.


“Is everything ok?” Tanya Yuta kepada Shannon yang sekarang sedang duduk di halaman belakang setelah memberikan hadiah kepada mama Johnny, dengan menikmati makanan ringan yang disediakan.

“Ngerayu? Biar dapet Ilora?” Tanya Shannon jahil.

“Anjrt Shan” Balas Yuta, lalu ikut bergabung dan menganggukkan kepalanya menuju kerumunan orang yang sedang asik berbincang.

“Who is her?” Tanya Shannon akhirnya.

“Sepupunya Johnny” Balas Yuta.

“Come on. Lo tau maksd gue apaan yut”

“Tamara?” Tanya Yuta. Pertanyaannya mengarah pada seorang wanita yang sekarang bergabung dalam obrolan antara Jaehyun, Doyoung, Taeyong serta Johnny sedikit jauh dari tempat Shannon berada tetapi masih terlihat.

Shannon diam. Mencoba mendapat jawaban lebih panjang.

“Tamara Aulia. Sepupu nya Jo. Dulu sempet deket sama Jaehyun tapi yaudah gitu deket aja” Jelas Yuta akhirnya.

“Deket aja?” Tanya Shannon memastikan.

“Deket aja, ngga pacaran. Si Jaehyun ngga bisa katanya LDR”

“Bentar bentat gimana?” Balas Shannon penasaran.

“Takut gue. Mending lo tanya laki lo sendiri aja Shan dari pada nanti gue kaga dapet restu iparnya Ilora” Balas Yuta

Plakkk

“Anjrt sakit” Ucap Yuta sambil mengusap punggungnya. Yuta juga kena pukul yorobun :))

“Nanggung. Buru ngga” Ancam Shannon.

“Ya pokonya gitu. Deket tapi Jaehyun ngga bisa LDR akhirnya ngga pacaran. Terus udah si Jae ngejomblo lama terus nikah ni sama lo”

“Oooo” Balas Shannon. Ambigu.

“Kenapa Shan? Jangan mikit aneh aneh ya serius itu cuman masa lalu Jaehyun doang kok” Ucap Yuta, takut takut apabila perkataanya barusan menyinggung atau melukai hati Shannon.

“Lah ngapain?” Tanya Shannon heran.

“Ya biarin aja kali yut. Liat tu, kayanya masi suka juga si Tamara. Tapi ya gimana ya, yang dapet gue, ups” Lanjut Shannon enteng.

“Anjrt”

“Hahah, maksd gue ya nggapapa itu hak dia. Selama Jaehyun ngga suka balik, yaudah si. I won hahah”

“Anjrt anjrit salah besar gue kira lo kenapa napa haha”

Yuta dan Shannon tertawa bersama. Jaehyun sesekali memperhatikan mereka berdua. Mencari jawaban besar dari pertanyaan di kepala ngapain ketawa ketawa .

“Kamu ngapain coba kesini?” Tanya Shannon pada suaminya yang sudah rapi di ruang makan menyelesaikan urusan perutnya. Shannon menghampirinya dan berdiri di seberang meja.

“Aku nelvon kamu 24 x 96 kali ngga dijawab ya.” Balas Jaehyun.

“Sama dengan?” Jawab Shannon jahil.

“Shannnn?”

“Hahaha maaf ga liat, aku ngobrol sama Pak Ali di belakang sama anaknya juga” Jawab Shannon.

“Enak ngga masakan bunda?” Tanya Shannon yang saat ini sudah merubah posisinya untuk menjadi lebih dekat dengan sang suami. Shannon berdiri disebelah Jaehyun.

“Enak”

“Sama aku juga gitu, enak masakan bunda ya” Balas Shannon. Jaehyun mengerutkan keningnya, tidak tahu kemana arah pembicaraan ini akan berlanjut, lalu ia menatap istrinya.

“Mmmm masakan kamu juga enak” Ucapnya hati hati. Tangannya merengkuh pinggang sang istri agar lebih mendekat.

Shannon kemudian meletakkan kedua tangannya ke kepala sang suami. Memainkan rambut hitam legam milik Jaehyun. Mengusapnya pelan lalu mencium pucuk kepalanya. Jaehyun tak mau kalah, satu tangannya lagi naik ke pinggang dan melingkar dengan sempurna disana. Memeluk erat sang puan secara posesif.

“Cape ya?” Tanya Shannon. Jaehyun memejamkan matanya, wajahnya ia hadapkan samping tetapi tetap menempel pada tubuh Shannon.

“Hmmm” Jawab Jaehyun. Dihirupnya wangi sang puan dan tubuh kecilnya yang selalu menjadi tongkat pegangan untuk Jaehyun. Menenangkan.

“Thank you papa. You did well” Ucap Shannon tetap mengusap rambut sang pria. Jaehyun lalu membuat jarak diantara mereka, mendongak menatap netra istrinya. I miss her

“Can i have you?” Tanya Jaehyun. Tatapan matanya berubah. Seperti serigala sedang kelaparan.

“J?”

“Why? You said that. Morning is forbid, i can have you at night” Ucao Jaehyun merayu sang istri.

“Tapi kita ngga di rumah. Nanti kalo ilora pulang gimana?” Jawab Shannon ragu ragu. Sama. Ia juga menginginkan suaminya tetapi sikon tidak mendukung keduanya.

“Sekarang jam berapa si Shan? Masih sore Ilora ngga mungkin pulang sekarang, pasti nanti maleman” Ucap Jaehyun meyakinkan. Shannon kemudian hanya menatap sang suami dan sepersekian detik tiba tiba

Cuppp

Milik Shannon mencuri milik suaminya. Jaehyun tersenyum seolah tadi adalah pertanda bahwa dirinya diizinkan. Menjamah kembali miliknya di tubub sang puan.

Jaehyun kemudian menarik Shannon di pinggangnya hingga Shannon terjatuh dan duduk di pangkuan Jaehyun. Tangannya kini melingkar sempurna di leher sang pria.

Pelan pelan Jaehyun mengikis jarak, satu tangannya tetap di pinggang dan satu lagi sudah berada di tengkuk Shannon. Pelan pelan bibir mereka bertemu.

Keduanya memejamkan mata. Merasakan kenikmatan yang sama sama disalurkan. Saling memberitahukan bahwa sama sama menginginkan. Pelan pelan tetapi menuntut. Dari dingin, hangat, menjadi ciuman panas.

Tangan Jaehyun sudah bermain di punggung Shannon. Mengusapnya dan sesekali menariknya untuk memperdalam kegiatan mereka. Begitu pula dengan Shannon. Selain dilingkarkan, tangannya juga dimainkan untuk sesekali menjambak rambut sang pria.

Tenggggg

Suara sebuah benda besi yang bersinggungan dengan benda besi lainnya. Baik Jaehyun maupun Shannon sama sama menoleh ke sumber suara.

Ilora berdiri disana. Di tengah tengah tangga menuju ke atas. Tubuhnya membeku seolah baru saja melakukan kesalahan fatal, menatap mereka berdua.

Jaehyun kemudian buru buru membuang wajahnya. Menunduk. Malu. Wajahnya benar benar merah seperti baru terbakar. Begitu pula dengan Shannon. Buru buru ia turun dari pangkuan sang pria dengan nafas masih terengah engah dan menatap sang adik.

“Emmmmm”

“Emmmm, anjing ini kunci mobil pake jatoh” Buka Ilora. Kikuk. Dapat dilihat wajahnya menunjukkan kegugupan. Tangannya berkeringat dingin.

Jaehyun menoleh. Canggung.

“Ini juga ini kenapa pake besi coba” Lanjut Ilora menyalahkan pegangan tangga.

“Dek” Ucap Shannon.

“Gue udah 20 tahun gue boleh kok liat begituan-” Ucap Ilora tiba tiba. Suaranya bergetar.

“Tapi kenapa live gini. Takut” Lanjutnya. Ia terduduk di tangga dan menangis.

Shannon mengalihkan pandangannya ke arah Jaehyun. Menatapnya bingung. Sama bingungnya dengan sang pria.

Shannon memarkirkan mobilnya. Garasi rumah Bunda nampak lenggang. Mobil papa dan milik sang dunda tidak ada disana. Suasana rumah juga nampak sepi.

Tok tok tok

Kaca mobil Shannon diketuk dari luar.

“Mbak, ngga papa kan?” Tanya Pak Ali. Satpam rumah bunda yang sudah bekerja disana bahkan sejak Shannon belum pindah. Rumah bunda ini dulunya adalah rumah opa dan oma yang diberika kepada Yoona karena dirinya memang anak satu satunya.

Shannon tidak menjawab. Ia hanya mengangguk dan mengisyaratkan Pak Ali agar lebih mundur karena pintu akan dibuka.

“Hehe kenapa pak?”

“Kok ngga keluar keluar saya kira kenapa”

“Main hp dulu bentar. Sepi banget, Ilora?”

“Ilora keluar tadi katanya mau ketemu temennya. Bapak biasa di kantor. Ibu mungkin tidur mbak” Jelas Pak Ali. Shannon membentuk mulutnya menjadi berbentuk O.

“Ke dalam dulu pak”

“Monggo monggo” Balas Pak Ali.

Shannon kemudian melangkahkan kakinya, membuka pintu putih dihadapannya. Dan benar saja, rumah besar ini nampak sangat sepi. Bukan kosong. Sepi. Hanya ada suara televisi yang menyala dengan sangat kecil.

Shannon kemudian mendekat ke sana. Dilihatnya sang bunda sedang tertidur dengan satu tangan menumpu kepala satu lagi memegang remot.

“Ngga berubah” Ucap Shannon lirih. Lalu ia mengambil remot dari tangan sang bunda dan mematikan televisinya.

Sadar seseorang disana, bundapun membuka matanya. Mengerjap kerjapkan dan mencerna siapa yang sedang berdiri di hadapannya.

“Kalo mau tidur di kamar, jangan di sofa. Listriknya bayar” Sapa Shannon kepada sang ibu.

“Orang bunda nonton tv”

“Dihh apaan, tv yang nonton bunda” Balas Shannon lalu berjalan ke arah dapur. Seperti biasa bergerilya.

“Kamu ngapain jam segini kesini? Sakit? Kenapa mbak?” Tanya sang bunda sembari mengikuti jejak anaknya ke dapur. Memang benar ini merupakan peristiwa langka. Pantang bagi Shannon untuk pulang ke rumah bundanya apabila tidak didesak atau ada kepentingan yang tidak bisa ditunda.

“Kenapa si? Ngga boleh ya nona kesini?”

“Ya nggak, aneh aja ngeliat kamu disini ngga ada angin ngga ada ujan jam segini lagi” Heran sang bunda. Benar, dari pada pergi pergi apalagi pulang Shannon akan lebih memilih mengurung dirinya di kantor dengan setumpuk kertas yang tidak ada habisnya.

“Ilora?”

“Keluat ngga tau kemana”

“Ohhhh. Bun”

“Hmm” Balas sang bunda. Mulai sibuk dengan kuaci dari kulkas.

“Dulu pas bunda tau bunda hamil perasana bunda gimana?” Tanya Shannon.

“Yaudah ngga gimana gimana. Kenapa? Hamil kamu?” Tanya bunda to the point

“Orang nanya malah ganti ditanya”

“Ya ngga gimana gimana mbak. Yaudah bunda seneng, bunda takut, sedih, tapi banyak senengnya si”

“Kenapa sedih? Ngga mau bunda punya aku?” Tanya Shannon.

“Lumutnya kalo ngomong” Jawab sang bunda terkejut. Pandangannya dialihkan, dari kuaci ke sang putri.

“Ya sedih. Kabar bahagia tapi bunda ngga bisa kasi tau bapak ibu. Sedih nanti kamu gedenya gimana kalo ngga punya sodara. Takut, bunda khawatir nanti kamu gimana nanti kamu begini nanti kamu begitu” Jawab sang bunda. Shannon masih diam.

“Bunda takut kamu gabisa mbak. Bunda takut kamu harus lahir padahal dunia ini jahat banget. Bunda takut kamu nanti banyak sakit hatinya. Bunda takut gabisa jaga kamu. Bunda takut bunda nglewatin banyak hal tentang kamu. Bunda takut gabisa kasih kamu kasih sayang. Bunda takut kamu ngerasa ngga dicintai nanti.” Lanjut sang ibu. Shannon mulai mengepalkan tangannya. Menahan air mata.

Bunda, selamat. Semua ketakutan bunda terwujud. Nona ngga tau mau ngomong apa tapi Nona terima semuanya bun. Nona rasain semuanya

“Tapi bunda biarin aku lahir”

“Kamu maunya gimana? Ngga usah dilahirin gitu? Bunda pernah denger, katanya, bayi yang lahir itu bayi bayi yang rohnya kuat. Pas dia diciptain dia dikasi liat dulu 'ni kehidupanmu kaya gini ni sanggup ngga?' kalo ngga sanggup mereka pergi. Karna kamu milih lahir jadi kamu itu sanggup. Bunda juga jadi ngga terlalu takut punya kamu” Jelas sang bunda.

Anjrt, bangga banget sama diri sendiri. Bahkan masih dibeda alam aja gue udah bikin keputusan sendiri njir

“Maaf ya mbak” Ucap bunda tiba tiba. Shannon masih diam menatap bundanya.

“Maaf bunda lewatin banyak hal tentang kamu, maaf bunda ngga disana, maaf bunda biarin kamu sendirian, maaf sekali bunda kasih beban berat dipundak mu” Ucap sang bunda, suaranya bergetar. Shannon lalu menunduk meneteskan ap yang dari tadi meronta minta diloloskan.

“Bun” Ucap Shannon menahan suara isakan dengan sekuat tenaga. Bunda mendongak menatap anaknya.

“Nona tau keluarga ini emang berantakan. Tapi nona bangga lahir dari rahim bunda” ucapnya.

Bunda lalu bangkit dan memeluk putri sulungnya. Mencoba memberikan semua kasih sayang yang mungkin belum sempat diperlihatkan. Memeluknya erat. Sangat erat seolah Shannon adalah anak 8 tahun yang sudah paham arti perpisahan.

“Maaf ya bunda telat”

“Nggapapa dari pada ngga sama sekali” Jawabnya terisak. Ibu dan anak ini terisak.

“Bun. Aku hamil” Ucap Shannon. Bunda lalu melepas pelukannya dan kembali ke duduknya bersama kuaci.

“Udah tau” Jawab sang bunda. Shannon masih heran.

“Tau dari mana?”

“Bunda udah hamil dua kali ya. Udah apal banget gimana gimananya. Kamu tu ngga pernah kaya gini. Ngga pernah nempel banget ke Jaehyun, ngga pernah nangisan tapi tiba tiba berubah. Kamu kira bunda ngga tau?”

“Bunda kok mata matain aku”

“Makanya kalo mau mesra mesraan jangan di tempat umum”

“Ngga pernah ya” Bela Shannon.

“Kamu pikir twitter bukan tempat umum? “

“Bunda punya twitter?” Tanya Shannon kaget.

“Kamu nantangin bunda?” Tanya sang bunda.

“Ih bun, jangan, dihapus aja, ngga pantes. Udah mau nenek nenek main twitter, jangan”

“Suka suka bunda orang wifi yang bayar juga bunda”

“Twitter aja kan?”

“Kamu follow tiktok bunda dong mbak” Ucap bunda sembari beranjak mengambil hpnya.

Mati gue


Menjadi orang tua ternyata bukan perkara gampang. Meski diselimuti banyak kebahagiaan, namun ketakutan ketakutan tetap ada untuk saling melengkapi.

Dengan keadaan sepenuhnya sadar, Shannon tau bahwa bukan hanya dirinya yang diselimuti banyak ketakutan. Tapi juga bundanya. Mungkin juga Lia dan mama.

Hanya bagaimana cara kita menutupi itu semua. Tetap merawat dan melapangkan dada. Membuka tangan selebar mungkin dan menguatkan pundak setegap tegapnya, untuk tempat pulang, sang anak.

Keluarganya memang berantakan, tapi ia melihat usaha sang bunda menjahit kembali rasa rasa ditengah tengah keputus asaan, sendirian, untuknya dan ilora. Benar, orang tua pasti mengorbankan segalanya untuk anaknya

Hidup tidak memberikan kita pilihan lain selain dijalani – Jung Jaehyun, Into Everything

“Ngapain pake sok ngide mau bikin surprised kalo akhirnya disini juga” Ucap Jaehyun.

“Ya gapapa namanya juga ngide” Bela Shannon.

“Aku excited banget haha sampe langsung ke sini. Padahal tau ngga-” Nada bicaranya tiba tiba berubah.

“Tadi pas disana aku liat ibu ibu abis aborsi kan,” lanjut Shannon. Jaehyun menyimak.

“Katanya punya riwayat jantung. Bisa gagal dua duanya kalo dilanjutin J. Terus akhirnya diaborsi” suara Shannon mulai parau.

“Bayangin kamu belum sempet liat anak kamu. Kamu belum sempet peluk dia, belum kasih nama dia, kamu yang bawa kemana mana tapi udah. Ilang gitu aja” lanjut Shannon. Air matanya lolos setetes.

“Kaya apa ya, diusahain tapi gabisa, kaya, aduh J sedih banget” Shannon menyeka air matanya. Jaehyun bersimpati, mengambil tangan sang puan untuk digenggam.

“Shan. Liat aku” Ucap Jaehyun sambil menatap mata sang istri dalam dalam.

“Kita cuman manusia. Kita cuman bisa berencana. Hidup, ngga ngasi kita pilihan lain selain dijalani”

“Ya tapi pilihannya jahat banget masa” Balas Shannon.

“Ya gimana lagi Shan, ngga semuanya bisa diselesaiin. Kadang kadang kita cuman butuh 'yaudah' yaudah mau gimana lagi, gabisa diapa apain”

“Kasian” Jawab Shannon merajuk, memeluk Jaehyun.

“Doaian aja orang tuanya kuat, apapun pilihannya. Doain juga adenya biar seneng di surga. Mereka lebih butuh itu” Tenang Jaehyun mengusap rambut sang wanita. Shannon mengangguk.

Drttttt drttttt drttt

Shannon melepas pelukannya, mengambil hpnya yang bergetar di dalam tas. Ia diam menatap sang suami. Begitu pula suaminya melemparkan tanda tanya disana.

“Mama” Ucap Shannon. Jaehyun hanya mengangkat wajahnya sedikit. Mengintruksikan sang istri untuk menjawab telvon mertuanya. Yang menjadi pikiran Shannon saat ini adalah, mama merupakan orang pertama yang tau. Bagaimana jika Jaehyun kecewa?

“Buruan ngomel nanti” Ucap Jaehyun akhirnya karena Shannon hanya diam dan ragu ragu.

“Hallo ma”

“Hallo gimana? Bener kan? Positif kan? Mama bilang juga apa ngga perlu ke dokter na, mama bisa pastiin”

Oceh sang mama di sebrang sana. Shannon memang tidak meloud speaker sambungan telvonnya, namun karena suasana yang sepi Jaehyun dapat mendengar suara mamanya.

“Hehe iya ma, selamat ya ma” Balas Shannon, matanya tidak lepas dari sang suami, takut jika jika Jaehyun marah karena bukan dirinya yang pertama kali tau perihal ini.

“Kamu yang selamat udah mau jadi ibu, makasih ya na, dijaga, jangan kecapean, jangan kerja aja gimana? Di rumah dulu istrirahat. Kamu ngga muntah muntah kan ya?” Oceh sang mama lagi.

“Engga ma. Masih bisa kok ma, iyaa engga. Nanti kalau udah mulai cape Shannon ambil cuti”

“Udah bilang ke masmu?”

Mampus

Shannon mengigit bibirnya masuk kedalam. Jaehyun membelalakkan matanya menatap kaget sang istri.

“Udah” Jawabnya singkat.

“Hahahha gimana dia reaksinya? Seneng pasti masmu ya? Aduhh mama pengen peluk kalian berdua”

Jaehyun tertawa dalam diam. Mulutnya terbuka lebar tapi tidak ada suara apapun. Shannon menempatkan tangannya di paha sang suami. Meremasnya pelan, mengisyaratkan Jaehyun agar menghentikan aksinya.

“Heheh iya ma”

“Yaudah bilang bunda dulu. Nanti kalo ada waktu mama kesana ya na. Jaga kesehatan, vitaminnya diminum. Dikasi kan?”

“Iya ma ada kok. Iya ma, makasih mama”

“Yaaaaa”

Bipp

“HAHAHAHAHHHA MAS? SERIOUSLY?” Tawa Jaehyun pecah.

“Ya masa aku ja je ja je” Bela Shannon. Malu dicampur sebal.

“HAHHAHA gimana Shan? Mas” Ucap Jaehyun mencontohi Shannon.

“Ngga” Jawab Shannon kesal. Jaehyun masih tertawa. Geli.

“Tuh kan. Makanya aku ngga mau, kamu tukang ngeledek” Ucap Shannon kesal.

“Engga hahha, engga, gimana?” Tanya Jaehyun wajahnya kini sepenuhnya dihadapkan ke sang istri tersenyum manis menampakkan lesung pipinya. Wajah Shannon merah padam.

Seulas senyum jahil muncul di wajah Shannon.

“Daddy” Ucapnya. Jaehyun tiba tiba merubah ekspresi mukanya. Tetapi tetap menatap sang istri. Hening beberapa saat.

“Daddy” Ucapnya lagi. Jaehyun lalu membuang mukanya, memejamkan matanya dan menaikkan tangannya membuat tanda stop dihadapan sang istri.

“Kenapa? Kan bener mau jadi bapak” Balas Shannon enteng dengan tetap tersenyum jahil seolah tidak tahu apa apa.

“Daddy dilarang. Ngga boleh dipake” Ucap Jaehyun sembari menatap kembali sang istri.

“Why?” Tanya Shannon.

“Denger ngga?” Jaehyun membawa istrinya mendekat untuk mendengarkan suara detak jantungnya.

“Ngga baik buat kesehatanku” Lanjutnya.

“Hahahhahaha” Tawa keduanya pecah disana.

Siang itu mereka resmi menjadi sepasang calon orang tua. Entah siapa namanya nanti, yang jelas mereka mensyukuri semuanya. Shannon menerima dengan tangan terbuka. Doa doa Jaehyun siang itu nampaknya dijawab oleh Sang Maha Kuasa.

To the infinity love and responsibilities, congratulations

Seperti hari hari sebelumya. Pukul setengah 6 pagi Shannon pasti sudah bangun dan langsung menuju ke kamar mandi. Namun langkahnya lagi lagi terhenti dialihkan oleh sebuah kantong kresek yang semalam juga meghentikan langkahnya.

Ini kalo sampe positif beneran yaudah pasrah mau gimana lagi. Pas bikin gue seneng banget, kalo beneran dikasi gabole nolak

Batin Shannon. Akhirnya ia memutuskan untuk mengambil satu buah tespeck lagi dan mengujinya. Kebetulan di pagi hari.

“Bismillah bismillah udah apapun yang muncul gue terima. Kalo ngga alhamdulillah kalo iya yaudah gapapa” Ucapnya lirih di dalam kamar mandi. Di depan wastafel dan kaca, Shannon menutup matanya. Berdoa.

Sedetik kemudia ia beranikan membuka matanya. Garis dua. Shannon terdiam. Menggigit bibirkan ke dalam.

“gue harus gimana anjrt” Ucapnya pelan.

Kasi tau bapaknya dulu aja kali ya? Aduh jangan, mau kaya Hamis Raisa gitu romantis. Alhamdulillah dulu alhamdulillah makasi YaAllah dijaga ini anaknya serius isi pikiran Shannon jika bisa divisualisasikan. Kemana mana.

Oh dokter dulu bentar. Bentar, Lia aja jarang ke dokter, terus yang sekarang gue ngga nanya dokternya siapa. Bunda? Kata bunda gue aja lahir di bidan. Mama. Mama, tanya mama

Lalu Shannon memasukkan tespecknya kedalam saku setelan tidurnya. Keluar kamar mandi dengan tidak menunjukkan raut muka apapun. Mencoba menahan. Ia ingin memberi tahu suaminya setelah setidaknya ada orang lain yang dapat memastikan kehamilannya. Dokter.

Meskipun hasilnya sudah jelas, Shannon tetap ingin dokter memastikannya dulu. Jaga jaga agar tidak membuat orang lain kecewa untuk kedua kalinya. Apalagi ini kehamilan pertamanya.

Shannon menuju dapur dan bergelut kembali dengan dunia nyata. Memasak, menyiapkan sarapan, memanaskan mobil sang suami serta mobilnya juga. Sekalian pikir Shannon.

Tak lama Jaehyun menyusul. Membawa selimut untuk menutup tubuhnya.

“Ngapain?” Tanya Shannon.

“Dingin banget”

“Lah itu udah selimutan”

“Semalem ngga dipeluk”

“Hah. Salah siapa lembur”

“Ya emang kerjaan aku”

“Kerja itu di kantor. Di rumah yaudah istirahat. Quality time sama istri. Kerja di rumah. Ruangan kamu tu besok dikosongin aja” Ucap Shannon kesal. Jaehyun tersenyum. Gemas. Lalu ia menanggalkan selimutnya dan berjalan menghampiri Shannon. Memeluk istrinya dari belakang.

“Jjjjjjjjjjjj” Ucap Shannon panjang. Kegiatan Jaehyun ini menganggu kegiatan paginya yang lain. Pasalnya Jaehyun malah memindahkan titik beratnya ke bahu Shannon. Sangat nyaman hingga ia memejamkan matanya.

“J, please. Nanti telat”

“5 menit aja”

“Iya nanti telat 5 menit ke kantornya”

“Pelit banget. Nanti ngebut”

“J, please” Minta Shannon. Ia melepas pelukannya dan membalikkan badan. Mendongak menatap sang suami.

“J please ok. Kamu sekarang mendingan mandi. Setelannya udah aku gantung. Dasinya warna merah ya?” Ucap Shannon meyakinkan sang suami.

“I miss you” Ucap Jaehyun memelas. Butuh sekitar beberapa detik untuk Shannon menjawab.

“I miss you too” Jawabnya akhirnya. Sebuah senyuman muncul di bibir Jaehyun.

“Should we?–” Ucapan Jaehyun terpotong sembari ia mendekatkan wajahnya ke wajah sang istri.

“No. We shouldn't. Aku punya meeting penting” Ucap Shannon. Telapak tangannya ia buat untuk menutup bibir ranum sang suami agar tidak menyentuh miliknya. Pasalnya benda itu sangat addictive sekali dua kali kecupan dapat membuat Shannon menanggalkan semua pakaiannya. Sebelum hal itu menimpanya, maka ia hentikan dulu saja.

Tentu saja jawaban Shannon menghancurkan ekspektasi Jaehyun. Wajahnya berubah menjadi kesal. Menatap Shannon tajam. Jaehyun diam.

“Get shower, get change, get dressed ok?” Suruh Shannon seraya mendorong tubuh suaminya. Tidak ada pilihan lain bagi Jaehyun selain menuruti perintah sang istri. Berjalan dengan berat hati naik kembali ke kamarnya.

“Sorry J, morning is forbid. You can have me in the night” Teriak Shannon melihat tingkah suaminya. Jaehyun kemudian menoleh ke arah Shannon. Menampakkan lesung pipinya disana. Shannon balas dengan senyum yang sama. Lalu Jaehyun kembali melangkah dengan sedikit jingkatan. Kali ini langkahnya senang.

Jaehyun menutup pintu mobil Shannon dengan menariknya sedikit keras. Ia duduk di jok samping pengemudi lalu menatap sang istri dan menghela nafasnya. Jaehyun benar benar ingin marah sekarang.

Pekerjaannya banyak dan istrinya benar benar tidak supportive sama sekali. Shannon yang seperti ini bukanlah Shannon yang ia nikahi 7 bulan yang lalu.

Mari kita kembali. Jaehyun masih diam menatap sang istri sedikit kesal. Begitu pula Shannon. Matanya bengkak, khas orang sehabis menangis. Ia juga menatap sang suami tapi tidak berkata apa apa.

“Kamu nangis?” Tanya Jaehyun akhirnya menyadari raut wajah Shannon. Shannon lagi lagi menggeleng. Sama seperti biasanya ngga papa .

“J, i need to tell you something. Don't be surprised. Don't mad at me” Ucap Shannon. Raut wajah Jaehyun berubah. Menegang.

Ngga beres ini

“Kenapa?” Tanya sang suami.

“Open” Shannon memberikan sebuah kotak kepada Jaehyun. Ragu ragu Jaehyun membukanya.

Butuh waktu cukup lama hingga Jaehyun membuka mulutnya kembali. Pandangannya terpaku pada isi kotak. Sebuah foto hasil usg yang dibaliknya bertuliskan Daddy, i think my name is Queen dan 2 tespeck bergaris dua.

Jaehyun kemudian mengalihkan pandangannya menatap Shannon seolah mencari jawaban disana namun ia masih diam dengan wajah yang tak dapat dijelaskan. Senang, terharu, ingin menangis. Jaehyun kalut.

Seolah tau apa yang suaminya tanyakan dalam diamnya itu, Shannon pun mengangguk.

“You are going to be daddy” Ucapnya. Senyum indah memgulas di wajahnya. Jaehyun sontak menarik daksa istrinya ke dalam pelukannya. Menenggelamkan wajahnya dalam leger sang istri. Dapat Shannon rasakan lehernya basah. Air mata tumpah.

“Cenggeng ih mau jadi bapak nangisan” Ucap Shannon di tengah tengah pelukan mereka. Mencoba menenangkan Jaehyun namun sendirinya juga ikut terisak. Dapat Shannon lihat ekspresi bahagia sang suami hingga sang pria tidak dapat berucap apa apa.

“Is that real?” Tanya Jaehyun melepas pelukannya. Wajahnya benar benar basah.

“You are going to be daddy” Jawab Shannon dengan senyum cantik.

“Oh my god, Shan” Balas Jaehyun lagi lagi memeluk sang istri. Kembali menangis. Menumpahkan air mata bahagia.

“J, udah J enggap banget” Ucap Shannon akhirnya setelah cukup lama berpelukan, dengan sedikit mendoring tubuh sang suami.

“Ini beneran? Ini punya kamu kan? Jangan ngeprank, kameranya diman?” Tanya Jaehyun curiga menoleh kesana kemari mencari kamera.

“Beneran astaga” Balas Shannon.

“Beneran? Shan kalo ini mimpi tolong jangan dibangunin, indah banget” Ucap Jaehyun. Suaranya bergetar. Menahan tangis.

Plakkk

Sebuah tamparan kecil menyapa pipi Jaehyun.

“Sakit? This is real. I am pregnant. We are going to be parent” Ucap Shannon sedikit kesal. Pasalnya Jaehyun tidak henti hentinya memeluknya dan bertanya is this real?

“Galak banget” Jawab Jaehyun. Ia lalu menatap mata istrinya dalam dalam. Kali ini tatapan bahagia, tidak ada air mata. Dapat Shannon lihat Jaehyun merapalkan doa, melangitkan rasa syukur kepada Sang Pencipta. Jaehyun tersenyum. Begitu pula dengan Shannon.

Untuk kesekian kalinya mereka saling memeluk, kembali.

“Makasih sayang, yaaaa. I love you. Both” Bisik Jaehyun di telingga sang istri.

Shannon melepas pelukannya. Ditatapnya netra sang suami. Dirinya tersenyum kembali.

“Aku masih takut. For real. Masih takut ngga bisa kasih yang dia mau, yang dia butuhin, takut dia jadi kaya aku J” Ucap Shannon.

“But as long as with you. It probably would be a great journey” Lanjut Shannon dengan senyum manis di wajahnya. Jaehyun ikut tersenyum lalu mencium Kening Shannon. Berdua sama sama menutup matanya.

Lalu kecupan dilepaskan. Lagi lagi dua sejoli saling tatap tatapan. Mencoba menyalurkan semua rasa yang ada. Saling berdoa dan mengucap syukur kepada Sang Maha Kuasa. Lalu Jaehyun menghujani wajah Shannon dengan kecupan kecupan kecil.

“J, hahahah geli, nanti kalo ada yang liat gimana?” Ucap Shannon disela sela kegiatan mereka.

“Kantornya punya aku. Bebas”

“Hahahah, stopped it” Ucap Shannon. Benar. Jaehyun menghentikan kegiatan penciumannya, lalu ia dialihkan dengan beribu pertanyaan di otaknya. Kapan, bagaimana?

“Kamu ke dokter mana Shan? Sama kaya Lia?” Akhirnya satu pertanyaan keluar.

“Ke dokternya mama”

“Mama?” Tanya Jaehyun.

“Heem”