raellee

“No, jangan nangis mama nggapapa, bentar ya nak ya, jangan nangis ya pinter” Terdengar suara Lia dari dalam apartmentnya.

Shannon baru saja menyelesaikan acara rutin bulanannya bertemu dengan Dokter Nug. Lalu entah mengapa ia sangat ingin mampir ke apartmen milik Lia dengan membawa sekresek donat untuk keponakam kesayangannya. Tidak perlu memencet bel, Shannon dapat dengan mudah mengakses kediaman ibu satu anak ini.

Mendengar ada yang masuk, secara spontan Noah berlari ke arah pintu. Dengan maksud meminta pertolongan.

“Imooooo” Adu Noah disana, sambil menangis.

“Kenapa? Noah. Kenapa? Mama mana? ” Tanya Shannon kaget. Noah tidak menjawab. Ia menarik tangan Shannon ke ruang tamu. Dilihatnya Lia yang sudah meringis menahan sakit sambil memegang hp dan sebuah tas sedang berdiri sedikit membungkuk.

“LI” Ucap Shannon kaget tatkala melihat cairan keluar dari Lia dan membasahi pakaian bagian bawahnya.

“HPL nya masih semingguan lagi, tapi kayanya mau keluar sekarang de na” Ucap Lia bersusah payah.

“Jungwoo mana?” Tanya Shannon panik.

“Ngga diangkat hpnya, awww” Jawab Lia sambil mengigit bibirnya.

“Jungwoo anjing” “Pak, dimana? Tolong naik ke apart Lia ya pak, cepetan pak” Ucap Shannon pada hpnya. Meminta Pak Ali untuk membantu membawa Lia ke rumah sakit. Benar, Shannon pergi diantar Pak Ali karena lagi lagi Jaehyun tidak dapat meninggalkan kantornya. Maka demi keselamatan bersama, Shannon memilih diantar oleh supir bundanya dari pada berangkat sendiri tetapi berakhir dengan percekcokan dengan sang suami.

“Li, gue ngga tau rasanya gimana. Tapi tahan. Tahan anjing” Ucapnya. Lalu Shannon menyambar Noah, mendekapnya untuk menenangkan.


Suasana ruang tunggu sore itu cukup tenang. Jaehyun memangku Noah yang tertidur, Johnny dan Yuta hanya duduk sambil berdoa, Shannon juga tak lupa melangitkan doa doa untuk sahabatnya, serta Bunda dan Papa yang juga turut mendampingi persalinan kedua Lia. Doyoung dan Taeyong akan menyusul setelah jam kerja nanti.

Lia. Camellia Shinena, gadis yang telah berteman dengan Shannon sejak mereka masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, gadis yang tau seluruh seluk beluk kehidupan Shannon lebih dari orang tuanya. Gadis yang bersedia menjadi telingga tentang apapun yang tidak dapat diucapkan oleh Shannon, gadis yang meminjamkan pundaknya pada Shannon untuk sekedar beristirahat. Waktu yang mereka habiskan ini tidak akan dapat diganti oleh uang, bahkan untuk keduanya.

Satu satunya sahabat yang Shannon miliki, kini sedang berjuang mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan sesosok manusia tititpan Yang Maha Kuasa ke dunia. Tak heran jika Bunda dan Papa turut serta disana. Pertemanan keduanya ini membuat siapapun hafal. Dimana ada Shannon pasti ada Lia. Dimana ada Lia pasti ada Nona, seterusnya, hingga kelahiran Noah, mau tak mau Shannon harus menjadi lebih akrab akan kesendirian.

Setelah kurang lebih 6 tahun yang lalu. Jungwoo dikeluarkan dari klan keluarganya. Keluarga Kim sebenarnya bukan keluarga yang biasa, mereka cukup terpandang apabila harus duduk sejajar dengan Permadi maupun DeJung's. Tetapi karena satu 'kesalahan' ia lebih memilih angkat kaki dari pada menahan semua tekanan yang keluarganya berikan. Mulai saat itu Jungwoo menjadi tidak dekat dengan keluarganya. Bahkan klan Kim tidak mengakui Noah sebagai bagian dari mereka. Namun untuk membalas budi, apabila dibutuhkan Jungwoo akan datang, tentu tidak bersama Noah. Inilah mengapa Noah sering dititipkan ke tempat Shannon.

Begitu pula dengan Lia. Gadis ini memilih mengikuti suaminya, banting tulang bersama karena alasan yang sama. Keluarganya menganggapnya aib. Selama hampir 6 tahun Noah tumbuh, tidak pernah ia rasakan kasih sayang nenek dan kakek terkecuali dari Bunda dan Papa. Memang sedekat itu mereka.


“Gimana u?” Tanya Yuta seketika melihat Jungwoo melepas maskernya dan keluar dari ruang bersalin. Seketika itu pula seluruhnya mengangkat pandangan dan mengarahkannya pada nama yang dipanggil.

Jungwoo tidak menjawab, ia memfokuskan pandangannya ke arah Jaehyun. Menatap anak pertamanya yang terlelap disana, lalu menghampirinya.

“Udah biar sama gue orang tidur begini” Ucap Jaehyun ketika Jungwoo mencoba mengambil buah hatinya.

“Sehat le?” Tanya bunda kepada Jungwoo.

“Sehat bun alhamdulillah. 3,4 kilo, 62 senti” Jawabnya lalu sambil tersenyum.

“Alhamdulillah” ucap semuanya. Lalu bunda memeluk Jungwoo.

“Wihh selamat anak bunda udah 2 aja anaknya. Tanggung jawabnya makin berat kalo cape istirahat, bukan berhenti ya” Wejang bunda kepada Jungwoo yang sudah ia anggap seperti anaknya pula. Empunya hanya mengangguk sambil tersenyum.

“Anjayyy, dua aja ni bos haha gue satu aja belom” Ucap Yuts menghampiri.

“Yakan lo belom nikah babi” Balas Johnny.

“Makanya kawin” Timbal Jaehyun.

“Kaein sering, nikahnya belom” Balas Johnny dengan suara bisik bisik.

“Matamu” Ucap Yuta.

“Pengamannya dikencengin yut, pake kan?” Tanya Jungwoo.

“Anjing kaga anjing, serius, lo John awas lo” Balas Yuta panik.

“HAHAHAHA” Tawa keempatnya.

“Btw congrats u, doain Shannon lancar juga ya” Ucap Jaehyun menepuk pundak samg sahabat.

“Congratssss brader, jadi pengen punya anak juga” Ucap Yuta.

“Selamat u” Tambah Johnny.

Keempatnya lalu berbincang dan tertawa bersama. Datangnya satu orang lagi kedalam keluarga ini membuat suasana menjadi lebih lengkap. Paling tidak, Queen sudah menemukan teman sebayanya. Shannon tidak mengatakan apa apa. Hatinya menghangat, disana ia tersenyum.

Imagine this day is mine, the day full of love

Pikirnya. Lalu tiba tiba. Benar benar tiba tiba, sepersekian detik otaknya ditabrak oleh bayangan tawa seseorang yang amat sangat ia cintai. Seseorang yang bahkan tidak pernah Shannon temui setelah hampir 1 tahun pernikahannya. Seseorang yang ia simpan dalam hatinya. Seseorang yang ia harapkan dalam diam.

Ayah

Hujan deras mengguyur kota dimana Shannon berada. Suara gemuruh guntur dan kilatan kilatan petir saling beradu. Seakan merebutkan piala juara pertama siapa yang paling banyak menyeru.

Jaehyun gusar dalam perjalanannya. Bukan karena ketakutan akan pesawat yang berpotensi jatuh dan menewaskannya, melainkan rasa tidak sabar ingin segera bersua dengan seseorang yang sekarang sudah dapat ia pastikan tidak tahu bahwa kepulangannya dimajukan serta bersama manusia yang eksistensinya belum ada di dunia.

Dengan sengaja Jaehyun tidak memberitahu istrinya bahwa ia pulang lebih awal, dengan dalih kejutan. Maka malam itu, setelah seluruh kegiatannya ia selesaikan dan atas bantuan Taeil mengatur ulang jadwalnya, Jaehyun memilih menukar tiket penerbangan pulangnya lebih awal demi memeluk anak dan istrinya.

Shannon sedang berbaring di ranjangnya, membuka jendela kamar lebar lebar, mematikan ac dan menikmati udara dingin yang sengaja ia biarkan memeluk dirinya, meringkuk, mendengarkan suara jatuhnya hujan dengan lampu remang remang. Sendirian.

Pikirannya melanglang buana ke mana saja, berandai andai, bertnya tanya, membayang bayangkan, tidak berhenti. Pikirannya berlarian kesana kemari tidak jelas, ia hanya berfikir tanpa tujuan, hanya tidak ingin mengistirahatkan otaknya. Nyaman. Sendirian, hujan hujan, tengah malam, bergelut dengan pikiran. Nyaman. Sudah lama Shannon tidak merasakan solitude seperti ini. Apalagi sejak 10 bulan lalu ia memutuskan untuk menerima pinangan bapak dari jabang bayinya.

Cklekkk

Daun pintu diturunkan, menampilkan sesosok orang yang seharusnya tidak berada di rumah malam ini. Shannon menoleh, sepersekian detik ia hanya mencoba menggunakan otaknya untuk mencerna, nyatakah? Betulankah? Bukankah seharusnya masih besok? Bagaimana bisa dan lain sebagainya.

Jaehyun sepertinya mengerti maksud sang istri. Ia kemudian membuka tangannya lebar lebar, mengintruksikan perempuan dihadapannya saat ini untuk menghambur ke dalam pelukannya. Namun lagi lagi sang puan masih diam memperhatikan.

“It's me” Buka Jaehyun akhirnya. Mendengar suara tersebut Shannon menjadi yakin bahwa apa yang dilihatnya ini memang nyata. Laki laki itu benar benar suaminya. Otaknya lalu seakan mendapatkan secercah cahaya, benar, untuk kelas Jaehyun pulang lebih awal memang bukan masalah besar. Ia kemudian tersenyum dan bangkit dari ranjangnya, lalu buru buru menabrakan daksa kecilnya ke daksa sang suami yang telah setia menanti.

Tidak ada suara diantara mereka, tidak ada hi, tidak ada kecupan, tidak ada tangisan, tidak ada tawa, tidak ada suara. Keduanya hanya sibuk melepas rindu yang kata Johnny 'lebay, 2 hari kaya 2 tahun aja' saling diam dan menghirup aroma satu sama lain dalam dalam. Shannon memejamkan matanya, merasa nyaman dalam dekapan daksa suaminya walaupun kedatangan Jaehyun malam ini menganggu kesendirianya.

Begitu pula dengan Jaehyun. Berpisah dari Shannon yang notabennya baru satu hari membuat waktunya seakan berhenti bergerak. 24 jam ini serasa 24 bulan. Lama sekali. Pekerjaan keluar kota seperti ini sebenarnya merupakan hal yang menyenangkan bagi Jaehyun. Dulu, ia bahkan dengan sengaja mengolor waktunya untuk membolos bekerja. Dengan sengaja, ia meminta Taeil untuk menambah waktu perjalannya selama 2 hingga 3 hari, yang ia gunakan untuk sekedar rebahan di hotel atau melancong tak tentu arah tujuan.

Namun setelah menikah, ini pertama kalinya Jaehyun ingin segera menjamah rumah. Kuasa Shannon dan anaknya. Seperti gravitasi, selalu menarik. Malam itu setelah selamatnya pesawat dari badai besar. Ia adukan waktunya yang terasa seperi dua tahun kepada empunya. Ia tumpahkan segala kerinduan. Ia pulangkan bibirnya ke dahi yang seharusnya, ia tempatnya tubuhnya kepelukan yang semestinya.

“Is he ok?” Tanya Jaehyun membuka pelukannya setelah waktu yang cukup lama.

“Want to talk?” Tanya Shannon kepada sang suami. Dibalas anggukan oleh Jaehyun. Lalu ia mensejajarkan dirinya dengan perut sang istri. Mengusapnya perlahan. Shannon diam menatap ke bawah.

“Hi boy. Papas back. Queen cant be use, right? So, what you want? Muhammad Ibnu?” Tanya Jaehyun pada anaknya. Dibalas tawa dari sang ibu.

“Jawab nak. Kalo ngga mau Queen jawab. Nanti protes pas udah gede hehe, btw papa tadi langsung pulang soalnya mau ketemu kamu banget. Mau kasih tau semuanya jagoan papa 4 bulan lagi lahir” Lanjut sang suami. Shannon kini hanya cengat cengir mendengar celoteh ngalor ngidul suaminya. Tangannya mulai ke kepala Jaehyun, mengusap lembut rambut hitam sang suami.

“Sehat sehat ya nak ya, nanti kita ketemu, kamu mau apa aja papa beliin. Makasih yaa udah milih papa sama mama buat jadi orang tua kamu. Nanti kita bakal banyak berantemnya. Nanti kamu mungkin kena marah papa gara gara ga nurut. Nanti kamu mungkin kena omel mama karena pulang sekolah malah rebahan pake seragam. Nanti kamu mungkin pengen menghilang aja dari bumi karena tekanan. Tapi kamu harus tau ya, papa mama sayang kamu, kalo cape papa mama ada. Cerita semuanya ke papa mama ya nak. See you soon jagoan neon” Lanjut Jaehyun panjang lebar kepada manusia yang bahkan belum lahir ke dunia. Shannon meneteskan air matanya. Isakannya ia tahan sebisa mungkin agar tidak menganggu temu kangen ayah dan anak ini satu ini.

“Nangis lagi si mama” Ucap Jaehyun ketika mendapati wajah sang istri sudah penuh dengan air mata. Terharu.

“Aku kira kamu ganti. Dari cowo mau ke cewe grgr reaksi kamu dichat kaya begitu. Aku udah nyiapin semuanya buat kasih tau kamu tapi ngga jadi, aku takut kamu kecewa” Balas Shannon. Jaehyun tertawa.

“Kan aku udah bilang shan, apapun aku bakalan sayang. Pas tau dia cowo aku seneng banget sampe ngga tau mesti bales gimana. Akhirnya ini, aku pulang aja”

“Serius?”

“Iya sayang. Hahaha jangan nangis, astaga gampang banget nangis ya hamil gini” Balas Jaehyun menarik tangan Shannon untuk masuk kedekapannya. Shannon hanya menenggelamkan wajahnya ke dada bidang sang suami.

Tok tok

Suara pintu kamar diketuk. Walaupun tidak ditutup tapi tetap diketuk. Keduanya menoleh ke sumber suara. Menampakkan Jungwoo berdiri di ambang pintu.

“Lo kenapa lagi?” Tanya Jungwoo menyadari Shannon yang masih meninggalkan bekas bekas air mata di wajahnya.

“Bacot” Balas Shannon. Jaehyun menoleh tajam ke istrinya, sang empu hanya mengendikkan bahu.

“Kenapa u?” Tanya Jaehyun.

“Gue balik ya?”

“Balik?” Tanya Jaehyun memastikan.

“Ke apart? Malem malem gini bang? Ujan tau. Udah lo nginep sini lagi aja” Balas Shannon sembari mendekat ke abangnya. Lalu Lia muncul mengendong anaknya yang sudah tertidur bersama sebuah tas yang diduga berisi perbekalan keluarga Kim.

“Li, nginep sini lagi aja” Ucap Shannon melihat sahabatnya.

“Jaehyun kan udah balik na” Balas Lia.

“Iya emng kenapa si. Lo berdua nginep sini seminggu juga gue kasih. Udah pulangnya besok” Balas Jaehyun menghampiri ketiganya.

“Li anak lo taro kamar lagi deh li kasian” Lanjut Jaehyun sembari mendorong kedua temannya ini menuju kamar mereka.

“Nggapapa ni Jae?” Tanya Jungwoo memastikan.

“GAPAPA” Teriak Shannon dari dapan kamarnya.

Shannon buru buru menyebrang jalan menghampiri adiknya. Sementara Jaehyun, pandangannya dialihkan oleh sebuah mobil yang ia yakini, ia kenal benar dengan pemilik gerobak besi tersebut.

“Mas” Teriak Shannon di ujung jalan, sudah bersama keluarganya.

Jaehyun menoleh ke arah istrinya lalu mengangguk. Tanda ia akan segera menyusul. Tetapi pandangannya dialihkan kembali ke mobil hitam tidak asing ini. Semakin penasaran. Jaehyun mendekat. Seorang lelaki di balik kemudi membuka kaca matanya. Tatapan mereka bertemu.

Lo ngapain yut?


“Sumpah Jae gue udah ngga kuat”

Huekkkk

Kata Yuta dengan mata sayu dan dan bau mobil yang tidak enak seperti orang baru saja muntah. Tunggu, tidak seperti, ia memang meninggalkan beberapa jejak bekas muntah dalam mobilnya.

“Ck, tunggu bentar” Ucap Jaehyun kepada Yuta lalu memalingkan badannya pada sang istri di belakangnya.

“Parah banget ya?” Tanya Shannon.

“Kamu bisa pulang sendiri ngga shan? Kalo ngga tinggalin aja mobilnya disini kamu aku pesenin online aja” Ucap Jaehyun sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Kebingungan.

“Bisa bisa bisa, siniin, aku bisa, udah kamu urusin dulu si yuta mas kasian, tepar banget keliatannya” Balas Shannon sambil celingukan mengintip Yuta di dalam mobilnya.

“Hati hati shan, kalo ada apa apa kabarin” Balas Jaehyun lalu mencium kening sang istri sambil menyerahkan kunci mobil. Setelahnya ia segera berbalik badan dan menuju jok kemudi untuk mengambil alih permabukan duniawi ini.

Di dalam mobil, telah terkapar Yuta tak berdaya, di jok samping kemudi. Dengan rambut yang acak acakan dan kaca mata menanggal di kepalanya untuk menutupi matanya yang sayu.

“Lo tu masih aja yut, masih aja. Ngapain punya maskapai sendiri kalo gabisa terbang” Ucap Jaehyun yang sudah melajukan mobil milik sang sahabat sambil pandangannya sesekali ke jalan sesekali ke samping memastikan bahwa temannya ini masih hidup.

“Ck, ngga gitu. Lo bayangin aja flight pagi pagi, gue belom sarapan belom apa. Bangun langsung terbang. Gue ngga mabok ya, gue cuman masuk angin” Bela Yuta tak terima.

“Mabok ya mabok aja jangan pake alasan masuk angin. Lo terbang jam 2 siang juga tetep aja muntah” Balas Jaehyun.

“Ck jangan ngomel Jae. Pusing gue”

“Lo juga kenapa sendirian anjing? Biasanya minta jemput juga ngapain sendirian? Sok sokan”

“Masih jam 7 pagi tai. Gue tau juga pasti masih pada bangun. Yakali”

“Ngrepotin ya ngrepotin aja babi. Ngapain pake sungkan sungkan segala si yut. Mana maksain nyetir sendiri. Ini tadi kalo gue ngga nyusulin ilora kayanya lo beneran terbang ke rumah Allah”

“Iyee iyee ah” Tutup Yuta akhirnya. Dengan maksud agar Jaehyun tidak lagi mengomel padanya. Lalu ia menarik kembali kaca matanya dan mulai menutup mata.

Angin yang masuk ke mobil akibat kaca cendela yang memang sengaja dibuka agar aroma mabuk ini hilang, membuat Yuta terlelap. Sudah setengah jalan dua sahabat ini saling diam. Satunya karna memang masih lelah dan mabuk satu lagi tidak ingin menganggu.


“Anjing, bau apaan ni. Jae? Serius?” tanya Jungwoo ketika membuka pintu mobil Yuta di jok belakang.

“Buruan U ah” Ucap Jaehyun. Jungwoo lalu menutup hidungnya dengan baju bagian atasnya dan menuruti kata Jaehyun, masuk ke dalam mobil.

“Kenapa dah ni anak?” Tanya Jungwoo sambil memajukan dirinya agar dapat menyentuh jidat Yuta. Mobil sudah kembali melaju.

“Panas Jae” Ucapnya pada Jaehyun.

“Ck yut yut” Balas Jaehyun memandang Yuta. Lalu beralih ke jalan lagi dan menancap gas agar segera sampai ke kediaman sang sahabat.


“Berat banget berat banget. Jae arghhhh” Ucap Jungwoo sambil meringis di depan apartment Yuta. Membopong temannya yang sudah tidak sadarkan diri ini.

“Sabar ini, arghh, sussh banget mencet astaga yut, passwordnya” Balas Jaehyun yang juga tak lupa sama meringisnya dengan Jungwoo menahan beban Yuta.

Klikk

Pintu apartment terbuka. Ada perasaan lega yang dirasakan Jaehyun dan Jungwoo. Jungwoo kemudian masuk terlebih dahulu untuk menerima Yuta secara bergantian dengan Jaehyun karena pasalnya pintu apartment ini tidak akan muat apabila tiga orang laki laki dewasa masuk secara bersama sama.

“Sepatunya bentar sepatunya” Ucap Jungwoo lalu ia membungkukkan badan untuk melepas sepatu sang sahabat. Dengan posisi seperti ini, Jungwoo secara otomatis membelakangi ruang tamu.

“Bantuin. Diem aja lo” Ucap Jaehyun entah kepada siapa di depan sana, di belakang Jungwoo. Merasa bukan dirinya yang sedang diajak biacara. Jungwoo pun menoleh. Dilihatnya seorang yang selama ini Jungwoo rindukan. Jungwoo takuti, sekaligus seorang teman yang sudah sangat lama tidak bersua. Tatapan mereka bertemu.

Johnny sedang berdiri menatap ketiga sahabatnya dari ruang tamu milik Yuta. Menatap lurus tanpa ekspresi. Dirinya dibuat terkejut akan kehadiran satu sosok yang sudah begitu lama tidak ia jumpai.

“Jo, astaga” Bentak Jaehyun. Johnny tidak menjawab. Seperti sadar dari lamunannya, ia lalu segera mengambil alih Yuta dan membopongnya sendirian ke kamar. Jungwoo terdiam. Ia menundukkan kepalanya.

“Huftttt, kebas tangan gue” Ucap Jaehyun sendirian lalu berjalan masuk melewati Jungwoo, dengan maksud akan duduk di ruang tamu untuk sekedar menyelonjorkan kaki dan tangannya.

“U, masuk sini ngapain lo nganyer depan pintu gitu” Ucap Jaehyun menyadari sikap Jungwoo yang canggung ini. Jaehyun tau pertemuan Jungwoo dengan Johnny ini memang sangat tidak terduga. Tetapi ini memang ada dalam rencana Jaehyun pagi itu.


“Buburnya gimana?” Tanya Jo kepada Jaehyun di dapur. Tipikal orang Indonesia, apapun sakitnya, teh panas duluan obatnya.

Johnny sedang sibuk membuat teh sedangkan Jaehyun memanaskan air untuk memgkompres Yuta. Sementara Jungwoo hanya berdiri canggung dikejauhan. Kepalanya menunduk melihat entah apa di bawah sana.

“Kenapa lagi si wibu?” Tanya seorang suara dari arah pintu depan sambil melepas sepatunya asal dan membawa sebuah kantong plastik berisi sarapan.

“Ck, asal banget semua” Ucap seorang lagi yang masih memakai sepatunya dan membenarkan sepatu sepatu berserakan lain di lantai memakai kakinya. Pandangannya fokus ke bawah.

Mendengar ada yang datang, badan Jungwoo reflek melihat siapa dan bagaimana orang orang ini bisa masuk tanpa permisi ke apartment seseorang. Berjalanlahlah ia beberapa langkah hingga lagi lagi tatapannya bertemu dengan tatapan milik orang lain. Jungwoo diam terpaku, tak berbeda dengan seseorang di seberangnya yang membawa sekresek sarapan. Taeyong. Langkah Taeyong untuk lebih masuk ke apartment juga terhenti akibat seseorang yang ia lihat saat ini. Kaget. Mereka saling menatap dalam diam.

Bughhh

“Lo ngapain berdiri, anjing-” Suara milik Doyoung yang juga terhenti karena sosok lain yang ia dapati sedang berdiri menatap ke arahnya juga.

Johnny dan Jaehyun yang sadar akan kehadiran sosok lain di ruangan itu akhirnya memilih menghentikan aktifitasnya, lalu mereka berdua sama sama mengintip apa yang terjadi dari dapur. Kelimanya diam. Tidak bersuara sedikutpun.

Taeyong lalu menurunkan kreseknya dan berjalan cepat ke arah Jungwoo. Masih diam.

Bughh

Ia menambrakkan dirinya ke Jungwoo. Memeluk sosok teman yang sudah sangat lama tidak ia jumpai. Menghirup wangi bayi dari temannya yang dulu setiap hari selalu memenuhi penciumannya.

Taeyong mengeratkan pelukannya. Johnny membalikkan badannya. Kepalanya ia tengadahkan ke atas. Menahan air mata yang meronta ronta minta diloloskan. Jaehyun tersenyum menghembuskan nafasnya sedikit kasar. Doyoyng masih setia, diam di depan pintu dengan pandangan lega yang sangat teduh.

“Yong, gue-” Buka Jungwoo. Tangannya bebas ke bawah, tidak membalas pelukan Taeyong. Canggung. Jantungnya berdegup kencang.

“Diem. Udah lo diem aja. Gue udah tau semuanya U. Lo cuman harus maafin diri lo sendiri. Kita udah nggapapa” Ucap Taeyong. Jungwoo kemudian menundukkan kepalanya, menyandarkannya di bahu Taeyong. Sedetik kemudian ia membalas pelukan Taeyong. Menyalurkan rasa rindu akan sahabatnya ini. Meminta maaf lewat pelukan. Jungwoo meneteskan air matanya.

Jaehyun tersenyum. Ia kemudian meletakkan tutup panci dan menghampiri dua temannya. Memeluk mereka dari samping. Sambil sesekali tangannya mengusap punggung Jungwoo yang kini pundaknya sudah bergetar setengah mati menahan air mata yang akan jatuh. Tidak, bahkan sudah jatuh.

Perasaanya lega. Merasa diterima kembali oleh masa lalunya. Lega. Tidak pernah sekalipun dipikiran oleh Jungwoo bahwa dirinya akan dimaafkan oleh orang orang yang mimpinya sudah ia putuskan ditengah jalan. Perasaan menyesal, perasaan bersalah itu muncul kembali. Tangis Jungwoo semakin pecah.

Melihat itu, Doyoung tak mau kalah, ia juga ikut memeluk ketiga sahabatnya dengan mata berkaca kaca. Begitu pula dengan Johnny yang air matanya sudah lebih dulu jatuh ketimbang Jungwoo. Mereka ber5 saling memeluk. Saling memberitahukan bahwa semua sudah baik baik saja. Saling berbicara bahwa semua sudah dimaafkan. Saling menerima. Saling kembali. Hingga beberapa lama.

“U, gue emang suka boxing tapi gue ngga akan gebukin lo kok. Jangan takut” Ucap Johnny. Lalu ia membuka pelukannya, memberikan ruang kepada yang lain untuk ikut saling melepas.

“Anjing Jo” Ucap Doyoung kepada Johnny. Yang lain terkekeh.

“Gue? Gue kenapa lo biarin njing? Gue mau peluk juga” Ucap Yuta keluar dari kamarnya. Secara otomatis, seluruh atensi berpindah ke arahnya.

“Njing, ngga. Lo bau Yut” Balas Doyoung sambil melengos pergi takut takut apabila Yuta memelukknya secara paksa.

“Mending lo mandi” Balas Jungwoo yang juga melengos pergi, diikuti yang lain.

“Anak anjing” Balas Yuta kesal.

“Ngrepotin” Ucap Taeyong.

“Bajulo masukin mesin cuci Yut, tai bau banget huekkk” Tambah Johnny.

“Yut buruan ah jangan kaya bocah” Imbuh Jaehyun.

Lalu Yuta berbalik arah kembali ke kamar tanpa bicara dan membersihkan dirinya. Pagi itu kemudian dilanjutkan dengan bercengkramanya kembali 6 orang teman yang sudah lama tidak berbicara, sudah lama tidak kembali, sudah lama tidak bersua. Pagi itu Jungwoo kembali. Roomate Jaehyun kembali. Teman Doyoung kembali. Sahabat Taeyong kembali. Pawang Yuta kembali. Si penakut bagi Johnny kembali. Pagi itu, segala luka sudah diterima, segala maaf telah diucap. Pagi itu mereka hanya, kembali.

Shannon sedang duduk di bangku tunggu sambil memainkan hpnya. Perasaannya campur aduk. Senang, gelisah, takut. Dirinya selalu dihantui rasa takut entah mengapa setiap kali datang ke tempat ini.

“Shannon, mari” Ucap seorang perawat kepada Shannon yang sudah hafal benar dengan dirinya akibat, ya lagi lagi tragedi aborsi.

Shannon mendongakan kepalanya, menatap sang perawat berada. Lalu tersenyum dan mengangguk tanda mengerti. Bangkitlah ia dengan sedikit susah payah berdiri kemudian menghilang ke dalam ruangan.


“Sendirian lagi ya?” Tanya sang dokter sambil menatap ke layar monitor dan menggerak gerakan sebuah benda di perut Shannon.

“Bapaknya lagi ada trip dok hehe” Jawab Shannon diikuti kekehan kecil.

“Anaknya ngumpet lagi ini shan, gimana ini. Mainan lagi ya nak ya?” Ucap sang dokter sambil menatap heran layar komputer.

Sesuai perjanjian, Shannon meminta Dokter Nug untuk memanggilnya dengan namanya agar tidak canggung dan dengan harapan agar menjadi lebih dekat, karena baik Shannon maupun Jaehyun, banyak menghubungi Dokter Nug untuk bertanya seputar kehamilan.

“Yah kamu kenapa si queen, ayo sini ketemu mama. Masih marah ya? Udah sebulan lo masih aja marahnya. Ayo jangan gampang marah, kamu anak mama, bukan anak banteng” Ucap Shannon menoleh pada layar lalu ke perutnya dengan nada bicara milik Jaehyun. Mungkin, mungkin itu yang akan diucapkan suaminya apabila ia ada disana.

“Coba shan ditelvon si Jaehyun. Ini emang kedengeran ngga masuk akal ya, tapi biasanya work. Coba aja suruh ngomong bentar sama anaknya” Ucap Dokter Nug menghentikan aktifitasnya sejenak dan beralih menatap Shannon. Lalu Shannon seperti mendapatkan sebuah lampu di atas kepalanya. Dengan sigap ia bangkit dibantu oleh perawat, mengambil hp dalam tasnya dan mulai menghubungi sang suami.

“Kamu lagi kerja ya?” Tanya Shannon setelah beberapa lama menempelkan hp di telingganya. Tanda seseorang di seberang sana telah menjawab panggilan televonnya.

“Anaknya ngga mau lagi mas. Coba dong ngomong” Ucapnya lagi setelah beberapa detik.

“Ada dokter sama perawat lah siapa lagi. Aku loudspeaker ya?” Tanya Shannon pada suaminya.

“Kenapa ngga mau lagi?” Suara Jaehyun dari seberang sana. Terdengar sedang berada dalam sebuah keramaian. Namun suaranya masih dapat dicerna.

“Ngga tau, coba deh ajakin ngobrol bentar” Balas Shannon.

“Hallo, anak papa? Dibilangin jangan nakal hayo. Papakan udah minta maaf, ayo lo ditungguin mama. Kasian nak. Ayo kamu sebenernya siapa? Mau dikasi nama lo ini. Kalo ngga mau jangan salahin papa nanti ya kalo namanya ngga cocok. Namanya queen, kalo kamu cowo jangan marah, ngga bisa diganti ke king soalnya kamu ngambekan” Ucap Jaehyun panjang lebar dari balik hp.

“Hahahhaha” Tawa Dokter Nug pecah.

“Ngaco banget ya shan suaminya” Ucap sang perawat kepada calon ibu. Shannon hanya tertawa tanpa suara.

“Ayo nak, ayo papa pengen tau. Jangan nakal gitu ayo. Lusa papa pulang. Tapi ngga bisa cek, gabisa bikin janji lagi, dokter kamu mahal. Ayo sayang” Bujuk Jaehyun benar benar seperti berbicara kepada seseorang manusia yang benar benar ada.

“HAHAHAH” Tawa ketiganya pecah.

“Ngaco banget kamu hahah. Udah udah mas sakit perut aku. Udah, kamu lanjut deh” Ucap Shannon dengan menempelkan kembali hpnya ke telingga.

“Iyaa nanti dikasi tau” Lanjutnya.

“Iyaa, hati hati. Iyaaa astagfirullah” Akhir Shannon lalu mematikan hp dan memasukkannya ke dalam tas.

“Jaehyun bercanda gitu shan ya orangnya?” Tanya dokter

“Kalo ngomong sama anaknya emang suka ngaco gitu dok” Balas Shannon.

“Doktermu mahal haha” Ucap sang perawat masih tertawa.

“Suka suka dia emang kaya gitu orangnya hahaha” Balas Shannon.

Lalu obrolan kecil diantara ketiganya dimulai. Hingga beberapa saat. Membicarakan seputar kehamilan dan pernak perniknya. Sampai Shannon diminta kembali untuk membaringkan diri dan membuka bagian perutnya. Dokter mulai fokus pada apa yang bisa dilihatnya dalam monitor, sementara Shannon harap harap cemas.

“Maunya cewe apa cowo Shan?” Tanya sang dokter.

“Aku apa aja si dok. Tapi jujur mau cewe biar bisa didandanin hehe” Jawab Shannon. Ia tidak berani mengintip monitor kembali. Selain takut jika jika anaknya tidak mau menampakkan diri lagi, ia juga deg degan dengan gender yang dimiliki queen saat ini.

“Cewe juga banyak banget bajunya shan, lucu lucu” Imbuh sang perawat, lalu dibalas oleh sebuah tawa dan kata iya yang tidak bersuara dari mulut Shannon.

“Kalo Jaehyun mau apa?” Tanya sang dokter kembali. Pandangannya kini telah berpindah sepenuhnya ke Shannon.

“Jaehyun apa aja juga si dok. Tapi kalo boleh milih mau cowo, katanya biar bisa diajak jumatan”

Lalu Dokter Nug menghentikan aktifitasnya. Menatap Shannon sambil tersenyum dan mengangguk angguksn kepala. Shannon tidak tahu mengapa, namun dirinya ikut tersenyum melihat reaksi sang dokter.

“Gimana dok?”

Shannon memasukkan baju baju milik suaminya yang akan dikenakan selama kurang lebih 2 hari di negeri orang ke dalam koper. Jaehyun duduk di tepi ranjang melihat setiap gerakan yang diciptakan oleh Shannon. Tidak ada suara diantara mereka.

“Ini aja cukup kan ya Jae ya?” Tanya Shannon pada suaminya yang lebih terasa seperti sedang berbicara sendiri.

“Baju tidurnya satu aja mas ya?” Ucapnya lagi. Jaehyun masih setia menutup mulutnya.

“Obat nyamuknya udah. Nanti beli korek aja disana jangan bawa dari sini takut kena di bandara” Ucap Shannon lagi dengan tetapannya tetap pada koper dan Jaehyun yang masih mengamati sang istri. Raut wajah Shannon tidak dapat dibaca.

“Selesai. Tunggu Pak Ali bentar Jae ya bentar lagi sampe kok” Ucap Shannon menurunkan koper dari tepi ranjang yang lain dan menyeretnya ke arah sang suami. Jaehyun masih diam dan tetap memperhatikan.

“Nih” kata Shannon lagi sembari menurunkan geretan koper. Jaehyun masih tidak ada jawaban. Agaknya sang pria tetap diam dan menatap wanita sang berdiri di hadapannya. Tangannya lalu naik melingkar di perut buncit sang Shannon.

“Mau ikut aja ngga?” Tanya Jaehyun. Wajahnya mendongak menatap sang istri.

“Engga. Udah buruan nanti telat” Ucap Shannon seraya melepas tangan sang suami dan berlalu pergi. Jaehyun bangkit lalu menggunakan tangannya untuk mendekap sang istri dari belakang.

“Aku berangkat lo shan” Katanya tepat di telingga Shannon. Shannon tidak menjawab. Ia hanya mengangguk anggukan kepalanya tanda mengerti.

“Ikut aja yuk? Kalo ngga mau ke mama apa ke bunda ikut aja ayok” Ucap Jaehyun lagi. Shannon diam. Pundaknya bergetar. Diputarnya tubuh sang puan. Sudah seperti dugaan Jaehyun. Ibu hamil ini menangis lagi.

Semalam, ketika Jaehyun izin untuk pergi mengurus pekerjaannya selama 2 hari, Shannon langsung berubah menjadi seorang anak perempuan yang tak ingin berpisah dari boneka kesayangannya. Menempel kepada Jaehyun dimanapun suaminya berada. Merengek, menangis meminta sang suami untuk tetap tinggal dengan alasan takut sendirian. Tapi ketika diminta untuk mengunjungi bunda atau mama, Shannon menolak. Bumil moodnya kacau banget. Batin Jaehyun.

“Nahkan. Udah ayok” Kata Jaehyun begitu melihat wajah sang istri sudah penuh air mata. Lalu ia pergi ke ranjang untuk mengambil hpnya dengan maksud memesan satu kursi lagi untuk sang istri.

“Ih engga. Engga Jae. Engga mas. Udah tinggalin aja serius. Ini efek hamil aja serius, i told you last night. Beneran ngga papa” Kata Shannon cepat menghentikan suaminya.

Jaehyun lalu membalikkan badan. Menatap sang puan. Shannon tersenyum meyakinkan sang suami bahwa dirinya akan baik baik saja. Toh hanya pergi selama dua hari. Jaehyun lalu memeluk wanitanya erat.

“Kalo ada apa apa bilang ya. Maaf aku ngga bisa temenin lagi ketemu queen. Kabarin terus shan. Jangan nangis. Aku sebentar aja, yaa?” Tanya Jaehyun di sela sela pelukan mereka.

Sebenarnya baik Jaehyun maupun Shannon tau. Shannon akan baik baik saja mengingat perjalanan Jaehyun ini juga hanya sebentar. Urusan mengurus diri Shannon tidak perlu dikhawatirkan lagi. Susu, vitamin, olahraga untuk bayinya, tanpa dikoordinir Jaehyun pun telah Shannon lakukan. Hanya saja, yang menjadi perhatian Jaehyun saat ini adalah kehamilan sang istri. Pasalnya, sejak mengandung Shannon memang menjadi lebih clingy atau bahkan tidak mau sama sekali disentuh atau didekati. Perubahan mood Shannon inilah yang Jaehyun khawatirkan.

“Heem” Jawab sang puan di dalam pelukan. Jaehyun melepas pelukannya menatap dalam istrinya.

“Ikut aja” Ucapnya.

Plakkk

“Alay” Ucap Shannon. Lalu berlalu pergi. Menyisakan Jaehyun yang meringis kesakitan.

“Shan. Anak aku shan sama kamu. Pamitan dulu, awww” Katanya sambil mengusap lengannya dan berjalan mengikuti Shannon.


“Maaf ya papa ngga bisa ketemu kamu lagi, bulan depan papa janji kita ketemuan ya, tapi gabole marah. Ok? Anak papa pinter, jaga mama bentar ya queen, 2 hari aja, jangan dibikin nangis mamanya, durhaka kamu” Ucap Jaehyun pada perut Shannon. Lalu ia berdiri dan mengecup kepala sang istri.

“Aku berangkat ya” Kata Jaehyun lalu segera berbalik dan menyeret kopernya pergi. Ia bahkan tidak menatap wajah istrinya meskipun hanya sebentar. Shannon adalah kelemahan Jaehyun. Meskipun telah 'aku nggapapa kok, ill be ok ' tapi tetap Jaehyun tidak akan tega meninggalkannya sendirian. Maka, ia memilih untuk tidak menatap netra wanitanya atau ia akan membatalkan perjalanan bisnisnya ini.

Shannon tidak menjawab. Ia hanya tersenyum dan mengangguk. Lalu setelah daksa suaminya dibawa mobil untuk pergi, ia melambaikan tangan dan masuk kembali ke rumah. Sepi

Jaehyun membawa mobilnya beserta sang istri di jok samping dengan kecepatan tidak terlalu tinggi tapi juga tidak rendah.

“Jangan ngebut mas”

“Engga, cuman buru buru aja” Balas Jaehyun enteng dengan semua atensinya berada pada jalan raya. Shannon membelalakkan matanya.

Jarum jam menunjukkan pukul 6.13 yang artinya sebentar lagi Ilora harus sudah masuk ke ruang tunggu. Shannon mulai nampak gelisah karena takut tidak dapat bertemu dengan adiknya. Padahal semalam sudah tidur bersama. Mohon dimaklumi lagi hamil. Apa apa dirasa hehe.


“Departure, departure, departure” Ucap Shannon lirih sambil terus melihat lihat ke luar kaca jendela, mengamati papan tanda bertuliskan Keberangkatan/Departure.

“Depan mas” Ucap Shannon. Matanya tidak beralih. Tetap keluar.

“Iya sayang” Ucap Jaehyun dengan maksd menenangkan.

Mobil ini berhenti tepat di depan bagian keberangkatan. Karena tidak akan lama jadi tidaj diparkir di tempat semestinya. Begitulah isi pikiran Jaehyun sebagai pemegang kendali.

Disana telah berdiri Ilora, bunda dan papa yang berdiri sambil melihat ke arah Shannon dan Jaehyun dengan dua koper lumayan besar. Satu berisi pakaian satu lagi amunisi.

Ternyata tidak hanya Ilora, bunda dan papa, seluruh mata kini menghadap Jaehyun dan Shannon. Tidak lain dan tidak bukan karena pakaian mereka saat ini. Sarung dan daster tetap on ditubuh mereka berdua. Namun keduanya trobos ajalah anying.

Shannon buru buru menyebrang jalan menghampiri adiknya. Sementara Jaehyun, pandangannya dialihkan oleh sebuah mobil yang ia yakini, ia kenal benar dengan pemilik gerobak besi tersebut.

“Mas” Teriak Shannon di ujung jalan, sudah bersama keluarganya.

Jaehyun menoleh ke arah istrinya lalu mengangguk. Tanda ia akan segera menyusul. Tetapi pandangannya dialihkan kembali ke mobil hitam tidak asing ini. Semakin penasaran. Jaehyun mendekat. Seorang lelaki di balik kemudi membuka kaca matanya. Tatapan mereka bertemu.

Lo ngapain yut?

“Udah duduk. Diem aja” Ucap Jaehyun sambil menyingkirkan tangan sang istri yang melingkar di perutnya. Back hug.

“Dih” Ucap Shannon kesal. Lalu ia melepaskan pelukannya dan berjalan ke hadapan Jaehyun di sebrang meja untuk duduk.

“Gaenak kan? Ga bisa ngapa2in. Ya itu yang aku rasain tiap hari” Ucap Shannon masih kesal. Sebenarnya Shannon tidak ada niat untuk membalas dendam. Tapi melihat perlakuan Jaehyun terhadapnya barusan membuatnya sedikit jengkel.

Rutinitas pagi mereka selalu sama. Shannon bagun lebih awal, lalu bergelut dengan dapur, kemudian Jaehyun bangun, memeluknya atau sebut saja mengacau, mengolor waktu pergi ke kantor.

“Ya kan aku lagi potong tofu nanti kalo rasanya ke campur darah gimina?” Bela Jaehyun tidak terima disalahkan seorang diri.

“Baru potong potong aja ngeluh. Aku masak nasi, potong ayam, goreng ikan juga biasa aja”

“Iyaa iyaa aku salah. Maaf”

“Buat?” Tanya Shannon.

“Gabisa potong tofu” Jawab Jaehyun asal tetap dengan pandangan fokus ke tofu yang ia potong.

“Alah J karepmu”

“Lah gimana?” akhirnya ia menghentikan kegiatannya dan beralih menatap sang istri.

“Minta maaf terus tapi selalu ngga tau salahnya dimana” Balas Shannon. Wajahnya tidak dapat berbohong. Siapapun yang melihat Shannon saat ini pasti tau bahwa dirinya amat sangat kesal. Jaehyun menatapnya lalu menghembuskan nafas kasar.

“Maaf Shan, aku emang suka ceplas ceplos minta maaf gitu. Maaf ya, aku cuman ngga mau panjang panjang aja perdebatan ngga penting kaya gini”

Maunya ngomong gitu. Tapi yang keluar malah

“Maaf iya maaf aku salah” Ucap Jaehyun setelah hening sedikit lama.

“Tuh kan”

“Yaudah ini mau makan apa mau marah dulu?” Tanya Jaehyun lalu meletakkan pisaunya.

“Lo nyebelin. Nyebelin lo” Balas Shannon kesal. Jaehyun malah tertawa melihat aksi istrinya gemas

“Buruan laper” Ucap Shannon masih kesal. Jaehyun hanya cengar cengir dan diam saja.

“Cium dulu”

“Apaan cium cium. Ngga”

“Yaudah macet. Bensinnya abis”

“J jangan kaya anak kecil buruan. Nanti anakmu ngiler”

“Ya gapapa namanya juga bayi”

“Mas, ah buruan” Shannon semakin kesal. Semakin digoda Jaehyun, rasa ingin menyantap nasi tahu juga semakin besar.

“Cium dulu” Ucap Jaehyun lalu ia memajukan wajahnya dan menutup kedua matanya.

Cup

Bibir lembut milik Shannon menempel disana. Sebentar tapi dapat dirasakan oleh sang pria. Lembut.

Jaehyun kemudian tersenyum puas. Lesung pipinya nampak dengan jelas di wajah sang pria. Lalu ia melanjutkan kegiatannya dan Shannon masih dengan wajah kesalnya tetapi kali ini lebih ke malu malu tapi mau.

“Ngapain?” Tanya bunda membuyarkan kekhusyukan mereka berdua tengah malam ini.

“Bun. Kok bangun? Berisik ya? ” Tanya Jaehyun, menolah ke arah sang bunda yang sedang menuruni tangga. Shannon lalu mengambil gelas dan diserahkannya kepada sang ibu.

“Ngapain kalian?” Tanya bunda mengambil gelas yang disodorkan Shannon dan berjalan menuju dispenser.

“Ngidam tofu?” Tanya bunda setelah melihat apa yang sedang digoreng menantunya.

“Nasi tahu” Jawan Shannon.

“Lahh, ini tofu lo” Tanya bunda lagi memastikan.

“Pake yang ada aja bun. Mau keluar jam segini juga dimana nyarinya hehe” Balas Jaehyun.

“YaAllah bener bener jabang bayi” Ucap bunda lalu meneguk airnya dan bergabung dengan Shannon di kursi meja makan.

“Jaehyun bisa masak ya le?” Tanya bunda. Shannon masih diam dan malah mulai memakan kerupuk di toples dekatnya.

“Hehe Jaehyun udah 7 tahun hidup sendiri bun. Dari ngekos sampe pas abis nikah. Jadi ya dikit dikit bisa” Balas Jaehyun membelakangi mertua dan istrinya sibuk menggoreng tofu.

“Berat pasti ya bangun pagi masakin nona? Tapi dia ngga picky eater kok le, aman” Ucap sang bunda.

“Tanya Shannon aja bun. Dia yang masak di rumah” Balas Jaehyun. Bunda tersentak. Membelalakkan matanya lebar mendengar jawaban menantunya. Lalu bunda mengalihkan pandangannya kepada putri sulungnya.

“Bisa masak kamu?” Tanya bunda kepada Shannon. Jaehyun tersenyum dalam kegiatannya.

Beneran ngga deket, ternyata

“Dikit” Jawab Shannon acuh. Sambil tetap memakan krupuknya. Tofu selesai.

“Laper banget? Tinggal sambelnya kok bentar ya” Tanya Jaehyun kepada istrinya.

“Bunda sekalian bun?” Kali ini Jaehyun bertanya pada mertuanya.

“Engga engga. Bunda ngga. Dia aja. Dia ngidam, kalo bunda jatohnya gladi bersih sahur” Balas sang bunda

“Hahahha” Tawa Jaehyun. Shannon masih diam.

“Pake kecap aja, kelamaan, laper” Balas Shannon kepada sang suami. Lalu Jaehyun mulai menyiapkan menu makan tengah malah wanitanya.

“Pelan pelan aja, ditungguin” Ucap Jaehyun seraya menghidangkan nasi tahu ke depan istrinya yang langsung disantap oleh si empu.

“Bun, sekalian bun” Tanya Jaehyun kepada si bunda.

“Udah engga. Liat dia makan aja udah kenyang bunda. Serius”

“Sama bun” Balas Jaehyun.

“Yaudah lanjut, bunda mau ke atas”

“Iya bun” Balas Jaehyun.

“Nona ngga mau punya adek lagi ya. Ilora aja udah bikin pusing” Ucap Shannon di sela sela makannya.

“Sembarangan” Jawab bunda menoleh Shannon di tengah tengah tangga. Lalu kembali naik menuju alam mimpinya.

“Husss” Ucap Jaehyun.

“Becanda” Jawab Shannon.

“Nanti jalan jalan ayo mas” Ucapnya lagi

“Kemana?”

“Ya kemana gitu pagi pagi. Mumpung disini, enak agak tenang ngga kaya di rumah” Balas Shannon.

“Ngga bawa clana Shan” Balas Jaehyun.

“HARUS YA JALAN JALAN PAKE CLANA?” Jawab Shannon ngegas.

“Astagfirullah, iya ayok. Ini diselesaiin dulu sekarang. Jangan ngegas gitu ah”

“Sip” Balas Shannon mengacungkan jempol pada suaminya yang masih setia berdiri di hadapannya di seberang meja.

“Enak mas” Ucapnya lagi

“Iyaaa” Balas Jaehyun terkekeh kecil disana. Belum pernah ia melihat seseorang sebahagia ini, hanya dengan kecap, tofu dan kerupuk. Sederhana sekali.

“Hehehe pa ini ngga ada yang lebih gede lagi?” Tanya Jaehyun pada sang mertua. Ia kini sedang berdiri di depan kaca kamar kedua mertuanya, mencoba sebuah celana yang terus menerus melorot. Kebesaran.

“Ya segini Jae. Emang segini. Ini kamu yang kekecilan” Ucap papa sambil mengamati Jaehyun.

“Mbak, ini suami nya dikasi makan ngga si, liat ini masa kecil begini” Lanjut papa menoleh pada anak perempuannya.

“Ihh ngga boleh body shaming pa” Balas Shannon tidak terima.

“Di tali aja kenapa si” Timbal sang bunda yang juga berada disana.

“Orang ngga ada talinya semua, ngga tau kemana” Balas sang papa.

“Kok bisa ya. Heran bunda. Orang pake celana kok bisa semua celananya talinya ilang. Ngga tau ditarik dikemanain, semua training nya si papa ngga ada talinya semua” Ucap bunda seraya bangkit dari rebahan dan mengacak pinggang.

“Anu bun, enakan kalo ngga pake tali emang” Tambah Jaehyun.

“Yaudah pake sarung aja kamu. Pinjemin sarung papa aja sama kaos satu pa. Orang besok juga pulang, ribet” Timbal Shannon.

“Heh, tumbal proyek, lo yang ribet pake acara lupa ngga bawa ganti. No baju gue beresin, dikeluarin semua ngga mau nglipet lagi. Nambah nambahin kerjaan orang aja” Ucap Ilora yang ternyata juga bergabung disana. Berada di kasur rebahan dengan sang bunda lalu bangkit sambil menoyor kepala kakaknya.

“Orang lo?” Balas sang kakak sambil membalikkan badan berusaha menjangkau Ilora tetapi sulit karena perutnya.

“Gelud aja gelud terus” Ucap sang papa melihat tingkah kedua anaknya.

“Mbak itu nanti daster mama sobek kamu gabisa ganti lo. Pake uang mama gamau. Udah nyari mama di pasar ngga ada yang seenak itu. Jangan petakilan, lagi hamil juga” Ucap sang bunda. Mengingatkan anak perempuannya.

“Pake sarung aja deh pa” Ucap Jaehyun kepada papanya.

“Ni” balas sang papa memberikan sarung serta sebuah kaos kepada menantunya.


Shannon kini sedang duduk di ranjang kamarnya. Menunggu sang suami selesai mandi karena ia ingin pamit bermalam dengan sang adik sebelum besok Ilora harus kembali ke Negeri Kangguru.

“Pftttttt hahah” Tawanya pecah ketika melihat sang suami keluar dari kamar mandi dengan kaos hitam polos, rambut yang sedikit basah dan sebuah sarung terpasang rapi menutupi area bawah lelakinya.

“Ngapain ketawa?” Tanya Jaehyun.

“Sumpah kamu kaya bapak bapak haha, aku dulu juga suka liat papa sarungan gini sambil nonton bola haha” Ucap Shannon.

“Lah emang mau jadi bapak” Balas Jaehyun enteng lalu menjemur handuknya pada jemuran balkon kamar Shannon.

“Kita kaya itu ya mas, kaya suami istri beneran haha. Kamu sarungan aku dasteran iyuhh, ngga pernah kebayang sama aku pake kain kaya begini” Ucap Shannon.

“Ya emang suami istri beneran. Ijabnya beneran shan” Jawab Jaehyun dari balkon.

“Ya tapi ini bener bener pertama kali aku liat kamu pake sarung begitu hahah, kaya aneh aja. Vibe bapack bapacknya kerasa banget mas”

“Kenapa? Kamu ngerasa jadi mak mak beneran ya?”

“Hahah iya” Balas Shannon.

“Aiyuhhh, anak aku mana anak aku” Ucapnya ketika menutup kembali pintu balkon yang terlihat seperti cendela, lalu melipat sedikit sarungnya dan beranjak ke atas ranjang menyusul sang istri kemudian langsung melingkarkan tangannya di pinggang sang puan.

“Hallo” Ucap Jaehyun disana. Tubuhnya dibiarkan tengkurap.

“Hallo bandung” Lanjutnya. Shannon masih diam saja.

“Hehe engga. Hallo anak papa lagi ngapain? Diam aja pasti ya? Kasian, salah siapa masih di perut. Keluar sini nanti papa uyel uyel” Lanjutnya sambil tangannya masuk ke kaos Shannon mengusap perut buncit sang istri. Shannon masih diam saja. Agaknya ia sudah hafal dengan tingkah aneh Jaehyun yang hanys muncul ketika berdua saja dengannya.

“Kamu baru didoain denger ngga si nak? Papa bingung queen, mau panggil kamu kak apa abang, kamu ngumpet. Malu ya? Kenapa? Nanti papa juga yang cebokin, yang gantiin popoknya. Kenapa malu?” Oceh Jaehyun.

“Bener ya? Kamu yang gantiin popoknya, pee poop semua” Tanya Shannon ikut bergabung.

“Apasi orang ngga ngomong sama situ” Balas Jaehyun mengalihkan pandangannya dari perut ke wajah cantik sang istri lalu kembali lagi ke perut.

“Nanti kamu kaya papa apa kaya mama ya queen? Kaya siapa aja boleh tapi jangan kaya dinosaurus deh” Lanjut Jaehyun.

“Apasi dinosaurus segala” Bela Shannon.

“Hoam” Suara Shannon.

“Yahh, kasian si mama ngantuk. Bobo deh, tidur sana kamu cape kan? Tidur” Ucap Jaehyun bangkit dari tengkurapnya dan menatap sang istri.

“Aku mau tidur sama Ilora ya? Besok berangkat. Kasian adek aku” Minta Shannon.

Jaehyun tidak menjawab. Ia hanyak tersenyum tipis dan mengangguk tanda setuju, sambil membuka kedua tangannya meminta daksa.

Shannon mendekat, memeluk tubuh suaminya.

Cupp satu kecupan mendarat di pucuk kepala Shannon.

“Tidur jangan ngobrol. Kamu cape, Ilora juga harus berangkat pagi besok. Good night” Kata Jaehyun lalu membiarkan istrinya beranjak dari kamar mereka.

“Good night” Kata Shannon malam itu.

Kediaman bunda terasa begitu ramai karena banyak orang hadir mendoakan jabang bayi milik Jaehyun dan Shannon.

Mama, Jeno, serta Papa Yunoh juga turut menyumbang doa untuk calon cucu dan keponakan pertamanya.

Tak kalah heboh dengan keluarga pihak sang pria. Bunda Ilora serta Papa Siwon sudah menyiapkan semua acara ini dari jauh jauh hari. Bahkan makanan yang dihidangkan pada acara ini adalah masakan bunda yang dibantu ilora dan sedikit dibumbui teriakan bunda ke papa karena 'maksudnya ingin membantu' tetapi malah mengacau.


“Mama pulang ya na?” Tanya sang mama kepada menantu perempuan satu satunya, saat ini.

“Iya ma” Jawab Shannon seraya bangkit dengan sedikit kesusahan karena pasalnya, perutnya yang sekarang sudah sangat mengganjal semua aktifitas Shannon bahkan untuk sekedar duduk dan berdiri.

“Udah udah udah, disini aja” Ucap sang mama melihat polah tingkah menantunya.

“Kak, istrinya ditemenin” Teriak mama.

“Mama, engga nona mau ke bawah juga. Bentar” Ucap Shannon lalu dibantu mertuanya untuk bangkit.

“Orang udah susah ngapa ngapain kok”

“Engga ma hehe” Shannon lalu menuruni tangga disusul sang mama di belakangnya. Berjaga jaga.

Di bawah terlihat para lelaki sedang menata kembali kuris dan sofa, serta ilora yang sibuk di dapur dengan sang bunda.

“Bunda, mama mau pulang” Ucap Shannon kepada ibunya. Merasa ada sesuatu yang mendekat bunda pun mengalihkan pandangannya.

“Buru buru banget mbak. Bentar. Ini” Ucap Bunda seraya memasukkan beberapa tupperware ke dalam sebuah paper bag cukup besar.

“Lo lo ngga usah. Di rumah banyak makanan mbak. Udah udah cukup” ucap sang mama melihat besannya yang sibuk dengan makanan bungkusan.

“Disini nanti juga ngga ada yang makan ngga papa” Balas bunda.

“Halah, ngrepotin”

“Serius engga. Udah dibawa aja. Lumayan buat persediaan beberapa hari”

“Ini serius ya ini masak sendiri?” Tanya mama heran. Masih tidak percaya. Untuk sekelas keluarga Permadi. Menyewa jasa catering bukanlah hal yang sulit. Tetapi mengapa ibu ibu ini malah menyulitkan diri sendiri?

“Heee ngga bisa. Ini masak sendiri hahah. Ini, ini asistennya ini” Jawab bunda sambil menepuk nepuk bah Ilora.

“Itu, pengrusuh disana haha. Cucu pertama, harus istimewa” Lanjutnya sambil menunjuk sang suami di seberang ruangan yang sibuk mengatur posisi sofa.

Anak kedua nanti diginiin juga ngga ya?

Batin Shannon, tetapi masih diam memperhatikan interaksi kedua calon nenek nenek ini.

“Waduh ini dikembaliin ngga ni hahah” Tanya sang mama ketika menerima paper bag dan mengintip isinya.

“Engga nggapapa, tapi kalo dikembalikan juga saya terima” Balas sang bunda merajuk pada anak anak kesayangannya tupperware

“HAHAHAHAH” tawa kedua ibu ini pecah.

Shannon dan Ilora hanya saling memandang. Menyalurkan isi kepala lewat tatapan mereka.

Masa depan lo

“Loh kok ngga mau hahah, ayo nak hadap sini, ini papa mamanya mau ketemu” Ucap Dokter Nug sembari menggerak gerakkan sebuah benda pada perut Shannon.

“Ngumpet dia” Lanjut sang dokter.

Di dalam ruangan tersebut sudah ada 4 orang. Jaehyun sebagai calon ayah, Shannon sebagai calon ibu, seorang perawat yang tempo hari memeluk Shannon tatkala menangis dan seorang dokter muda, Nugraha Bahtiar.

“Wahhh anaknya ngumpet, ini liat posisi dia ni, ngga mau kasi liat wajahnya haha, padahal ada papanya lo. Ayoo nak” Kata sang dokter lagi.

Ketiga orang lainnya memfokuskan pandangan mereka ke layar monitor yang menunjukan keadaan di dalam perut Shannon. Namun yang mereka dapat adalah penampakan sebuah punggung kecil yang artinya sang bayi membelakangi mereka.

“Kenapa ya dok?” Tanya Shannon kepada dokternya.

“Ngambek ini anaknya haha, biasanya orang orang kalo mau kesini diajak janjian dulu anaknya. Diajak ngobrol gitu gitu, mereka suka cerita” Jawab sang dokter.

“Pernah bu, waktu itu, ya kaya gini persis, tapi pas denger suara ayahnya langung berubah posisi, mau” Imbuh sang perawat.

Shannon hanya diam dan mengangguk angguk sambil sesekali mencuri pandang kepada sang suami. Sementara suaminya masih sama sepertu semalam. Bungkam seribu bahasa.


“Seperti biasa, vitaminnya diminum, maaf hari ini belum bisa reveal gendernya ya” Ucap sang dokter kepada sepasang calon orang tua ini.

“Iya dokter. Terima kasih, pamit” Ucap Jaehyun kepada dokter lalu mengangguk kepada perawat, sembari merangkul Shannon.